BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi pada manusia maupun hewan. Pada manusia, antara 20-30% dari pasien

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. nyeri. Nyeri menjadi penyebab angka kesakitan yang tinggi di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manifestasinya dapat sangat bervariasi, mulai dari yang ringan tanpa gejala,

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB III UJI FUNGSI OTOT A. PENDAHULUAN

BAB VI ENZIMOLOGI KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

Acute Kidney Injury (AKI) merupakan komplikasi. Neutrophil Gelatinase Associated Lipocalin Urin sebagai Deteksi Dini Acute Kidney Injury

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

PERBEDAAN KADAR UREUM & CREATININ PADA KLIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA DENGAN HOLLOW FIBER BARU DAN HOLLOW FIBER RE USE DI RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

I. PENDAHULUAN. perhatian adalah buah luwingan (Ficus hispida L.f.). Kesamaan genus buah

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sel, dan menjadi penyebab dari berbagai keadaan patologik. Oksidan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dirofilaria immitis (D. immitis) yang dikenal sebagai cacing jantung,

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Antibiotik adalah obat yang digunakan sebagai obat anti infeksi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

Etiology dan Faktor Resiko

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan,

Kriteria RIFLE pada Acute Kidney Injury. Sudung O. Pardede, Niken Wahyu Puspaningtyas. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. tahun 1925 di Italia pada anak-anak dengan kelainan klinis berupa anemia berat,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu. American College Obstetry and Gynecology (ACOG)

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu. Penurunan imunitas seluler penderita HIV dikarenakan sasaran utama

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kasus infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. cukup tinggi menyebabkan kematian penduduk dunia dan sekarang ini jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I ENZIMOLOGI KLINIK

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan sindroma klinik akibat respon yang berlebihan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. berhasil mencapai target Millenium Development Goal s (MDG s), peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Ginjal merupakan organ yang sangat penting untuk. mengekskresikan produk-produk yang sudah tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly,

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia,

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jus sayuran. Sehingga masyarakat lebih banyak mengkonsumsi minuman

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease / CKD) merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Gagal ginjal akut merupakan suatu kondisi dengan resiko kematian yang tinggi pada manusia maupun hewan. Pada manusia, antara 20-30% dari pasien yang dalam kondisi kritis, dengan kisaran 6% akhirnya memerlukan terapi transplantasi ginjal (Ferguson et al., 2008; Ronco et al., 2010). Mekanisme patofisiologi yang berkaitan dengan kerusakan ginjal akut akhir-akhir ini semakin mendapat perhatian di bidang medis (Ronco et al., 2010). Meskipun kemajuan dalam bidang diagnosis dan pengobatan semakin berkembang, kerusakan ginjal akut merupakan faktor penting yang beresiko munculnya berbagai macam komplikasi serius pada pasien (Coca et al., 2007; Coca et al., 2009). Dalam praktek klinis saat ini, gagal ginjal akut biasanya didiagnosis dengan melakukan pengukuran terhadap kadar kreatinin dan blood urea nitrogen (BUN) dalam serum. Namun kreatinin merupakan indikator yang tidak diandalkan selama perubahan akut pada fungsi ginjal (Nguyen dan Devarajan, 2008; Clerico et al., 2012). Hal ini disebabkan beberapa alasan: pertama, peningkatan kadar kreatinin dapat bervariasi karena dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, masa otot, metabolime otot dan status hidrasi. Kedua, konsentrasi kreatinin tidak akan mengalami perubahan hingga 50% dari fungsi ginjal yang mengalami kerusakan. Ketiga, rendahnya filtrasi glomerulus, sehingga selama perubahan akut pada filtrasi glomerulus, kreatinin dalam serum tidak cukup akurat untuk 1

2 menggambarkan status fungsi ginjal sampai terjadinya keseimbangan, dan ini memerlukan waktu yang cukup lama. Pengukuran kadar BUN diketahui tidak sensitif, non spesifik, dan tidak representasikan keadaan sebenarnya pada kerusakan ginjal yang bersifat progresif (Nguyen dan Devarajan, 2008). Keterlambatan deteksi juga berarti penundaan dalam diagnosis awal periode kerusakan pada ginjal yang menimbulkan kerusakan ginjal yang bersifat irreversibel. Oleh karena itu, untuk evaluasi yang lebih akurat terhadap status fungsi ginjal diperlukan metode lain yang lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan pemeriksaan kreatinin dan ureum (Ronco et al., 2010; Devarajan, 2010; Cruz et al., 2011). Kerusakan ginjal akut dapat diekspresikan suatu penanda atau biomarker tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai poin strategis bagi pengembangan deteksi kerusakan ginjal (Clerico et al., 2012). Biomarker yang ideal untuk kerusakan akut ginjal harus bersifat noninvasif, dapat menggunakan urin atau darah, cepat dan murah, bisa dikembangkan sebagai pedoman untuk uji klinis dan dapat digunakan sebagai diagnosis awal kerusakan fungsi ginjal. Banyak biomarker telah dikembangkan untuk deteksi awal dan akurat dari penyakit ginjal akut (Ronco et al., 2010; Cruz et al., 2011). Di antara biomarker tersebut, yang mampu memberikan hasil yang sensitif dan handal adalah identifikasi terhadap cystatin C dan neutrophil gelatinaseassociated lipocalin (NGAL) (Cruz et al., 2011). Acute dialysis Quality Initiative (ADQI) melaporkan bahwa hanya uji NGAL dan cystatin C yang paling mungkin untuk dapat diintegrasikan pada praktek klinis dalam waktu singkat (Ronco et al., 2010).

3 Neutrophil gelatinase-associated lipocalin dalam urin dapat menjadi biomarker untuk prediksi awal kerusakan ginjal akut (Pedersen et al., 2010). Protein NGAL mudah dideteksi dalam plasma dan urin pada Model hewan tikus dan mencit (Mishra et al., 2004; Han et al., 2012). Ekspresi mrna NGAL secara dramatis juga mengalami peningkatan sekresi pada daerah tubulus ginjal pada keadaan gagal ginjal akut yang disertai iskemik, septik dan pasca-transplantasi (Stejskal et al., 2008; Huynh et al., 2009). Oleh karena itu upaya untuk mengembangkan deteksi dini gagal ginjal akut dengan biosensor yang tepat dan sensitif sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan diagnostik gagal ginjal akut. Dalam penelitian ini ingin dikaji dan diidentifikasi NGAL sebagai biomarker gagal ginjal akut, melalui deteksi keberadaan NGAL pada hewan percobaan tikus yang diinduksi gliserol 50% sebagai induktor gagal ginjal akut. Melalui kajian molekuler keberhasilan dalam pemanfaatan biosensor NGAL dapat dikonfirmasi melalui perubahan histopatologik ginjal dan pemeriksaan rutin gangguan ginjal dengan menggunakan indikator kreatinin maupun BUN.

4 Perumusan Masalah Berdasarkan pada uraian yang telah disampaikan dan pentingnya untuk mencari alternatif biomarker untuk deteksi gagal ginjal akut, maka dapat dibuat beberapa rumusan masalah : 1. Apakah neutrophil gelatinase-associated lipocalin dapat diisolasi dan identifikasi dari darah maupun jaringan ginjal hewan coba tikus yang dibuat gagal ginjal akut? 2. Apakah kadar ureum, kreatinin dan organ ginjal akan mengalami perubahan pada hewan coba tikus yang dibuat gagal ginjal akut sesuai dengan munculnya biomarker NGAL yang dideteksi? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Melakukan identifikasi neutrophil gelatinase-associated lipocalin pada hewan coba tikus yang dibuat gagal ginjal akut. 2. Mengevaluasi kadar ureum, kreatinin dan perubahan histopatologik ginjal pada hewan coba tikus yang dibuat gagal ginjal akut. Manfaat Penelitian Analisis biomarker pada kejadian gagal ginjal akut bermanfaat untuk memberikan informasi tentang kondisi ginjal saat mengalami gagal akut. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai metode terpilih untuk mendeteksi kondisi ginjal saat mengalami gagal akut, sehingga diagnosis dan penanganan terhadap kejadian gagal ginjal akut lebih cepat. Selain itu diharapkan

5 dalam penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai model hewan induksi yang cocok untuk penelitian pada kasus gagal ginjal akut. Keaslian Penelitian Sepanjang penulis ketahui, penelitian tentang identifikasi biomarker neutrophil gelatinase-associated lipocalin (NGAL), ureum dan kreatinin pada kejadian gagal ginjal akut pada tikus yang diinduksi gliserol 50% belum pernah dilaporkan. Adapun penelitian sejenis mengenai biomarker gagal ginjal akut dan kronis yang pernah dilaporkan dapat dilihat pada Tabel 1. Penelitian ini digunakan tikus strain Wistar yang diinduksi gliserol 50% secara intramuskular untuk memperoleh model gagal ginjal akut. Hewan percobaan dianalisis terhadap kadar ureum, kreatinin, NGAL, dan histopatologik organ ginjal. Metode untuk menganalisa kadar ureum dan kreatinin menggunakan Kit DiaSys Diagnostic Germany. Analisis NGAL dilakukan secara molekuler dengan menggunakan Reverse transcriptase Polymerase chain reaction (RT- PCR). Organ ginjal dianalisis gambaran histopatologiknya dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Keterbaruan dalam penelitian ini adalah identifikasi ekspresi messenger ribo nucleic acid (mrna) neutrophil gelatinase-associated lipocalin (NGAL) dengan menggunakan primer yang didesain sendiri oleh peneliti pada sampel darah dan ginjal tikus yang diinduksi gliserol 50% untuk memperoleh kejadian gagal ginjal akut. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran awal tentang early biomarker NGAL yang dapat digunakan sebagai alat untuk diagnosis dini kejadian gagal ginjal akut baik pada hewan maupun manusia.

6 Tabel 1. Penelitian tentang biomarker pada kejadian gagal ginjal akut dan kronis N Sampel o 1. Manusia, urin 2. Anjing, serum, urin 3. Anjing, serum, urin 4. Tikus Spraque Dawley, Plasma, urin 5. Tikus Wistar, serum 6. Mencit Swiss- Webster, darah, urin 7. Manusia, serum dan urin 8. Manusia, urin Gagal ginjal Induksi gagal ginjal Analisa/Marker Metode Referensi Kronis Kasus lapangan NGAL, Kreatinin Enzyme-linked Helmersson immunosorbent et al.,2013 assays (Elisa) Akut Gentamicin NGAL, blood urea Elisa, Urine Kai et nitrogen (BUN), Autoanalyzer al.,2013 Urin Kreatinin, Gamma Gutamyltransferase (GGT), Alkaline phosphatase (ALP), Lactate dehydrogenase (LDH), protein Akut Kasus lapangan NGAL Reverse transcriptase Polymerase chain reaction (RT-PCR), Western Blotting, Cloning, Elisa Akut Akut dan subkronis Lipopolisakarida (LPS) Gentamicin, Ochratoxin A Lee et al.,2012 NGAL RT-PCR Han et al.,2012 Calbindin, Clusterin, Cytatin C, KIM-1, NGAL/Lipocalin, BUN, Serum kreatinin Elisa, Urine Autoanalyzer Akut Cisplatin NGAL, Kreatinin RT-PCR, Immunohistokimia, Elisa Hoffmann et al.,2010 Mishra et al.,2004 Akut Kasus lapangan NGAL Elisa Nickolas et al.,2008 Kronis Kasus Lapangan protein urin Gel Agarose Elektroforesis Mariyah, 1994 9. Tikus Spraque Dawley Akut Gliserol BUN, kreatinin, glutamic oxaloacetic transaminase (GOT), glutamic pyruvic transaminase (GPT) and creatine phosphokinase (CPK), Histopatologik Blood Autoanalyser Yang et al., 2012.