PENGARUH PEMBERIAN PUPUK Azolla pinnata TERHADAP KANDUNGAN KLOROFIL PADA Spirulina platensis

dokumen-dokumen yang mirip
IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

III. METODELOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR LIMBAH IKAN LEMURU TERHADAP KANDUNGAN KAROTENOID Spirulina platensis EFFECT OF WASTE LIQUID HEARING FISH FERTILIZER

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK Azolla pinnata TERHADAP KANDUNGAN KLOROFIL PADA Dunaliella salina

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perlakuan dalam penelitian ini diulang

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. (BBPBAP) Jepara, gulma air Salvinia molesta, pupuk M-Bio, akuades,

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2014 bertempat di Laboratorium

BAB III METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung.

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI. Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

Pengaruh Pemberian Air Cucian Beras dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Kepadatan Chlorella

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL (SPIRULINA SP.) SEBAGAI BAHAN BAKU SUPER FOOD UPAYA PENANGGULANGAN GIZI BURUK

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN TURI PUTIH (Sesbania grandiflora) TERHADAP POPULASI Chlorella sp.

BAB III BAHAN DAN METODE

PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN Spirulina platensis PADA TEMPERATUR YANG BERBEDA DALAM SKALA LABORATORIUM

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK Lemna minor TERHADAP POPULASI Dunaliella salina

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 Mei 2015 di UPT

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

Pengaruh Pemberian Auksin Sintetik Asam Naftalena Asetat Terhadap Pertumbuhan Mikroalga (Nannochloropsis oculata)

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp.

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

I. PENDAHULUAN. pembenihan karena memiliki nutrisi tinggi, antara lain protein %,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Perlak uan Uji Persiapan Alat dan Bahan

PENGARUH MEDIA KULTUR YANG BERBEDA TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN DAN BIOMASSA SPIRULINA sp.

PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA MEDIA KULTUR PHM TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN Chlorella sp. M. W. Lewaru * ABSTRACT

III. METODOLOGI. Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2010 di Laboratorium PT. Suri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan

PENGARUH PERBEDAAN DOSIS PUPUK PHOSPAT TERHADAP PERTUMBUHAN PHYTOPLANKTON

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Desember 2012.

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

BAB III BAHAN DAN METODE

The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta

BAB III METODE PENELITIAN

PRODUKSI BIOMASSA Spirulina sp. DENGAN VARIASI KONSENTRASI CO2 DAN FOTOPERIODE. Okta Nugraha 1) dan Elida Purba 1)

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Balai. Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura -Lampung

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam habitat akuatik/perairan maupun terestrial/daratan. Keanekaragaan

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

NAMA TEKNOLOGI/ALAT : Penanganan pasca panen biomassa Alga Spirulina sebagai bahan baku industri non pangan

I. PENDAHULUAN. Benih ikan berkualitas baik dibutuhkan dalam tahapan utama pembesaran ikan.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR LIMBAH IKAN LEMURU (Sardinella sp.) TERHADAP KEPADATAN POPULASI Spirulina platensis.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK Azolla pinnata TERHADAP KANDUNGAN KLOROFIL PADA Spirulina platensis Herlingga Sari, Sudarno dan Endang Dewi Masithah.2012.15 hal. Abstrak Spirulina platensis merupakan salah satu mikroalga yang menghasilkan berbagai senyawa bioaktif yang mempunyai nilai ekonomi tinggi salah satu diantaranya pigmen klorofil yang terkandung di dalamnya. Peranan klorofil Spirulina platensis sebagai parameter dalam menentukan kesuburan di perairan dan semakin berkembangnya teknologi, klorofil pada Spirulina platensis di ekstrak sebagai antioksidan dan dikonsumsi oleh manusia, karena itulah pengeksploran dan pengekstrakan klorofil spirulina semakin dikembangkan. Pengambilan pigmen klorofil dari Spirulina platensis dapat dilakukan dengan metode ekstraksi. Analisa hasil ektraksi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk Azolla pinnata terhadap kandungan klorofil Spirulina platensis dan berapa konsentrasi pupuk Azolla pinnata yang menghasilkan kandungan klorofil tertinggi pada Spirulina platensis. Metode Penelitian ini adalah metode eksperimental sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Parameter utama yang diamati adalah kandungan klorofil Spirulina platensis. Parameter penunjang meliputi populasi Spirulina platensis dan kualitas air. Hasil penelitian ini menunjukkan konsentrasi pupuk Azolla pinnata yang menghasilkan klorofil tertinggi adalah perlakuan E (5,5 ml/l) sebesar 0,0997 µg/ml sedangkan konsentrasi terbaik untuk populasi Spirulina platensis adalah pada perlakuan C (3,5ml/L) sebesar 31,15 x 10 4 unit/ml. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada hari ketujuh (puncak populasi). Kata kunci : Spirulina platensis, Klorofil, Azolla pinnata

Effect of Azolla pinnata Fertilizers on Chlorophyll Content of Spirulina platensis. Herlingga Sari, Sudarno dan Endang Dewi Masithah.2012.15 hal.. Abstract Spirulina platensis microalgae is one that produces a variety of high economic value bioactive compounds that have of one or the other chlorophyll pigments contained there in. The role of chlorophyll Spirulina platensis as a parameter in determining the fertility of the waters and the development of technology, chlorophyll in Spirulina plantesis in extracts as antioxidants and are consumed by humans, because that spirulina chlorophyll extraction is enhanced. Retrieval of chlorophyll pigments of Spirulina platensis can be done by the method of extraction. Analysis of the extraction is done using a spectrophotometer. This study aims to determine the effect of Azolla pinnata fertilizer on chlorophyll content of Spirulina platensis and how the concentration of Azolla pinnata which fertilizer produced the highest chlorophyll content of Spirulina platensis. This research method is experimental, while the design of the study is a Rancangan Acak Lengkap (RAL) with 6 treatments and 4 replications. The main parameters in this research that the chlorophyll content, while supporting parameters in this study consisted of growth medium Spirulina platensis and water quality medium culture. The results suggest that concentration of Azolla pinnata which fertilizer produced the highest chlorophyll is E treatment (5,5 ml/l) of 0.0997 µg/ml in density. However, the best concentration in this research for Spirulina platensis population is C treatment (3,5 ml/l) for 31,15x10 4 units/ml in density. The highest growth occurred on the seventh day (peak population). Key words: Spirulina platensis, Chlorophyll, Azolla pinnata,

PENDAHULUAN Latar Belakang Fitoplankton merupakan mikroorganisme nabati yang hidup melayanglayang di dalam air dan memiliki peranan penting dalam ekosistem perairan yakni sebagai sumber pakan alami karena kandungan nutrisi yang dimilikinya misalnya protein, karbohidrat, asam amino, lipid, serta pigmen, selain itu juga berperan sebagai pelindung fisik bagi organisme perairan, serta kandungan zat hijau daun (klorofil) pada fitoplankton berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen pada perairan itulah sebabnya kedudukan fitoplankton dalam perairan sebagai produksi primer (Natasasmita, 2009) Spirulina platensis adalah salah satu fitoplankton yang berpotensi sebagai pakan alami yang baik dan mengandung senyawa bioaktif yang bernilai tinggi, salah satu diantaranya pigmen klorofil yang terkandung di dalamnya (Hariyati, 2008). Peranan klorofil Spirulina platensis sebagai parameter dalam menentukan kesuburan di perairan. Semakin berkembangnya teknologi, klorofil pada Spirulina platensis di ekstrak dan sudah dikonsumsi manusia sebagai suplemen makanan tambahan yang memiliki manfaat untuk kesehatan misalnya sebagai antioksidan dan dapat membantu membersihkan toksik pada tubuh manusia, karena itulah pengeksploran dan pengekstrakan klorofil spirulina semakin dikembangkan. Pengambilan pigmen klorofil dari Spirulina platensis dapat dilakukan dengan metode ekstraksi. Analisa hasil ektraksi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer (Ekawati, 2005). Dalam pertumbuhannya Spirulina platensis membutuhkan nutrien, baik makronutrien dan mikronutrien. Nitrogen dan Phospor merupakan komponen dasar dalam pembentukan protein untuk pertumbuhan dan perkembangan Spirulina platensis, dan komponen yang mempengaruhi pembentukan klorofil terdiri dari N, P, Mg dan Fe. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Spirulina platensis untuk meningkatkan klorofil sekaligus pertumbuhan dan perkembangannya yaitu dengan memanfaatkan bahan alami dari Azolla pinnata sebagai media kultur alternatif yang memiliki unsur makro dan mikro yang dibutuhkan Spirulina platensis.

Pemanfaatan Azolla pinnata sebagai pupuk memungkinkan, dihitung dari kandungan yang dimilikinya antara lain N(3-5%), P (0.5-0,9 %), Si (0,16-3,35%), K (2-4,5%), Ca (0,4-1%), Mg (0,5-0,6%), Fe (0,06-0,26%), Mn (0,11-0,16%). Pada penelitian sebelumnya pupuk Azolla pinnata terbukti dapat meningkatkan populasi Spirulina platensis dengan konsentrasi tertentu, oleh karena itu dengan adanya kandungan nitrogen, phospor, besi, magnesium pada Azolla pinnata, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk Azolla pinnata terhadap kandungan klorofil pada Spirulina dengan konsentrasi yang berbeda (Rochdianto, 2008). METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya pada tanggal 28 Maret 2012 04 April 2012. Materi Penelitian Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan penelitian ini yaitu: Spirulina platensis, pupuk cair limbah ikan lemuru, pupuk Walne, air tawar dan air laut, aquades, metanol absolut, alkohol, dan khlorin. Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan meliputi toples kaca, aerator, selang aerator, gelas ukur, erlenmeyer, pipet tetes, pipet volume, mikrsokop, spektrofotometer, ph paper, thermometer, lampu TL 40 watt, kapas, corong air, aluminium foil, lux meter dan kertas saring, Sedgewick Raffter dan Handtally Counter. Metode Penelitian Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan. Variabel bebas yang digunakan adalah perbedaan konsentrasi dari pupuk cair Azolla pinnata. Variabel tergantung yang digunakan adalah kandungan klorofil dan populasi Spirulina platensis. Variabel kendali yang digunakan adalah kualitas air media pemeliharaan : suhu, ph air, salinitas

Prosedur Penelitian a. Persiapan Penelitian Air laut yang akan digunakan untuk kultur disterilisasi dengan menggunakan larutan khlorin, air laut disaring terlebih dahulu dengan menggunakan kapas yang diletakkan dalam corong air, kemudian disterilkan dengan khlorin 60 ppm selama 24 jam dan diberi aerasi. Sisa-sisa khlorin dihilangkan dengan memberikan Na Thiosulfat 20 ppm dan diaerasi sampai khlorin hilang yang ditandai dengan bau khlorin sudah tidak ada. Peralatan kultur yang akan digunakan dicuci sampai bersih kemudian dibilas air tawar dan dikeringkan. Untuk peralatan yang terbuat dari kaca tahan panas harus ditutup dengan kapas dan kasa, kemudian dibungkus dengan aluminum foil. Setelah itu disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121 o C selama 15 menit. Sedangkan peralatan yang tidak tahan panas disterilkan dengan larutan khlorin 150 ppm selama 24 jam. Kemudian dibilas dengan air tawar hingga bersih dan bau khlorin hilang. b. Persiapan Pupuk Azolla pinnata Azolla pinnata langsung dipanen dari sawah di areal kolam lele di desa kali pecabean-kecamatan Candi, Sidoarjo. Proses berikutnya adalah dibilas dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari sampai kering. Setelah Azolla pinnata kering kemudian digiling menjadi serbuk, dan selanjutnya dilarutkan dalam akuades dengan perbandingan 1:4 yaitu 500 gram Azolla pinnata yang telah menjadi serbuk dengan 2liter akuades, kemudian direndam selama 4 minggu, Azolla pinnata yang telah direndam kemudian diperas menggunakan tangan secara manual agar cairan di dalamnya dapat keluar dan ditempatkan pada wadah gelas kaca yang steril dan tertutup agar tidak terkontaminasi. Sebelum digunakan dalam kultur, pupuk harus disaring secara berulang agar cairan dan endapan Azolla pinnata terpisah. c. Persiapan Pupuk Skala Laboratorium Pupuk teknis skala laboratorium yang digunakan sebagai media kultur adalah pupuk cair Azolla pinnata dan kontrol adalah pupuk Walne yang didapatkan dari BBPBAP Jepara.

d. Lingkungan dan Media Kultur Spirulina platensis Lingkungan kultur dalam penelitian adalah suhu 25-29 o C, salinitas 30 ppt. Intensitas cahaya 1900 lux diukur dengan menggunakan luxmeter selama 12 jam dengan suhu 30 0 C dan pemberian aerasi yang cukup. e. Penebaran Bibit Spirulina platensis Bibit S. platensis dimasukkan ke dalam media dengan kepadatan 10 4 unit/ml. Penghitungan jumlah bibit S. platensis untuk kultur menggunakan persamaan (Edhy dkk., 2003): V1 = N2 X V2... (1) N1 Keterangan: V1 = Volume bibit untuk penebaran awal (ml) N1 = Kepadatan bibit/ stock S. platensis (unit/ml) V2 = Volume media kultur yang dikehendaki (L) N2 = Kepadatan bibit S. platensis yang dikehendaki (unit/ml) f. Perhitungan Populasi Spirulina platensis Penghitungan dilakukan dengan menggunakan Sedgewick Raffter dan Handtally Counter untuk memudahkan perhitungan populasi. Perhitungan dilakukan dengan persamaan 2 (Ekawati, 2005): 1000 N = n 2 3,14( d / 2) Keterangan:... (2) N = Kepadatan S. platensis (unit/ ml) d = Diameter bidang pandang (mm) n = Jumlah rata-rata S. platensis per bidang pandang (unit/ ml) g. Kandungan Klorofil Spirulina platensi Pengukuran kndungan klorofil menggunakan metode yang berasal dari Vonshak (1997). Sebanyak 10 ml hasil kultur Spirulina platensis disentrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Hasil supernatan sentrifuge dibuang dan pellet Spirulina platensis yang berada didasar tube diekstraksi dengan 10 ml metanol absolut, didistrupsi dengan homogenezer dan diinkubasi pada suhu 70 o C selama 2 menit. Setelah itu campuran disentrifuge pada kecepatan 3000 rpm

selama 5 menit, filtrat yang diperoleh diukur serapannya pada panjang gelombang 665 nm. (Koefisien absorbansi : 1,69). Klorofil (µg/l) = Koefisien Absorbansi x A 665 h. Pengukuran Kualitas Air Pengukuran kualitas air pada kultur S. platensis dilakukan setiap hari. Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, ph dan salinitas air. Analisis Data Data hasil penelitian ini akan diolah menggunakan analisis ragam atau Analysis of Variance (Anova). Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka analisis data dilanjutkan dengan dengan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan s Multiple Range Test) (Kusningrum, R. S. 2008). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Grafik kandungan klorofil Spirulina platensis Pada grafik Gambar 8. terlihat kandungan klorofil tertinggi pada perlakuan E yaitu sebanyak 0,0674 µg/ml pada hari keenam dan 0,0997 µg/ml pada hari ketujuh, sedangkan kandungan klorofil terendah diperoleh pada perlakuan A yaitu 0,0346 µg/ml pada hari keenam dan sebanyak 0,0570 µg/ml pada hari ketujuh. Data yang diperoleh selama penelitian kemudian dianalisis dengan analisis varian (ANAVA). Untuk mengetahui perbedaan diantara semua perlakuan maka perlu dilakukan uji jarak Duncan dengan derajat kepercayaan 0,05. Hasil uji statistik selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Kandungan Klorofil Yang Dikultur Menggunakan Pupuk Azolla pinnata Pada Hari Ke-6 dan Hari Ke-7 Hari Ke- A (1,5 ml/l) Kandungan Klorofil (µg/ml ) Pada Perlakuan B (2,5 ml/l) C (3,5 ml/l) D (4,5 ml/l) E (5,5 ml/l) K (Kontrol) 6 0,0346 d 0,0392 cd 0,0439 cd 0,0494 c 0,0674 a 0,0760 a 7 0,0570 c 0,0764 bc 0,0802 ab 0,0933 ab 0,0997 a 0,0697 ab Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) Hasil Uji jarak berganda Duncan pada hari keenam kandungan klorofil tertinggi diperoleh pada perlakuan K yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan E namun berbeda nyata dengan perlakuan A, B, C dan D. Perlakuan D tidak berbeda nyata dengan perlakuan C dan B namun berbeda nyata dengan perlakuan A, E dan K. Kandungan klorofil terendah pada perlakuan A yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan B dan C namun berbeda nyata dengan perlakuan D, E, dan K. Pada hari ketujuh kandungan klorofil tertinggi diperoleh pada perlakuan E yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan K (kontrol), C dan D namun berbeda nyata dengan perlakuan A dan B. Kandungan klorofil terendah diperoleh pada perlakuan A yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan B namun berbeda nyata dengan perlakuan C, D, E, dan K. Gambar 2. Grafik populasi Spirulina platensis

Berdasarkan grafik Gambar 2. pertumbuhan populasi Spirulina platensis tampak bahwa hari ketujuh merupakan hari puncak pertumbuhan populasi Spirulina platensis. Populasi tertinggi diperoleh pada perlakuan C (3,5 ml/l) dengan jumlah kepadatan 31,15 x 10 4 unit/ml dan pertumbuhan populasi terendah diperoleh pada perlakuan A (1,5 ml/l) dengan jumlah kepadatan 14,71 x 10 4 unit/ml sedangkan pada perlakuan K (kontrol) puncak populasi pada hari keenam, menurun pada hari ketujuh dan semakin menurun pada hari kedelapan. Hasil analisis varian (ANAVA) pengaruh pemberian pupuk Azolla pinnata terhadap pertumbuhan populasi Spirulina platensis menunjukkan bahwa masingmasing perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap pertumbuhan populasi Spirulina platensis dan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Populasi S. platensis ( x10 4 unit/ml) Setelah Dikultur Menggunakan Pupuk Azolla pinnata Pada Hari Pertama Hingga Hari Kedelapan Populasi S. platensis ( x10 4 unit/ml) Pada Hari Ke- Perlakuan Ke-0 Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Ke-6 Ke-7 Ke-8 A ( 1,5mL/L) 1 a 11,11 b 12,10 d 13,04 b 13,67 e 13,78 d 12,58 d 14,71 d 10,93 d B ( 2,5mL/L) 1 a 11,81 ab 12,55 cd 14,45 b 18,72 c 20,31 bc 21,38 c 23,94 c 20,47 c C ( 3,5mL/L) 1 a 12,61 a 15,57 ab 18,92 a 22,38 a 25,95 a 28,06 a 31,15 a 25,46 a D ( 4,5mL/L) 1 a 12,13 a 15,07 ab 17,76 a 20,50 b 21,91 b 24,98 b 26,71 b 20,90 c E ( 5,5mL/L) 1 a 12,14 a 14,01 c 13,93 b 15,78 d 18,80 c 20,58 c 23,35 c 17,52 c K (pupuk Walne) 1 a 12,67 a 16,19 a 19,20 a 22,23 a 24,80 a 28,79 a 27,06 b 22,90 c Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) Hasil Uji jarak berganda Duncan hari pertama populasi tertinggi pada perlakuan K yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, C, D, dan E namun berbeda nyata dengan perlakuan A. Populasi terendah pada perlakuan A yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan B namun berbeda nyata dengan perlakuan

C, D, E dan K. Populasi tertinggi hari kedua pada perlakuan K yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan C dan D, namun berbeda nyata dengan perlakuan E, B dan A. Perlakuan E tidak berbeda nyata dengan perlakuan B namun berbeda nyata dengan perlakuan A, C, D dan K. Populasi terendah pada perlakuan A yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan B namun berbeda nyata dengan perlakuan C, D, E dan K. Populasi tertinggi pada hari ketiga pada perlakuan K yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan C dan D namun berbeda nyata dengan perlakuan B, E dan A. Populasi terendah pada perlakuan A yang tidak berbeda nyata pada perlakuan B dan E namun berbeda nyata dengan perlakuan C, D dan K. Populasi tertinggi pada hari keempat pada perlakuan C yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan K, namun berbeda nyata dengan perlakuan D, B, E dan A. Populasi terendah pada perlakuan A yang berbeda nyata dengan semua perlakuan. Populasi tertinggi pada hari kelima pada perlakuan C yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan K, namun berbeda nyata dengan perlakuan D, B, E dan A. Perlakuan D tidak berbeda nyata dengan perlakuan B namun berbeda nyata dengan perlakuan A dan E. Populasi terendah pada perlakuan A yang berbeda nyata dengan semua perlakuan. Populasi tertinggi pada hari keenam pada perlakuan K merupakan fase eksponensial (puncak populasi) dengan jumlah kepadatan 28,79 x 10 4 unit/ml, yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan C namun berbeda nyata dengan perlakuan D, B, E dan A. Perlakuan E tidak berbeda nyata dengan perlakuan B namun berbeda nyata dengan perlakuan A, C, D dan K. Populasi terendah pada perlakuan A dengan jumlah kepadatan 12,58x10 4 unit/ml yang berbeda nyata dengan semua perlakuan. Populasi tertinggi pada hari ketujuh (puncak populasi) pada perlakuan C dengan jumlah kepadatan 31,15 x 10 4 unit/ml yang berbeda nyata dengan semua perlakuan. Perlakuan K tidak berbeda nyata dengan perlakuan D namun berbeda nyata dengan perlakuan A, B,C dan E. Perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan E namun berbeda nyata dengan perlakuan A, C, D dan K. Populasi terendah pada perlakuan A dengan jumlah kepadatan 14,71 x 10 4 unit/ml yang berbeda nyata dengan semua perlakuan. Pada hari kedelapan semua perlakuan

mengalami penurunan dari puncak populasi. Perlakuan C berbeda nyata dengan semua perlakuan. Perlakuan K tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, D, dan E namun berbeda nyata dengan perlakuan A. Pada penelitian ini kandungan klorofil tertinggi pada konsentrasi 5,5ml/L sedangkan populasi tertinggi pada konsentrasi 3,5ml/L. Hal yang sama pada penelitian (Yuniati, 2007) yang mengkultur fitoplankton dengan menggunakan media ekstrak touge, dan di dapatkan hasil konsentrasi optimal untuk kandungan klorofil tertinggi 6%. sedangkan konsentrasi optimal untuk populasi tertinggi 4%. Kandungan klorofil tertinggi pada konsentrasi tertinggi tetapi tidak diikuti populasi yang tinggi pula, dikarenakan semakin tinggi konsentrasi pemberian pupuk, maka efektivitas pemanfaatan nutrien semakin rendah. jadi diduga pada konsentrasi tinggi, pertumbuhan Spirulina platensis terhambat dalam melakukan pembelahan sel yang nmenyebabkan populasi tidak meningkat, tetapi sisa nutrien yang berlebih dimanfaatkan untuk proses pendewasaan dengan memproduksi klorofil. Pertumbuhan dan pembentukan klorofil pada Spirulina platensis selain dipengaruhi oleh kandungan nutrisi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di dalam media pemeliharaan. Faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan Spirulina platensis adalah suhu air, suhu ruangan, salinitas dan ph (Cornet et al, 1992). Data hasil pengukuran kualitas air selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Kisaran Kualitas Air Selama Masa Pemeliharaan Parameter pengamatan Hasil Suhu 27-30 o C ph 7-9 Salinitas 25-31 ppt

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan pada penelitian ini adalah : 1. Penambahan pupuk cair Azolla pinnata ke dalam media kultur berpengaruh terhadap kandungan klorofil Spirulina platensis. 2. Penambahan pupuk cair Azolla pinnata dengan konsentrasi 5,5 ml/l menghasilkan klorofil tertinggi 0,0997 µg/ml 6.2 Saran Pertambahan kandungan klorofil Spirulina platensis dapat ditingkatkan dengan menggunakan pupuk cair Azolla pinnata dengan konsentrasi 5,5 ml/l. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang waktu yang diperlukan oleh Spirulina platensis untuk mendapatkan klorofil yang tertinggi. DAFTAR PUSTAKA Edhy, W., Pribadi, A. J dan Kurniawan. 2003. Plankton di Lingkungan PT. Centralpertiwi Bahari. Suatu Pendekatan Biologi dan Manajemen Plankton dalam Budidaya Udang. Mitra Bahari. Lampung. hal. 3-29. Ekawati, A. W. 2005. Diktat Kuliah Budidaya Pakan Alami. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. hal. 3-48. Hariyati, R. 2008. Pertumbuhan dan Biomassa Spirulina sp dalam Skala Laboratoris. Laboratorium Ekologi dan Biosistematik. Jurusan Biologi FMIPA Undip. Semarang Kusningrum, R. S. 2008. Perancangan Percobaan. Universitas Airlangga. Surabaya. Hal. 165-173 Natasasmita, D. 2009. Spirulina Mikroalga.http: // adios19. wordpress. com /2011/ 05/ 28 /spirulina/. 15 Desember 2011. Rochdianto, A. 2008. Manfaat Tanaman Azolla. http: // far 71. wordpress. Com/ 2011/ 05/15/manfaat-tanaman-azolla/. 14 desember 2011. Vonshak, A. 1997. Spirulina platensis. (Arthrospira). Physiology, Cell-Biology and Biotechnology. Taylor and Francis. 234p.