BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun

By: Sulindawaty, M.Kom

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan,

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KELAMIN PADA PRIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR BERBASIS WEB

2/22/2017 IDE DASAR PENGANTAR SISTEM PAKAR MODEL SISTEM PAKAR APLIKASI KECERDASAN BUATAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT SAPI DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR BERBASIS ANDROID

SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. inferensi Forward Chaining dan Backward chaining. Hasil penelitian

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

Expert System. Siapakah pakar/ahli. Pakar VS Sistem Pakar. Definisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem Berbasis Pengetahuan. Program Studi Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT PADA TANAMAN ANGGREK MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

Pengetahuan 2.Basis data 3.Mesin Inferensi 4.Antarmuka pemakai (user. (code base skill implemetation), menggunakan teknik-teknik tertentu dengan

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KEJIWAAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (STUDI KASUS RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA)

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

Untung Subagyo, S.Kom

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

Feresi Daeli ( )

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit yang Disebabkan Nyamuk dengan Metode Forward Chainning

Backward Chaining & Forward Chaining UTHIE

JURNAL IMPLEMENTASI NET BELIEF CERTAINTY FACTOR PADA SELEKSI PENERIMA BERAS MISKIN

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL PENYAKIT KAMBING MENGGUNAKAN FUZZY INFERENCE TSUKAMOTO

Sistem Pakar. Pertemuan 2. Sirait, MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KNOWLEDGE-BASED EXPERT SYSTEM UNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

Aplikasi untuk Diagnosis Penyakit pada Anak dan Balita Menggunakan Faktor Kepastian

IMPLEMENTASI INFERENCE ENGINE DENGAN RANGKAIAN MUNDUR PADA SISTEM PAKAR UNTUK SIMULASI SELEKSI TERNAK

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Struktur Sistem Pakar

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT.

Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosa Hama Jeruk dan Pengobatannya Menggunakan Metode Certainty Factor

DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Sapi Potong Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

PENALARAN INEXACT. KETIDAKPASTIAN dan KAIDAH

BAB III LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori yang melandasi di dalam pembangunan sistem pakar yang penulis akan buat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

MENGENAL SISTEM PAKAR

CERTAINTY FACTOR UTHIE

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

II. LANDASAN TEORI. Tabel 2. Persyaratan Kondisi Iklim dan Tanah yang Optimum untuk Kopi Robusta dan Arabika

BAB II DASAR TEORI. Sistem pakar atau Expert System biasa disebut juga dengan knowledge

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

FORWARD & BACKWARD CHAINING SISTEM PAKAR

PEMBERIAN ALASAN YANG TIDAK EKSAK

SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU

Gambar 3.1 Arsitektur Sistem Pakar (James Martin & Steve Osman, 1988, halaman 30)

BANGSA-BANGSA KERBAU PERAH

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

Sistem Pakar Diagnosa Awal Penyakit Kulit Pada Sapi Bali dengan Menggunakan MetodeForward chaining dan Certainty Factor

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

SISTEM PAKAR. Entin Martiana, S.Kom, M.Kom

BAB 2 LANDASAN TEORI

Identifikasi Penyakit Sapi Pada Sapi Ternak Dengan Forward Chaining

SISTEM PAKAR SELEKSI KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO. Kelompok B Kelas A

BAB IV HASIL DAN UJICOBA

Definisi Keuntungan dan kelemahan Konsep Dasar Bentuk dan Struktur Sistem Basis Pengetahuan Metode Inferensi Ciri-ciri Aplikasi dan Pengembangannya

Expert System. MATA KULIAH : Model & Simulasi Ekosistem Pesisir & Laut. Syawaludin A. Harahap 1

BAB III METODE PENELITIAN

Feriani A. Tarigan Jurusan Sistem Informasi STMIK TIME Jln. Merbabu No. 32 AA-BB Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM PADA BALITA MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR DAN FORWARD CHAINING BERBASIS VISUAL BASIC

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

CROSSBREEDING PADA SAPI FH DENGAN BANGSA SAHIWAL. Oleh: Sohibul Himam Haqiqi FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

Pendahuluan PENGERTIAN SISTEM PAKAR

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. identifikasi penyakit pada tanaman buah naga dengan menggunakan metode

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK DIAGNOSA HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN MELON

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

PENGEMBANGAN SISTEM PENENTUAN UNIT KERJA KARYAWAN PADA PT. ANEKA MODE INDONESIA BERDASARKAN PSIKOTEST MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

PENERAPAN METODE CERTAINTY FACTOR DALAM MENDETEKSI DINI PENYAKIT TROPIS PADA BALITA

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT BABI DENGAN METODE BACKWARD CHAINING

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining

Sistem Pakar Dasar. Ari Fadli

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT UMUM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN PHP DAN MYSQL

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

Kelas A & B Jonh Fredrik Ulysses

APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

TAKARIR. data atau informasi dan transformasi data yang bergerak dari pemasukan data hingga ke keluaran. Database

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Sistem Pakar Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk mengambil keputusan seperti keputusan yang diambil oleh seorang atau beberapa orang pakar. Menurut Marimin (1992), sistem pakar adalah sistem perangkat lunak komputer yang menggunakan ilmu, fakta, dan teknik berpikir dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang biasanya hanya dapat diselesaikan oleh tenaga ahli dalam bidang yang bersangkutan. 1.1.1 Ciri-Ciri Sistem Pakar Ciri-ciri yang dimiliki sistem pakar terdiri dari beberapa macam menurut Sutojo (Sutojo, 2011) yaitu:. 1. Terbatas pada domain keahlian tertentu. 2. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap atau tidak pasti. 3. Dapat mejelaskan alasan-alasan dengan cara yang dapat dipahami. 4. Bekerja berdasarkan kaidah atau rule tertentu. 5. Mudah dimodifikasi. 6. Basis pengetahuan dan mekanisme inferensi terpisah 7. Keluarannya bersifat anjuran 1.1.2 Konsep Dasar Sistem Pakar Konsep dasar sistem pakar menurut (Sutojo, 2011) mengandung beberapa unsur, diantaranya adalah:

1. Kepakaran (Expertise) Kepakaran disini berupa pengetahuan tentang fakta-fakta dalam suatu bidang tertentu baik itu berupa teori-teori tentang bidang permasalahan tertentu, aturan-aturan dan prosedur-prosedur menurut bidang permasalahan pada umumnya dan pengetahuan. 2. Pakar (Expert) Seorang pakar adalah orang yang memiliki ilmu dan pengalaman tertentu sehingga dapat menerapkannya untuk menyesesaikan suatu masalah dan memberikan solusinya. 3. Pemindahan Kepakaran (Transfering Expertise) Pemindahan kepakaran yaitu memindahkan pengetahuan pakar kedalam komputer yang selanjutnya diberikan kepada oarang yang bukan pakar. Dengan beberapa proses sebagai berikut. b. Akuisisi pengetahuan c. Representasi pengetahuan d. Inferensi pengetahuan e. Pemindahan pengetahuan ke pengguna 4. Inferensi (Inferencing) Inferensi adalah program yang memiliki kemampuan untuk melakukan penalaran. Semua pengetahuan yang dimiliki oleh pakar disimpan pada basis pengetahuan oleh sistem pakar dan inferensi yang memberikan kesimpulan berdasarkan pengetahuan yang ada. 5. Aturan-aturan (Rule) Sistem pakar komersial adalah sistem yang berbasis rule ( rule-based sistem) yaitu pengetahuan disimpan terutama dalam bentuk rule sebagai prosedurprosedur pemecahan masalah. 6. Kemampuan Menjelaskan (Explanation Capability) Fasilitas lain dari sistem pakar adalah kemampuannya untuk menjelaskan saran atau rekomendasi yang diberikan. Penjelasan dilakukan dalam subsistem disebut subsistem penjelasan (explanation).

1.1.3 Struktur Sistem Pakar Struktur yang dimiliki pada sistem pakar terdiri dari dua bagian lingkungan (Sutojo, 2011) yaitu yang pertama lingkungan pengembangan digunakan oleh pembuat sistem pakar untuk membangun semua kompenen dan memperkenalkan pengetahuan dalam basis pengetahuan dan yang kedua lingkungan konsultasi pada lingkungan ini digunakan oleh pengguana sistem pakar untuk berkonsultasi dengan sistem layaknya berkonsultasi dengan pakar sehingga pengguna mendapatkan nasehat dan pengetahuan.kedua lingkungan ini memiliki beberapa komponen sebagai berikut ini. LINGKUNGAN KONSULTASI LINGKUNGAN PENGEMBANGAN Gambar 2.1 Komponen-Komponen Penting Dalam Sistem Pakar Berikut ini adalah penjelasan dari gambar : 1. Akuisisi Pengetahuan Pada tahapan ini digunakan untuk inputan ppengetahuan yang dimiliki oleh pakar, yaitu dengan cara merekayasa pengetahuan pakar supaya bisa diproses oleh computer dan menaruhnya dalam basis pengetahuan tertentu.

2. Basis pengetahuan (Knowledge Base) Ada dua bsis pengetahuan pada sistem pakar yaitu: a. Penalaran berbasis aturan (Rule-Based Reasoning). Pada penalaran berbasis aturan, pengetahuan direpresentasikan dengan menggunakan aturan berbentuk :IF-THEN. Bentuk ini digunakan apabila kita memiliki sejumlah pengetahuan pakar pada suatu permasalahan tertentu dan sipakar dapat menyelesaikan masalah tersebut secara berurutan. b. Penalaran berbasis kasus (Case-Based Reasoning). Pada penalaran berbasis kasus, basis pengetahuan akan berisi solusisolusi yang telah dicapai sebelumnya, kemudian akan diturunkan suatu solusi untuk keadaan yang terjadi sekarang (fakta yang ada). Bentuk ini digunakan apabila user menginginkan untuk tahu lebih banyak lagi pada kasus-kasus yang hampir sama (mirip). 3. Mesin inferensi (Inference Engine) Mesin inferensi adalah sebuah program yang berfungsi memandu proses penalaran terhadap suatu kondisi berdasarkan pada basis pengetahuan yang ada, memanipulasi dan mengarahkan kaidah, model dan fakta yang disimpan dalam basis pengetahuan untuk mencapai solusi atau kesimpulan. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam menarik kesimpulan, yaitu. a. Forward Chaining Forward chaining adalah teknik pencarian yang dimulai dengan fakta yang diketahui, kemudian mencocokkan fakta fakta tersebut dengan bagian IF dari rules IF-THEN. Bila ada fakta yang cocok dengan IF, maka rule tersebut dieksekusi. Bila sebuah rule dieksekusi, maka sebuah fakta baru (bagian THEN) ditambahkan kedalam database. Setiap rule hanya boleh dieksekusi sekali saja. Proses pencocokan berhenti bila tidak ada lagi rule yang bisa dieksekusi.

b. Backward Chaining Backward Chaining adalah metode inferensi yang bekerja mundur kea rah awal. Proses diawali dari Goal (yang berada dibagian THEN dari rule IF- THEN), kemudian pencarian mulai dijalankan untuk mencocokkan apakah fakta-fakta yang ada cocok dengan premis-premis di bagian IF. Jika cocok rule dieksekusi kemudian, hipotesis dibagian THEN ditempatkan di basis data sebagai fakta baru. Proses berakhir jika goal ditemukan atau tidak ada rule yang bisa membuktikan kebenaran dari goal atau subgoal. 4. Daerah kerja (Blackboard) Blackboard atau daerah kerja digunakan untuk penyimpanan hasil sementara yang dijadikan suatu keputusan. Ada tiga macam bentuk keputusan: a. Rencana : bagaimana mengatasi masalah. b. Agenda : aksi-aksi yang sedang menunggu untuk dieksekusi. c. Solusi : calon aksi yang akan dibangkitkan 5. Antarmuka Pengguna (User Interface) Antarmuka pengguna merupakan tempat atau media yang dapat digunakan sebagai media berkomunikasi berupa dialog antara pengguna sistem dan sistem pakar. 6. Subsistem Penjelasan (Explanation Subsistem) Berfungsi memberi penjelasan kepada pengguna, bagaimana suatu kesimpulan dapat diambil. Kemampuan seperti ini sangat penting bagi pengguna untuk mengetahui proses pemindahan keahlian pakar maupun dalam pemecahan masalah. 7. Sistem Perbaikan Pengetahuan (Knowledge Refining Sistem) Kemampuan memperbaiki pengetahuan ( Knowledge Refining Sistem) dari seorang pakar diperlukan untuk menganalisis pengetahuan, belajar dari kesalahan masa lalu, kemudian memperbaiki pengetahuannya sehingga dapat dipakai pada masa mendatang 8. Pengguna (User) Pada umumnya pengguna sistem pakar bukanlah seorang pakar (non-expert) yang membutuhkan solusi, saran atau pelatihan dari berbagai permasalahan yang ada.

1.2 Certainty Factor Faktor ketidak pastian merupakan cara dari penggabungan kepercayaan dan ketidak percayaan dalam bilangan tunggal. Dalam teori kepastian, data-data kualitatiif direpresentasikan sebagai derajat kepastian, (degree of belief ). Dalam menggambarkan derajat keyakinan, teori kepastian menggunakan nilai yang disebut certainty factor (CF) untuk meansumsikan derajat keyakinan seorang pakar terhadap suatu data. Certainty Factor menerapkan konsep keyakinan (belief) dan ketidak pastian ( disbelief). ( Sutojo, 2011). Konsep ini dirumuskan sebagai berikut: CF(H,E)=MB(H,E)-MD(H,E) MB(H,E)= max[p(h E),P(H)] P(H) Max[1,0] P(H) MD(H,E)= min[p(h E),P(H)] P(H) Min [1,0] P(H) Keterangan: CF MB MD E H P(H E) = Certainty Factor dalam hipotesis H dipengaruhi oleh fakta E = Measure of belief merupakan ukuran kenaikan dari kepercayaan hipotesis H yang dipengaruhi oleh fakta B = Measure of Increased Disbelief merupakan ukuran kenaikan dari ketidak percayaan hipotesis H yang dipengaruhi oleh fakta E = Evidence (peristiwa/fakta) = Hipotesa (dugaan) = probabilitas H benar karena fakta E

1.3 Hewan Ternak 1.3.1 Kambing Kambing tergolong hewan pemamah biak, berkuku genap, dan bertanduk sepasang menggantung (Sarwono,2011). Hampir semua jenis kambing merupakan hewan pegunungan yang suka hidup di lereng-lereng yang curam.kambing mempunyai kebiasaaan makan sambil berdiri dan gemar mencari hijauan berupa dedaunan. Dalam kalasifikasi biologi, kambing digolongkan dalam kelompok binatang menyusui,suku ruminansia(binatang pemamah biak)(caprinae). Kelompok anak suku itu masih dibagi-bagi lagi kedalam kelompok lebih kecil, yaitu terbagi dalam lima tribe (rumpun) dan 11 genus (marga atau induk jenis). Akibat pengaruh keadaan alam, seperti iklim, kesuburan tanah, mutu pakan, dan cara pemeliharaannya, diberbagai negara tercipta kelompok-kelompok ternak kambing yang jumlah populasinya besar masing-masing memiliki ciri fisik dan sifat-sifat yang menurun pada generasi berikutnya. Ternak kambing memiliki manfaat ganda, susu dan daging dapat dimanfaatkan. 1.3.1.1 Kambing Potong Produksi daging merupakan fungsi terpenting dalam peternakan kambing di Indonesia ( Sarwono, 2011). Untuk menghasilkan kambing yang yang berkualitas memiliki beberapa kreiteria, karena tidak semua induk kambing betina dan jatan dapat menghasilkan bibit yang unggul. Untuk itu calon induk dan pejantan harus memiliki beberapa keriteria: Ciri-ciri Induk Bagi Kambing Potong: 1. Calon Induk Betina Subur Sorot mata tajam Bibir rahim membengkak Bibir rahim kemerah-merahan Sering mengimbik Sering gelisah Nafsu makan menurun Tinggi 65 cm

Pantat terlihat bulat 2. Calaon Pejantan Memiliki dada yang bidang Permukaan dada terlihat lebar dari jarak antara kaki kiri dan kanan Pelir normal Badan panjang dengan bagian belakang besar Kaki kuat bertumit tinggi Berumur 1-5 tahun 1.3.1.2 Kambing Perah Kambing perah merupakan miniatur (bentuk kecil) dari sapi perah.kedua ternak perah ini memiliki banyak persamaan dan perbedaan yg menonjol. Seperti sapi perah, kambing perah dikembangbiakkan dan diseleksi sejak zaman kuno untuk menghasilkan susu yang banyak. Untuk menghasilkan kambing yang berkualitas memiliki beberapa kreiteria, karena tidak semua induk kambing betina dan jantan dapat menghasilkan bibit yang unggul. Untuk itu calon induk dan pejantan harus memiliki beberapa keriteria: 1. Calon Induk Betina Subur Sorot mata tajam Bibir rahim membengkak Bibir rahim kemerah-merahan Sering mengimbik Sering gelisah Nafsu makan menurun Tinggi 65 cm Pantat terlihat segitiga dari belakang Telinga panjang 2. Calaon Pejantan Memiliki dada yang bidang Permukaan dada terlihat lebar dari jarak antara kaki kiri dan kanan Pelir normal Badan panjang dengan bagian belakang besar

Kaki kuat bertumit tinggi Berumur 1-5 tahun Libido tinggi 1.3.2 Sapi Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari faili Bovidae. Seperti halnya bison, banteng, kerbau, dan anoa. Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicius) atau jenis sapi yang berpunduk, yang berasal dan terbesar dari daerah teropis, yang kedua kelompok Bos primigenius, yang terbesar di daerah sub tropis atau yang lebih dikenal dengan Bos Taurus. Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein, susu dan kulit sebagai indudtri. 1.3.2.1 Sapi Potong Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging setelah ternak unggas di Indonesia. Jenis sapi potong Indonesia adalah sapi bali, sapi ongole, sapi madura. Untuk menghasilkan sapi yang yang berkualitas memiliki beberapa kreiteria, karena tidak semua induk sapi betina dan jatan dapat menghasilkan bibit yang unggul. Untuk itu calon induk dan pejantan harus memiliki beberapa keriteria: 1. Calon induk betina sapi bali Mata tidak memiliki kotoran Di sekitar mulut tidak ada berak Tinggi 100 cm Garis punggung datar Tulang rusuk tidak terlihat Pantat terlihat bulat Punggung bergaris warna hitam Kulit warna putih pada kaki sampai lutut

Pantat berwarna putih Calon pejantan sapi Bali Mata bercahaya Kepala dan leher sedikit panjang Punggung dan pinggul rata Badan panjang Paha rata dan cukup terpisah Testis simetris Punggung bergaris warna hitam Kulit warna putih pada kaki sampai lutut Pantat berwarna putih 2. Calon induk betina sapi Ongole Mata tidak memiliki kotoran Di sekitar mulut tidak ada berak Tinggi 100 cm Garis punggung datar Tulang rusuk tidak terlihat Pantat terlihat bulat Warna kulit putih dan hitam Bergelambir Berpunduk Calon Pejantan Sapi Ongole Mata bercahaya Kepala dan leher sedikit panjang Punggung dan pinggul rata Badan panjang Paha rata dan cukup terpisah Testis simetris 3. Ciri Induk Betina Sapi Madura Mata tidak memiliki kotoran Di sekitar mulut tidak ada berak

Tinggi 100 cm Garis punggung datar Tulang rusuk tidak terlihat Pantat terlihat bulat Memiliki punduk Kulit berwarna kuning hingga merah bata Kulit wararna putih pada moncong Ekor berwarna putih Kaki bawah berwarna putih Calon Pejantan Sapi Ongole Mata bercahaya Kepala dan leher sedikit panjang Punggung dan pinggul rata Badan panjang Paha rata dan cukup terpisah Testis simetris 1.3.2.2 Sapi Perah Sapi perah merupakan penghasil susu utama di Indonesia. Untuk menghasilkan sapi yang yang berkualitas memiliki beberapa kreiteria, karena tidak semua induk sapi betina dan jatan dapat menghasilkan bibit yang unggul. Untuk itu calon induk dan pejantan harus memiliki beberapa keriteria: Ciri-ciri induk sapi perah 1. Calon induk betina Mata tidak memiliki kotoran Di sekitar mulut tidak ada berak Memiliki produksi susu tinggi Umur 3-4,5 tahun Bentuk tubuh seperti baji Tulang rusuk kelihatan

Ambing lebih besar dari pantat Ambing diraba lunak Cena susu banyak,panjang dan berkelokkelok Puting susu makximal 4 Jarak kaki depan dan belakang cukup lebar 2. Calon pejantan Mata bercahaya Kepala dan leher sedikit panjang Punggung dan pinggul rata Badan panjang Paha rata dan cukup terpisah Testis simetris