BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

I. PENDAHULUAN. Sejak ditetapkannya Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

Wari Prastiti SMA Negeri 5 Metro

RPP DAN MATERI PKGD. Prodi PGSD Penjas FIK UNY Wawan S. Suherman, M.Ed.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. menekankan pada keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Annie Resmisari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

I. PENDAHULUAN. (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB 1 PENDAHULUAN. Guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga fasilitator yang membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanty Tiarareja, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan ayat sebagai berikut: 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. untuk melengkapi dirinya dengan berbagai kemampuan yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sasaran utama pendidikan di SD adalah memberikan bekal secara maksimal tiga kemampuan dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yaitu: 1) peserta didik;

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

I. PENDAHULUAN. dimulai dari penguasaan materi sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD ( STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Bumi Waras Kecamatan Teluk Betung

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

I. PENDAHULUAN. mengatasi kesulitan belajar. Guru juga perlu mengadakan berbagai alternatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB V PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas hasil temuan-temuan dari masing-masing tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Selanjutnya dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Salah satu indikator penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik adalah yang didalamnya memberi gambaran kegiatan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian.

2 Dalam rangka mewujudkan suatu perencanaan perbaikan pembelajaran (RPP) yang memiliki kualifikasi yang baik. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran secara spesifik. Salah satunya adalah penguasaan model pembelajaran yang akan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Di balik perubahan-perubahan besar dan mendasar yang dihembuskan oleh KTSP, tantangan yang dihadapi oleh guru tidaklah semakin ringan, melainkan semakin berat. Penerapan Standar Isi dan Standar Kompetensi sebagai acuan dasar dalam penyusunan KTSP membawa konsekuensi yang tidak ringan dalam implementasinya di lapangan. Itu berarti KTSP menuntut adanya profesionalisme yang tinggi dari guru. Dalam kaitannya dengan konsep pembelajaran Matematika, KTSP menghendaki dilakukannya perubahan mendasar dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Fathurrohman (2010:14) menyatakan dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu siswa yang lebih aktif, bukan guru. Itu berarti bahwa kegiatan pembelajaran harus berpusat pada siswa, dan bukan pada guru. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Berbagai usaha pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran. Banyak hal yang

3 dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, diantaranya adalah bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bersemangat dan berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung. Matematika sebagai sarana berpikir dalam kegiatan berbagai disiplin keilmuan yang juga berperan dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mendapat banyak sorotan dari masyarakat tentang rendahnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika tersebut. Usaha perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan, termasuk kualitas pendidikan di sekolah dasar khususnya pada mata pelajaran matematika. Namun usaha tersebut belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Kenyataan di lapangan yakni pembelajaran yang dilakukan guru pada pelajaran matematika nampak belum maksimal. Belum terciptanya pembelajaran yang interaktif antara guru dan siswa, siswa dan siswa, serta siswa dengan lingkungannya, sehingga hal-hal yang kurang jelas dipahami siswa berlalu begitu saja. Untuk itu seharusnya guru mampu memilih metode yang tepat yakni metode yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika di sekolah dasar. Permasalahan yang umum terjadi di sekolah dasar (SD) adalah rendahnya hasil belajar matematika siswa, khususnya pada pokok bahasan luas bangun datar. Berdasarkan hasil pengamatan, faktor kesulitan belajar matematika

4 pada materi luas bangun datar yang dialami oleh siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung disebabkan oleh : a) Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi luas bangun datar. b) Suasana monoton di dalam kelas membuat siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. c) Beberapa siswa khususnya dalam belajar matematika masih malu/ enggan untuk bertanya kepada guru tentang hal-hal yang kurang jelas, sehingga hal-hal yang kurang jelas dipahami siswa hanya berlalu begitu saja, yang pada akhirnya membuat siswa memiliki kemampuan yang rendah pada mata pelajaran ini. Hal ini menjadi salah satu faktor rendahnya nilai rata-rata matematika siswa kelas VI setelah ulangan semester I tahun pelajaran 2013/2014 yaitu 67% siswa mendapat nilai di bawah nilai KKM sedangkan siswa yang tuntas hanya 33 %. Hal ini terlihat dari tabel data nilai siswa di bawah ini. Tabel 1.1 Data aktivitas siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran matematika SD Tunas Harapan Tahun Pelajaran 2012/2013 No Nilai Jumlah Siswa Persentase Ket 1. 0-64 14 67% Belum Tuntas 2. 65-100 7 33% Tuntas Jumlah 21 100% Sumber: SD Tunas Harapan, 2013 Untuk meningkatkan pemahaman akademik siswa dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung. Salah satu tindakan yang

5 dianggap dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi luas bangun datar adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperative tipe STAD. Menurut Slavin (Ibrahim, 2005:27) dalam pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan teman-temannya. Dengan pembelajaran kooperatif, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapatnya sendiri, tampil lebih berani untuk berbicara, mendengar dan menghargai pendapat temannya, dan bersama-sama membahas permasalahan atau tugas yang diberikan guru. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil (beranggotakan 4-5 orang) dengan tingkat kemampuan yang berbeda serta menekankan kerjasama dan tanggung jawab kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya adalah tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran diantaranya matematika. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok. Dengan menggunakan lembaran kegiatan atau perangkat pembelajaran lain, siswa bekerja sama (berdiskusi) untuk menuntaskan materi. Mereka saling membantu satu sama lain untuk

6 memahami bahan pelajaran, sehingga dipastikan semua anggota telah mempelajari materi tersebut secara tuntas. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi luas bangun datar. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul: Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Materi Luas Bangun Datar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Siswa Kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut: a) Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi luas bangun datar. b) Suasana monoton didalam kelas membuat siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. c) Beberapa siswa khususnya dalam belajar matematika masih malu / enggan untuk bertanya kepada guru tentang hal-hal yang kurang jelas, sehingga hal-hal yang kurang jelas dipahami siswa hanya berlalu begitu saja, yang pada akhirnya membuat siswa memiliki kemampuan rendah pada mata pelajaran ini.

7 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi luas bangun datar? 2) Bagaimanakah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi luas bangun datar? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah : 1) Meningkatkan aktivitas belajar matematika pada materi luas bangun datar melalui model pembelajaran Kooperative Tipe STAD terhadap siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. 2) Meningkatkan hasil belajar matematika pada materi luas bangun datar melalui model pembelajaran Kooperative Tipe STAD terhadap siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

8 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa a) Dapat memberikan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar matematika kepada siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. b) Meningkatkan proses belajar matematika dengan tidak hanya banyak mencatat materi yang disampaikan guru tetapi lebih ke pemahaman konsep-konsep. c) Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih memudahkan siswa dalam memahami materi. 2. Bagi guru a) Sebagai informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelas, menambah pengetahuan guru serta mengembangkan kemampuan guru dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang profesional. b) Berkreasi untuk memperbaiki citra proses pengajaran dan hasil belajar matematika. 3. Bagi SD Tunas Harapan Bandar Lampung a) Memberikan landasan kebijakan yang akan diambil sebagai upaya untuk perbaikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

9 b) Meningkatkan Standar Ketuntasan Minimal pada mata pelajaran matematika kelas VI. c) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tidak membosankan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Bagi Peneliti a) Agar lebih memahami dan mengerti langkah-langkah metode belajar dalam menyampaikan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik, menggunakan alat peraga dan media agar siswa mengerti dan paham tentang materi yang diajarkan. b) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tidak membosankan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.