BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rita Zahara, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lidia Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut teori pembelajaran konstruktivisme, peranan aktif siswa dalam

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pendidikan nasional dan tuntutan masyarakat. Kualitas pendidikan

I. PENDAHULUAN. agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

2015 PENGUASAAN KONSEP SISWA TOPIK PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL

I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak boleh ditinggalkan yaitu pengetahuan (cognitive, intelectual), keterampilan

yang sesuai standar, serta target pembelajaran dan deadline terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk,

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. dibandingkan secara rutin sebagai mana dilakukan melalui TIMSS (the Trends in

BAB I PENDAHULUAN PES JLH LLS. Rata. Total Rata. % Nilai KIM. Kota Medan ,98 8,32 50,90 8,48

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan gambaran majunya. peradaban suatu bangsa. Perkembangan IPTEK sekarang ini merambah

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan kurikulum 2013 menuntut sejumlah perubahan mendasar pada proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran dengan memperkuat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh serta

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. SMA (Sekolah Menengah Atas) dan MA (Madrasah Aliyah) diantaranya

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia yang dewasa, berkualitas dan berdaya saing, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Agar tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan masa kini lebih berorientasi pada peningkatan kemampuan peserta didik agar dapat menghasilkan peserta didik sebagai sumber daya manusia yang berkualitas dalam mendukung pertumbuhan nasional dan daerah. Proses pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kehidupan peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai intelegensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan ummat sebagaimana tuntutan dari tujuan pendidikan pada kurikulum 2013. Tujuan pendidikan pada kurikulum 2013 menurut Permendiknas no 69 tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkonstribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Penyempurnaan pola pikir yang berkaitan dengan pola pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan pada kurikulum 2013 diantaranya adalah perubahan pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik dan pola pembelajaran yang pasif menjadi pembelajaran aktif (Kemendikbud, 2013). Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan salah satu pembelajaran yang sesuai untuk penyempurnaan pola pikir dalam mencapai tujuan pendidikan pada kurikulum 2013. Pembelajaran inkuiri memberikan banyak peran peserta didik dalam proses pembelajaran untuk menemukan suatu konsep dan dapat menjadikan peserta didik lebih percaya diri dengan pengetahuan yang diperolehnya. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan belajar secara logis dan sistematis pada tujuan

2 pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri peserta didik tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri (Trianto, 2012). Trianto juga mengungkapkan bahwa pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik merupakan pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang, sehingga peserta didik mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dialaminya. Penyempurnaan pola pikir yang berkaitan dengan pola pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan pada kurikulum 2013 juga mencantumkan perubahan pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Pola pembelajaran kritis dapat dilakukan dengan proses pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuri banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif, yaitu belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal (Sanjaya, 2007). Belajar lebih dari sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk peserta didik melalui keterampilan berpikir. Sebagaimana hasil penelitian Nurmalinda (2011), Dukalang (2012), dan Dini (2013) menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis peserta didik dapat berkembang melalui pembelajaran inkuiri pada beberapa materi kimia. Menurut Arifin dkk (2000), proses pembelajaran IPA kurang berhasil menunjang kegiatan proses pembelajaran untuk menemukan prinsip tertentu dan menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan bila tidak ditunjang dengan kegiatan praktikum. Arifin dkk (2000) juga mengungkapkan bahwa kegiatan praktikum dapat dilakukan dengan proses inkuiri, sehingga dalam kegiatan praktikum di laboratorium tidak hanya mempermasalahkan hasil akhir, tetapi disertai bagaimana proses pembelajaran dapat mengembangkan proses inkuri dalam diri peserta didik. Mata pelajaran kimia mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energitika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Kimia merupakan cabang dari IPA dan berkedudukan sebagai

3 ilmu dasar (Mulyono, 2005). Oleh sebab itu, proses pembelajaran kimia juga perlu ditunjang dengan kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum yang sesuai dengan pola pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah kegiatan praktikum yang dapat mengembangkan proses inkuiri (praktikum berbasis inkuiri). Kegiatan praktikum berbasis inkuiri tepat untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kimia di kelas. Sebagaimana hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran praktikum berbasis inkuiri berdampak positif dalam pembelajaran kimia, yaitu pada materi hasil kali kelarutan dapat meningkatkan penguasaan konsep, pada materi larutan penyangga dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains, pada materi laju reaksi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, dan pada materi sifat koligatif larutan dapat meningkatkan kemampuan inkuiri, kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan konsep pada peserta didik (Megadomani, 2011; Wulandari dkk, 2013; Ernawati 2013; Amalina, 2014). Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan kegiatan praktikum berbasis inkuiri dapat lebih meningkatkan prestasi peserta didik dan lebih memotivasi peserta didik daripada kegiatan praktikum yang bersifat verifikasi (Budiman, 2010). Susiwi (2009) juga mengungkapkan bahwa kegiatan praktikum yang bersifat verifikasi kurang dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menemukan konsep sendiri. Hasil penelitian Pavelich dan Abraham (Susiwi, 2009) juga menyatakan bahwa perkembangan intelektual siswa akan menjadi lebih lambat bila pembelajaran dilakukan dengan cara informatif atau praktikum yang bersifat verifikasi. Hasil penelitian Susiwi (2009) menunjukkan bahwa pada pembelajaran praktikum kimia dengan menggunakan LKS yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan kesiapan praktikum peserta didik dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Maka pada pembelajaran praktikum berbasis inkuiri pun diperlukan LKS praktikum berbasis inkuiri yang dapat membimbing peserta didik mengembangkan

4 kemampuannya secara optimal dalam menemukan konsep secara mandiri sebagai penunjang kegiatan praktikumnya. Penerapan pembelajaran inkuiri perlu mempertimbangkan jenis inkuiri yang tepat digunakan berdasarkan kemampuan peserta didik. Jenis-jenis inkuiri menurut Bonnstetter (Suyanti, 2010) terdapat lima tingkatan yaitu traditional hands-on, structured science experiences, guided inquiry, student directed inquiry, dan student research. Sejalan dengan Bonnstetter, Buck et al. (2008) membagi pembelajaran inkuiri di laboratorium menjadi 5 level, yaitu level 0: inkuri konfirmasi, level 1/2: inkuiri terstruktur, level 1: inkuiri terbimbing, level 2: inkuiri terbuka, dan level 3: inkuiri bebas. Jenis inkuiri yang relevan dengan psikologis peserta didik di sekolah dasar dan menengah adalah inkuiri terbimbing (Abidin, 2013). Hal ini berarti dalam proses tahapan tertentu siswa mendapat bimbingan dan panduan guru dalam melaksanakan proses inkuirinya. Pengembangan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi kimia telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Purnama (2014) dan Wulandari (2014). Pengembangan LKS praktikum yang telah dilakukan keduanya mendapat tanggapan positif baik dari siswa maupun guru. Penggunaan LKS inkuiri terbimbing juga dapat dilakukan guru untuk mempersiapkan peserta didik dalam melakukan praktikum menggunakan LKS inkuiri terbuka pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Cheung, 2006) Salah satu pokok materi pada mata pelajaran kimia di SMA adalah pokok materi reaksi oksidasi-reduksi. Reaksi oksidasi-reduksi ini banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya terdapat pada salah satu proses pengolahan limbah beralumunium. Keberadaan limbah beralumunium ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa dan proses pengolahan limbahnya mengandung konsep kimia yang dapat dipelajari oleh siswa. Penelitian mengenai pemanfaatan limbah beralumunium menunjukkan bahwa alumunium dalam limbah beralumunium dapat dimanfaatkan kembali untuk produk berbahan dasar alumunium yang lebih bermanfaat dengan mereaksikan

5 limbah tersebut dengan larutan asam klorida pada salah satu tahapan pengolahannya (Wenny dkk, 2004; Herman, 2006; Manurung dan Ayuningtyas, 2010). Reaksi antara alumunium dalam limbah beralumunium dengan asam klorida adalah reaksi oksidasi-reduksi. Standar isi pada kurikulum 2013 untuk kelas X semester genap mencantumkan pokok materi reaksi oksidasi reduksi pada KD 4.9 yaitu Merancang, melakukan dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan reaksi oksidasi-reduksi. Kompetensi Dasar tersebut diantaranya menuntut siswa untuk dapat merancang dan melakukan suatu percobaan pada pokok materi reaksi oksidasi-reduksi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk mengembangkan jenis LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada pokok materi reaksi oksidasi-reduksi dalam salah satu tahapan pemanfaatan limbah beralumunium dengan judul Pengembangan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Materi Reaksi Oksidasi-Reduksi dan Pemanfaatannya dalam Mengolah Limbah Beralumunium B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah secara umum untuk penelitian ini adalah Bagaimana pengembangan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada pokok materi reaksi oksidasireduksi dan pemanfaatannya dalam mengolah limbah beralumunium Adapun rumusan masalah secara khusus terdiri dari: 1. Bagaimana karakteristik LKS praktikum pada pokok materi reaksi oksidasi-reduksi di SMA kelas X yang digunakan saat ini? 2. Bagaimana karakteristik LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada pokok materi reaksi oksidasi-reduksi dan pemanfaatannya dalam mengolah limbah beralumunium yang dikembangkan pada penelitian ini?

6 3. Bagaimana tingkat keterlaksanaan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan pada pada pokok materi reaksi oksidasireduksi dan pemanfaatannya dalam mengolah limbah beralumunium? 4. Bagaimana respon siswa terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan pada pada pokok materi reaksi oksidasireduksi dan pemanfaatannya dalam mengolah limbah beralumunium dan terhadap pelaksanaan praktikum menggunakan LKS praktikum tersebut? 5. Bagaimana penilaian guru terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan pada pokok materi reaksi oksidasireduksi dan pemanfaatannya dalam mengolah limbah beralumunium? C. Pembatasan Masalah Untuk mengarahkan penelitian ini, maka penelitian dibatasi pada hal-hal berikut: 1. Karakteristik LKS praktikum yang ada saat ini dibatasi pada alat, bahan dan jenis LKS praktikum. 2. Penilaian guru terhadap kualitas LKS praktikum yang dikembangkan dibatasi berdasarkan aspek kesesuaian konsep dan aspek kesesuaian tata bahasa dalam LKS. 3. Penelitian ini hanya dilakukan hingga tahap pengembangan model, yaitu uji coba terbatas. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dari pengembangan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada pokok materi reaksi oksidasi-reduksi adalah untuk: 1. Mengembangkan dan menghasilkan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada pokok materi reaksi oksidasi-reduksi dan pemanfaatannya dalam mengolah limbah beralumunium. 2. Mengetahui kualitas LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada pokok materi reaksi oksidasi-reduksi dan pemanfaatannya dalam

7 mengolah limbah beralumunium yang telah dikembangkan dilihat dari tingkat keterlaksanaan LKS praktikum, respon siswa, dan penilaian guru. E. Manfaat penelitian Penelitian mengenai pengembangan LKS berbasis inkuiri terbimbing ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru : sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menggunakan penuntun praktikum pada pokok materi reaksi oksidasi-reduksi. 2. Bagi siswa : sebagai pengalaman baru yang diharapkan dapat memotivasi siswa dalam belajar kimia dan menjadi penuntun dalam melaksanakan praktikum pada pokok materi reaksi oksidasi-reduksi. 3. Bagi peneliti : sebagai wawasan dalam melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengembangan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada pokok materi lain. F. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi penulisan skripsi tersusun dari lima bab. Bab I (pendahuluan) berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang menjelaskan alasan melakukan penelitian berdasarkan faktafakta, data-data, referensi, dan temuan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Rumusan masalah menjelaskan masalah-masalah yang jawabannya dapat diketahui dari hasil penelitian yang akan dilakukan. Pembatasan masalah menjelaskan tentang batasan-batasan masalah untuk memfokuskan penelitian yang akan dilakukan. Tujuan penelitian menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan. Manfaat penelitian menjelaskan manfaat dari penelitian yang

8 dilakukan. Struktur organisasi skripsi membahas tentang rincian urutan penulisan dari setiap bab dan sub bab dalam skripsi. Bab II (Kajian pustaka) berisi tentang konsep-konsep atau teori-teori mengenai metode praktikum, inkuiri, LKS, dan tinjauan materi reaksi oksidasi-reduksi serta hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Bab III (metode penelitian) berisi tentang sumber data, metode penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian, dan definisi operasional. Sumber data pada penelitian ini adalah bahan ajar, sekolah, siswa dan guru. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah lembar analisis LKS praktikum, pedoman wawancara, lembar observasi keterlaksanaan, pedoman penilaian jawaban siswa, angket respon siswa, dan lembar penilaian guru. Definisi operasional berisi tentang penjelasan istilah-istilah yang terdapat pada judul penelitian. Bab IV (hasil penelitian dan pembahasan) berisi tentang pemaparan data yang diperoleh selama penelitian dan pembahasan terhadap pemaparan data tersebut. Pada penelitian ini hasil penelitiannya berupa karakteristik LKS praktikum pada bahan ajar yang tersedia, karakteristik LKS praktikum yang dikembangkan, dan hasil uji coba terbatas dari LKS praktikum yang dikembangkan Bab V (kesimpulan dan saran) berisi tentang kesimpulan yang menjawab rumusan masalah penelitian dan saran untuk penelitian berikutnya dan pengguna hasil penelitian yang bersangkutan (guru).