Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 15, No. 1, Februari 2015:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

Focus Group Discussion (FGD) Perencanaan Pengembangan Sistem Informasi Supradesa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisionalis, dan kolot (Furqaini,Astri:2011). Undang-Undang No. 32 tahun 2004

BAB I PENDHULUAN. memegang teguh adat-istiadat setempat, sifat sosialnya masih tinggi dan

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

A. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2007 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA LEREP NOMOR : 4 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BAB IV KAIDAH PELAKSANAAN

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

-2- No.1934, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tenta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

KEPALA DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

IMPLEMENTASI AKUNTANSI KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan RKP-Des RKP Desa RKP Desa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG

1. Apakah yang dimaksud dengan keuangan desa? 2. Apakah yang dimaksud dengan pengelolaan keuangan desa?

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA MENTERI DALAM NEGERI,

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

SALINAN WALIKOTA BATU

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NAGARI

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS KECAMATAN MARUSU KEPALA DESA TEMMAPADDUAE PERATURAN DESA TEMMAPADDUAE KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS NOMOR 01 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab8 Pembinaan dan Pengawasan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Transkripsi:

Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 15, No. 1, Februari 2015: 33-37 www.jab.fe.uns.ac.id (kikysrirejeki@gmail.com) Universitas Jenderal Soedirman Tata kelola desa menjadi isu yang sangat penting di era pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014. Alokasi dana dari APBN untuk desa dengan jumlah yang signifikan diharapkan dapat membantu desa menjadi lebih mandiri dan sejahtera. Namun, keragaman kemampuan dan keahlian dari desa yang sangat beragam, khususnya untuk mengatasi konsekuensi dari UU yang dapat menjadi tantangan bagi kelancaran tata kelola. Tata kelola desa adalah siklus yang dimulai dari tahap perencanaan dan penganggaran sampai dengan tahap pelaporan pertanggungjawaban serta pembimbingan dan pengawasan. Artikel ini akan memberi beberapa ide tentang bagaimana tata kelola desa dapat diimplementasikan dalam lingkup administrasi desa. Indonesia memiliki kurang lebih 72.944 desa yang terdiri dari Desa dan Desa Adat. Perbedaan diantara keduanya adalah Desa Adat memiliki tata cara bermasyarakat yang sangat kental yang diatur oleh masyarakat dalam desa tersebut. Masing-masing desa memiliki karakteristik dan keunggulan yang menjadi potensi desa. Potensi sumber daya alam seperti tambang, timah termasuk juga pertanian dan perikanan mayoritas berada di wilayah desa. Namun, ada realitas yang sukar untuk ditampik, meskipun potensi desa sangat beragam, akan tetapi masyarakatnya belum sepenuhnya dapat menikmati kekayaan desanya. Pada akhir tahun 2014, telah disahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) yang diharapkan mampu mengarahkan Desa menuju Desa yang mandiri dan sejahtera untuk peningkatan kualitas hidup desa dan masyarakatnya. Konsekuensi ekonomis dari lahirnya UU Desa tersebut adalah setiap desa akan mendapat alokasi tambahan pendapatan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang jumlahnya dapat mencapai Rp1 Milyar per tahun. Jumlah tersebut tentu tidak mutlak karena alokasi dana APBN tersebut akan disesuaikan dengan jumlah penduduk, angka kemiskinan desa, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis. Alokasi dana tersebut dapat digunakan untuk keperluan pembangunan desa, fisik dan non fisik. Pembangunan fisik misalnya untuk infrastruktur jalan, pembangunan 33

Vol. 15, No. 1, Februari 2015: 33-37 irigasi, bendungan. Alokasi dana untuk pembangunan non fisik bisa digunakan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. Semua alokasi dana tersebut menjadi hak sepenuhnya bagi desa untuk mengelola sesuai dengan kebutuhan desa masingmasing. Dalam konteks ini, maka Desa tidak lagi dianggap sebagai objek, tetapi juga sebagai subjek pembangunan. Adanya alokasi dana APBN untuk desa dengan jumlah yang besar, tentu perhatian terhadap pengelolaan keuangan desa menjadi penting. Pentingnya pengelolaan keuangan desa tidak hanya karena jumlah alokasi dana APBN yang besar, tetapi juga kemampuan pengelolaan keuangan setiap desa yang berbeda-beda. Apabila ditarik satu garis kontinuum, maka kemampuan pengelolaan keuangan antar desa-desa di Indonesia sangat beragam. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi keberhasilan pembangunan desa dan kesejahteraan masyarakat desa yang menjadi tujuan dari UU Desa tersebut. Tulisan ini akan membahas mengenai bagaimana sebaiknya tata kelola keuangan desa dilakukan. Apa saja tahapan atau siklus yang dapat dilakukan pemerintah desa untuk menjamin bahwa dana alokasi APBD sudah dikelola dengan baik dan bagaimana prinsip tata kelola keuangan dapat diimplementasikan dalam lingkup pemerintah Desa. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada para pihak terkait, khususnya mengenai tata kelola keuangan desa. Pengelolaan keuangan Desa merupakan upaya untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa. Pengelolaan keuangan merupakan suatu siklus yang terdiri dari perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, pembinaan dan pengawasan, pelaporan serta pemantauan dan evaluasi (Hamzah 2015). Siklus dalam alur pengelolaan keuangan tersebut merupakan rangkaian terpadu dan terintegrasi. Oleh karenanya sangat penting untuk memperhatikan tiap tahapan dalam siklus tersebut secara seksama. Apabila satu tahap, misalnya perencanaan tidak disusun dengan baik, maka proses berikutnya yaitu penganggaran tidak akan maksimal, dan bisa jadi salah sasaran. Tahap perencanaan dan penganggaran dimulai dengan Pemerintah Desa menyusun perencanaan pembangunan Desa sesuai dengan kewenangannya. Tahap perencanaan merupakan tahapan yang sangat penting untuk menjamin adanya keterkaitan antara perencanaan dengan siklus pengelolaan keuangan yang lain. Perencanaan pembangunan Desa yang disusun terdiri dari dua, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut sebagai Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Dalam tahap perencanaan dan penganggaran, implementasi tata kelola keuangan yang baik dapat dilakukan, yaitu dengan cara meningkatkan partisipasi masyarakat. Perencanaan Desa yang dituangkan dalam RPJM dan RKP dilakukan melalui tahapan musyawarah Desa. Dalam tahapan ini, pemerintah Desa menampung aspirasi masyarakat mengenai apa saja kebutuhan masyarakat dan yang menjadi prioritas dari kebutuhan tersebut. Partisipasi masyakarat merupakan kunci dari keberhasilan perencanaan, karena masyarakatlah yang paham mengenai kebutuhan komunitasnya (Myers 2010). Partisipasi masyarakat sangat penting, karena hasil akhir dan tujuan dari pembangunan Desa adalah untuk masyarakat. Partisipasi masyarakat juga akan meningkatkan akuntabilitas dan responsivitas Pemerintah Desa dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan Desa. Kebutuhan Desa yang sangat beragam akan dapat dipetakan dengan baik oleh Pemerintah Desa dengan menjaring aspirasi dari masyarakat. Dengan demikian, diharapkan perencanaan desa dapat memuat kombinasi apa yang menjadi agenda dan tujuan pemerintah dan juga 34

Tata Kelola Keuangan Desa (Srirejeki) yang menjadi kebutuhan masyarakat. Dalam perencanaan terdapat pula unsur penganggaran. Menurut Garrison, Norren dan Brewer (2007) penganggaran adalah rencana terperinci mengenai perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya selama suatu perioda tertentu. Dalam konteks keuangan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. APB Desa ini mengacu pada RKP Desa. Dalam pengertian tersebut maka partisipasi masyarakat menjadi syarat dalam penyusunan penganggaran. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah proses penyusunan maupun pengesahan anggaran dapat dipublikasikan ke masyarakat, bisa dengan pamflet maupun pengumuman yang disebarluaskan kepada masyarakat. Dalam menjalankan tata kelola keuangan Desa, proses penganggaran yang dilakukan juga harus memperhatikan unsur keadilan ( ). Kebijakan penganggaran harus diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan keefektifan perekonomian desa, dengan cara meningkatkan pendapatan desa dan mengurangi pemborosan sumber daya. Selain itu prinsip transparansi dan akuntabilitas juga perlu dijalankan. APB Desa harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat (Hamzah 2015). Desa sebagai entitas publik harus mampu menggunakan anggarannya sebagai cermin keuangan dari pilihan perekonomian dan sosial masyarakatnya. Schiavo-Campo dan Sundaram (2000) menyatakan bahwa untuk menjalankan peran tersebut, maka entitas publik perlu untuk mengumpulkan sumber daya yang cukup dari ekonomi dalam cara yang tepat serta mengalokasikan dan menggunakan sumber daya tersebut dengan penuh tanggung jawab, efisien dan efektif. Secara skematis proses perencanaan dan penganggaran Desa dapat ditunjukan dalam gambar 1. Proses Perencanaan dan Penganggaran Desa RPJM Kab/Kota RPJM RKP Desa Peraturan Desa Penetapan APB Desa Musrenbang Desa Penatausahaa keuangan Desa dilaksanakan oleh Kepala Desa dengan menetapkan Bendahara Desa, yaitu perangkat Desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayar dan mempertanggungjawabkan keuangan Desa dalam rangka pelaksanaan APB Desa. Penatausahaan keuangan Desa dibagi menjadi dua, yaitu penatausahaan penerimaan dan pengeluaran. Instrumen dalam penatausahaan keuangan desa menggunakan buku kas umum, buku kas pembantu perincian obyek penerimaan/pengeluaran, dan buku kas harian pembantu. Setiap aktivitas keuangan Desa terkait dengan penerimaan dan pengeluaran harus dicatat oleh Bendaraha Desa. Catatan keuangan tersebut dapat menjadi informasi yang penting bagi Pemerintah Desa dalam pengambilan keputusan. Data keuangan yang akurat juga sangat penting untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan (Hukins 1997). Dalam tata kelola keuangan yang baik, pencatatan dalam penatausahaan mendorong Pemerintah Desa untuk lebih 35

Vol. 15, No. 1, Februari 2015: 33-37 akuntabel. Semua kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas keuangan Desa dapat tersaji dalam catatan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Catatan keuangan ini yang nantinya dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat laporan keuangan Desa. Pelaporan yang disusun oleh Pemerintah Desa menjadi instrumen dalam pelaksanaan tata kelola keuangan yang baik. Setiap akhir tahun anggaran Kepala Desa wajib menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) kepada Bupati/Walikota, dan kepada BPD. Pelaporan ini menunjukkan bentuk pertanggungjawaban atas penyelenggaraan pemerintahan Desa. Hamzah (2015) mengemukakan laporan penyelenggaraan pemerintahan Desa paling sedikit memuat informasi mengenai pertangungjawaban penyelenggaraan pemerintahan Desa, pertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan, pelaksanaan pembinaan kemasyarakatan, dan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Tujuan pelaporan atas penyelenggaraan pemerintahan desa, seperti halnya di organisasi sektor publik lainnya adalah untuk menyediakan informasi demi tercapainya akuntabilitas publik 1. Sebagai sebuah entitas publik, maka Desa sudah seharusnya melakukan akuntabilitas sebagai wujud pertanggungjawabannya. Entitas publik membutuhkan kecakapan dari orang-orang didalamnya untuk dapat bekerja dengan efektif dan efisien sehingga dapat mencapai apa yang menjadi tujuannya. Dalam salah satu prinsip yang penting untuk membangun dan mempertahankan kinerja entitas publik adalah dengan terus meningkatkan kapasitas, kemampuan dan keahlian sumber daya manusianya. Langkah yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan pembinaan dan pengawasan. Pembinaan dapat berupa pemberian pedoman standar pelaksanaan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, supervisi, hingga monitoring dan evaluasi. Sedangkan pengawasan dilakukan untuk memastikan bahwa pemerintahan Desa berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan yang telah ditetapkan. Pembinaan dan pengawasan Pemerintah Desa dilakukan oleh Camat, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi hingga Pemerintah Pusat. Pengawasan yang dilakukan atas Pemerintah Desa meliputi administrasi Pemerintahan Desa dan urusan Pemerintahan Desa. Administrasi Pemerintahan Desa dilakukan terhadap kebijakan dan kelembagaan Desa serta keuangan dan kekayaan Desa. Pengawasan urusan Pemerintahan Desa dilakukan untuk memastikan bawa Pemerintah Desa tidak melanggar batas kewenangan. Pembinaan dan pengawasan yang baik dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk memeriksa, monitoring dan evaluasi. Diharapkan dengan pembinaan dan pengawasan yang berkala dan berkelanjutan, Pemerintah Desa mampu untuk melakukan tindak lanjut atas perbaikan kinerjanya. Undang-Undang Desa memberi konsekuensi ekonomi yang besar bagi Desa dengan mengalokasikan APBN langsung kepada setiap Desa di Indonesia. Desa tidak lagi dianggap hanya sebagai objek pembangunan, tetapi juga sebagai subjek pembangunan. Desa langsung dilibatkan dalam proses perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan. Desa memiliki kemandirian dan juga fleksibilitas untuk menentukan prioritas pembangunannya. Dalam rangka mewujudkan desa yang mandiri dan sejahtera, maka tata kelola pemerintahan desa yang efektif dan efisien 1 Conceptual Framework Task Force, satuan kerja perumus rerangka konseptual dalam tahun 2013 menyatakan bahwa tujuan pelaporan pada organisasi sektor publik adalah untuk memenuhi prinsip akuntabilitas. 36

Tata Kelola Keuangan Desa (Srirejeki) menjadi sangat penting, terutama mengenai tata kelola keuangan. Tata kelola Pemerintahan Desa dimulai dari perencanaan dan penganggaran hingga pembinaan dan pengawasan. Dalam menjalankan pemerintahannya, Desa seharusnya bertindak transaparan, mulai dari tingkatan perencanaan hingga pelaksanaan. Segala kegiatan Desa dengan tujuan untuk kemakmuran Desa juga harus dapat dipertangungjawabkan. Pemerintah Desa harus mampu menyediakan mekanisme akuntabilitas melalui laporan pertanggungjawaban. Pembangunan Desa yang mandiri dan sejahtera juga membutuhkan partisipasi dari masyarakat. BPD dapat menjadi jalan bagi partisipasi masyarakat untuk membangun desanya. BPD dapat memberikan saran dan masukan mengenai prioritas pembangunan Desa dan juga dapat berfungsi sebagai pengawas dalam pelaksanaan pembangunan Desa. Pembinaan dan pengawasan juga perlu dilakukan untuk menjamin keberlangsungan perbaikan kinerja dari Pemerintah Desa. Bastian, I. 2006.. Jakarta: Erlangga. Garrison, R, N. Eric dan P. Brewer. 2007. New York: McGraw Hill. Hamzah, A. 2015.. Surabaya: Pustaka. Hukins, G. 1997. The Importance of Recording Financial Transactions. 8 (2): 13-15. Myers, D. 2010. Washington D.C.: ICMA Press. Republik Indonesia. 2014.. Republik Indonesia. 2014.. Schiavo-C. Salvatore dan P. Sundaram. 2000.. Filipina: Asian Development Bank. 37