BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang JULIE-CVL 11

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP JULIE-CVL 11

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN BATUGAMPING KEPRUS SEBAGAI CAMPURAN AGREGAT PADA LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Uji Kelayakan Agregat Dari Desa Galela Kabupaten Halmahera Utara Untuk Bahan Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ke beberapa propinsi lain di Sumatera jelas sangat membutuhkan prasarana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

I. PENDAHULUAN. tanah serta sifat sifatnya, baik itu sifat fisik, mekanis, maupun kimiawi. Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspal dapat digunakan sebagai wearing course, binder course, base course dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

PEMANFAATAN MATERIAL LOKAL QUARRY LONGALO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI ATAS JALAN RAYA

BAB I PENDAHULUAN. 30 tahun hingga tahun 1990 total produksi agregrat (pasir, kerikil dan batu pecah)

Pengaruh Kandungan Material Plastis Terhadap Nilai CBR Lapis Pondasi Agregat Kelas S

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan

KAJIAN PENINGKATAN NILAI CBR MATERIAL LAPISAN PONDASI BAWAH AKIBAT PENAMBAHAN PASIR

TUGAS AKHIR NOMOR:752/WM-FTS/SKR/2013

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

PERHITUNGAN KEPADATAN LAPIS PONDASI ATAS KELAS (A) DENGAN METODE SAND CONE DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN SPT WAWONA-WAWONA

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahap tahap pekerjaan pemecahan pada crusher dapat dilihat pada diagram alir sebagai berikut :

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kajian Peningkatan Daya Dukung Sub Base Menggunakan Pasir Sumpur Kudus

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton memiliki berat jenis yang cukup besar (± 2,2 ton/m 3 ), oleh sebab itu. biaya konstruksi yang semakin besar pula.

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

BAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

I. PENDAHULUAN. bangunan, jalan (subgrade), tanggul maupun bendungan. dihindarinya pembangunan di atas tanah lempung. Pembangunan konstruksi di

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN PEMANFAATAN SIRTU BUMELA SEBAGAI MATERIAL LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari, selain itu jalan juga memegang peranan penting

PEMANFAATAN TRAS PADA PERKERASAN JALAN

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PELAKSANAAN LAPIS PONDASI ATAS (BASE COUSE) PADA RUAS JALAN WAILAN-G. LOKON KOTA TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

melalui daerah berbentuk kerucut di bawah roda yang akan mengurangi tegangan

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN

JULIE-CVL 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia dewasa ini di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya tidak terlepas dengan adanya suatu sistem transportasi yang baik guna menunjang semua bidang itu. Suatu sistem transportasi yang baik ditandai dengan salah satu faktor pendukungnya yakni fisik jalan raya memiliki kualitas yang baik guna mendukung sistem transportasi yang ada. Hal ini disebabkan kehadiran jalan raya adalah prasyarat mutlak demi menyukseskan semua aspek kehidupan. Tingginya permintaan transportasi tidak hanya ditandai dengan bertambahnya volume lalu lintas kendaraan tetapi juga berdampak pada tingginya beban pada jalan raya untuk menopang beban volume lalu lintas. Bila konstruksinya baik maka kualitas pelayanan akan sesuai dengan apa yang diharapkan, namun sebaliknya bila konstruksinya buruk maka jalan cepat mengalami kerusakan dimana jalan tidak mampu menopang beban lalu lintas yang melintasinya. Maka dari itu konstruksi jalan raya perlu dirancang dengan baik dan benar berdasarkan spesifikasi yang umum digunakan di Indonesia, yakni Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 Revisi III. Agregat sebagai salah satu penyusun struktur jalan raya mempunyai peran yang sangat penting dan merupakan bagian terbesar dari campuran aspal. Komposisi agregat dalam struktur perkerasan jalan raya memiliki porsi yang paling banyak yakni 90-95% agregat berdasarkan presentase berat, atau 75%-85% agregat berdasarkan presentase volume. Agregat merupakan campuran dari pasir, gravel, batu pecah dan material lain dari bahan mineral alami atau buatan. Agregat dari bahan batuan biasanya masih diolah lagi dengan mesin pemecah batu (stone crusher) sehingga didapatkan ukuran sebagaimana dikehendaki dalam campuran. Agar dapat digunakan sebagai campuran perkerasan jalan, agregat harus lolos dari berbagai uji yang telah ditetapkan. Agregat kelas A merupakan spesifikasi agregat paling baik dalam struktur perkerasan jalan raya. Biasanya agregat kelas A digunakan pada lapisan pondasi atas jalan raya. Dalam ketentuan komposisi agregat kelas A keberadaan batu bulat tidak diperkenankan. Hal ini disebabkan batu bulat memiliki daya ikat yang kurang baik dari batu pecah. Presentase

keberadaan batu pecah sendiri dalam agregat A yakni 95/90 tertahan ayakan 3/8. Artinya presentase batu pecah agregat kelas A yang tertahan ayakan 3/8 sebesar 95% agregat kasar memiliki bidang pecah satu atau lebih, dan 90% agregat kasar memiliki dua bidang pecah atau lebih. Dalam kenyataan di lapangan pada saat pengambilan material berupa batu pecah dan sirtu kali, batu bulat ikut tervariasi dalam komposisi. Batu bulat yang tervariasi dapat berupa agregat kasar (tertahan ayakan No.4) dan ada juga berupa agregat halus (lolos ayakan No.4). Fenomena ini berdampak pada keberadaan batu bulat dalam prosentase agregat kelas A melampaui ketentuan yang ada dalam Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 Revisi III. Batu bulat yang ikut tervariasi berimbas pada kualitas kepadatan struktur agregat kelas A menurun karena batu bulat memiliki daya interlooking kecil. Masalah lainnya konstruksi tidak mampu memikul beban karena batu bulat mudah tergelincir apabila ada beban yang bekerja di atasnya, sehingga muncul masalah kegagalan konstruksi pada jalan raya. Pemadatan dimaksudkan untuk merapatkan butiran-butiran agregat sehingga pori-pori udara berkurang. Pemadatan yang kurang baik akan berdampak pada penurunan yang berimbas pada jalan retak sebelum umur rencana. Hasil pemadatan perlu dilihat terhadap beban yang bekerja di atasnya guna mengukur sejauh mana daya tahan terhadap penetrasi. Pengukuran beban yang bekerja di atasnya dilakukan dengan perhitungan nilai CBR. Nilai CBR pada perhitungan dibandingkan dengan nilai standar yakni pada nilai CBR batu pecah. Prosentase agregat dalam perkerasan jalan raya harus 100% terdiri dari agregat kasar dan halus. Umumnya terdiri dari 60% agregat kasar dan 40% agregat halus. Untuk dapat menganalisa perubahan terhadap kekuatan kepadatan dan nilai CBR maka dilakukan pengujian tambahan berupa pengujian dengan variasi batu bulat sebesar 0%, 5%, 10%, 15%. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengurangkan prosentase agregat kasar (batu pecah) dalam agregat kelas A menjadi 60%, 55%, 50%, 45% dan ditambahkan dengan variasi batu bulat sebesar 0%, 5%, 10%, 15%. Variasi ini dilakukan untuk diketahui sejauh mana tingkat kepadatan dan nilai CBR apabila batu bulat ikut tercampur dalam agregat kelas A. Berdasarkan kondisi uraian di atas, maka dirasakan perlu untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul ANALISA PENGARUH VARIASI BATU BULAT TERHADAP KEPADATAN DAN NILAI CBR PADA CAMPURAN AGREGAT KELAS A. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh variasi batu bulat sebesar 0%, 5%, 10%, 15% terhadap kepadatan

2. Bagaimana pengaruh variasi batu bulat sebesar 0%, 5%, 10%, 15% terhadap nilai CBR 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk melihat pengaruh variasi batu bulat sebesar 0%, 5%, 10%, 15% terhadap kepadatan 2. Untuk melihat pengaruh variasi batu bulat sebesar 0%, 5%, 10%, 15% terhadap nilai CBR 1.4 Pembatasan Masalah Penelitian ini hanya mencakupi: 1. Jenis agregat yang digunakan adalah agregat kelas A untuk lapisan pondasi atas. 2. Peninjauan masalah teknis tanpa perhitungan ekonomis. 3. Penelitian ini dilakukan di laboratorium. 4. Ruang lingkup jenis dan sifat material berdasarkan Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 Revisi III. 5. Pemeriksaan sifat-sifat material berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi ilmiah bagi kalangan akademis maupun bagi instansi swasta dan pemerintah, terutama mengenai kualitas kepadatan agregat kelas A apabila di dalam komposisi agregat kelas A tervariasi batu bulat. 2. Memberikan informasi bagaimana pengaruh batu bulat terhadap nilai CBR agregat kelas A. 3. Sebagai data tambahan untuk instansi terkait (LABORATORIUM PENGUJIAN DAN BINA TEKNIK DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI NTT). 4. Menambah wawasan peneliti mengenai dampak keberadaan batu bulat dalam struktur perkerasan jalan raya. 1.6 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu Penelitian ini ada kaitannya dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian dari saudara Mordy Fransisco Bano dengan judul penelitian : ANALISA KELAYAKAN PENGGUNAAN

MATERIAL QUARRY ALEMBA (KABUPATEN ALOR) SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS S, tahun 2013. Dalam penelitian ini terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Adapun persamaan dan perbedaan itu sebagai berikut: Persamaan Perbedaan 1. Sama-sama pengujian agregat. 1. Pada penelitian ini menggunakan 2. Sama-sama mencari kepadatan agregat kelas A, sedangkan agregat agregat. yang digunakan oleh saudara Mordy 3. Sama-sama mencari nilai CBR Fransisco Bano menggunakan agregat agregat. kelas S. 2. Pada penelitian ini melakukan pengujian kualitas kepadatan dan nilai CBR dengan variasi batu bulat, sedangkan penelitian yang dilakukan saudara Mordy Fransisco Bano melakukan analisa kelayakan agregat dari Quarry Alemba.