BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
2013, No.646 4

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

Jl. KH. ACHMAD DAHLAN NO.1 LAMONGAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

TENTANG TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 /M/PER/XII/2011 TENTANG

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

2013, No BAB I PENDAHULUAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

Apa sebenarnya SPI dan SPIP?

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA KOTA NOMOR SERI : E TENTANG BEKASI. Tahun Walikota. Kotamadyaa. Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. Visi Universitas XY pada tahun 2025 adalah menjadi. kecendekiaan. Salah satu misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERANAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DALAM PENGELOAAN KEUANGAN SNMPTN- SBMPTN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

TINJAUAN PUSTAKA. pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi

KATA PENGANTAR. Sekretaris Jenderal, Drs. Wardiyatmo, M.Sc. NIP Desain Penyelenggaraan SPIP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, tambahan Lembaran Negara R

Transkripsi:

No.646, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 Peraturan Menteri Sosial Nomor 91 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Sosial, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Sosial Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

2013, No.646 2 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294; 9. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II; 10. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 11. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011; 12. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial; 13. Peraturan Menteri Sosial Nomor 91 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan Kementerian Sosial Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 479);

3 2013, No.646 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA. Pasal 1 Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan Kementerian Sosial digunakan sebagai acuan bagi setiap Unit Kerja Mandiri di lingkungan Kementerian Sosial dalam melakukan langkah-langkah penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pasal 2 Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan Kementerian Sosial sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 3 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 Desember 2012 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd. SALIM SEGAF AL JUFRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 26 April 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN

2013, No.646 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

5 2013, No.646 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, menyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Dalam kaitan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah tersebut dan memberikan arah yang tepat dalam penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, perlu disusun suatu petunjuk pelaksanaan untuk penyusunan desain penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. B. MAKSUD DAN TUJUAN Petunjuk pelaksanaan ini dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sekaligus menerapkan penyelenggaraan di Unit Kerja Eselon I, Eselon II, Eselon III, dan Eselon IV di lingkungan Kementerian Sosial RI sesuai dengan kondisi dan kompleksitas organisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Sosial RI bertujuan : 1. Untuk pedoman bagi unsur pimpinan dan seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Sosial RI tentang penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang terdiri dari 5 unsur SPIP yaitu Pelaksanaan Penguatan Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko Kegiatan Satker, Kegiatan Pengendalian, Pengelolaan Informasi dan Komunikasi, dan Pemantauan penyelenggaraan SPIP. 2. Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, laporan keuangan yang dapat dihandalkan, pengamanan aset, dan ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. C. SASARAN Sasaran petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan SPIP adalah unsur pimpinan dan pegawai pada seluruh Unit Kerja Mandiri.

2013, No.646 6 D. RUANG LINGKUP Ruang lingkup petunjuk pelaksanaan adalah penyelenggaraan SPIP yang meliputi kegiatan lingkungan pengendalian, penilaian resiko, pengelolaan informasi dan komunikasi serta pemantauan penyelenggaraan SPIP. E. SISTEMATIKA Sistematika petunjuk pelaksanaan dibagi dalam empat bab. Bab I Pendahuluan menguraikan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Sasaran, Ruang Lingkup dan Sistematika. Bab II Desain Penyelenggaraan SPIP menguraikan Strategi Penyelenggaraan SPIP yang terdiri dari Unit Penyelenggaraan SPIP, Membangun Kepedulian Tentang Peran Organisasi, Operasionalisasi SPIP sesuai dengan Unit Kerja, Tujuan Penyusunan Desain Penyelenggaraan SPIP, Lingkup Desain Penyelenggaraan SPIP dan Penentuan Prioritas Obyek Penyelenggaraan SPIP. Kemudian diikuti Rencana Kerja menguraikan tentang Penguatan Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko Instansi Pemerintah, Penyelenggaraan Kegiatan Pengendalian, Pengelolaan Informasi dan Komunikasi, dan Pemantauan Tahapan Penyelenggaraan SPIP. Bab III Bab IV Pelaksanaan Penyelenggaraan SPIP menguraikan pelaksanaan dari Rencana Kerja di atas yaitu Penguatan Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko Instansi Pemerintah, Penyelenggaraan Kegiatan Pengendalian, Pengelolaan Informasi dan Komunikasi, dan Pemantauan Tahapan Penyelenggaraan SPIP. Penutup

7 2013, No.646 BAB II DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP Dalam rangka penyelenggaraan SPIP, unit kerja perlu menyusun terlebih dahulu Desain Penyelenggaran SPIP dengan memperhatikan karakteristik masingmasing unit kerja yang meliputi organisasi, Sumber Daya Manusia, dan perspektif pengembangannya. Untuk dapat menyusun desain penyelenggaraan dimaksud, pimpinan dan seluruh pegawai yang terlibat harus memahami fungsi organisasi, kemudian mendefinisikan SPIP sesuai fungsi organisasi. Selanjutnya, unit kerja perlu menetapkan tujuan dan manfaat dalam desain penyelenggaraan SPIP termasuk lingkup kerja dan menetapkan prioritas serta strategi pengembangan SPIP. A. STRATEGI PENYELENGGARAAN 1. UNIT PENYELENGGARA SPIP Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintah, sedangkan dalam Pasal 87 Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara menyatakan bahwa semua unsur di lingkungan kementerian wajib menerapkan sistem pengendalian intern di lingkungan masing-masing. Penetapan subyek penyelenggara SPIP dalam ketentuan di atas perlu dijabarkan lebih lanjut sehingga menghasilkan kesamaan persepsi di antara calon penyelenggara SPIP. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu penetapan unit-unit kerja di lingkungan Kementerian Sosial yang memenuhi kriteria wajib menyelenggarakan SPIP. 1) Prinsip dan Tujuan Obyek penyelenggara SPIP adalah unit kerja yang mempunyai kewenangan dalam mengendalikan tugas dan fungsi sesuai dengan siklus kegiatan secara utuh atau unit kerja yang mengelola penggunaan anggaran dalam siklus yang utuh. Sedangkan tujuannya untuk menetapkan unit kerja yang menjadi obyek penyelenggara SPIP di lingkungan Kementerian Sosial. 2) Output Kegiatan Output yang dihasilkan dari langkah ini adalah menentukan unit kerja sebagai penyelenggara SPIP. 3) Langkah Kerja Utama Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebut adalah: a. melakukan penetapan dengan kriteria unit mandiri yang akan menjadi obyek penyelenggaraan SPIP.

2013, No.646 8 b. menuangkan hasil langkah kerja utama dalam Kertas Kerja sebagaimana tercantum dalam Format A dan hasilnya disimpulkan dalam Desain Penyelenggaraan SPIP. Dalam hal unit kerja memenuhi salah satu dari kedua kriteria di atas maka unit kerja menjadi unit yang wajib menyelenggarakan SPIP dalam menjalankan kegiatannya baik di tingkat organisasional maupun operasional. 2. MEMBANGUN KEPEDULIAN TENTANG PERAN ORGANISASI Kesadaran setiap pimpinan dan pegawai tentang perannya dalam kehidupan organisasi adalah modal awal yang perlu dikembangkan dalam menyusun strategi penerapan SPIP. Kepedulian tentang peran ini perlu dibangun agar arah pengembangan tujuan organisasi sesuai dengan visi dan misinya. Peran masing-masing pimpinan dan pegawai dapat dinilai melalui tugas dan fungsi organisasi yang secara sadar dijalani oleh pimpinan dan pegawai apakah telah searah dengan tujuan serta visi dan misinya. Dalam menerapkan SPIP diperlukan juga kepedulian pimpinan dan pegawai dalam melakukan evaluasi terhadap tugas dan fungsi organisasi agar selalu berada dalam arah yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra). 1) Prinsip dan Tujuan Untuk mendesain SPIP diperlukan pemahaman terhadap ketatalaksanaan dan ketatausahaan atau proses bisnis unit atau kegiatan dan struktur organisasinya. Sedangkan tujuannya agar para pimpinan dan pegawai memahami tugas dan fungsi organisasi serta pengendaliannya dalam pelaksanaan tugasnya. 2) Output Kegiatan Output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah ringkasan tugas dan fungsi, ringkasan tentang kegiatan-kegiatan, struktur organisasi serta wujud kepedulian manajemen dari seluruh pimpinan dan pegawai dalam organisasi untuk membangun dan menyelenggarakan SPIP. 3) Langkah Kerja Utama Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebut adalah sebagai berikut: a. memahami Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial; b. membuat ringkasan tugas dan fungsi pada unit kerja penyelenggara SPIP; c. memahami Peraturan Menteri Sosial Nomor 91 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan Kementerian Sosial Republik Indonesia dan Keputusan Menteri Sosial Nomor 61/HUK/2012 tentang Pembentukan Satuan

9 2013, No.646 Tugas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan Kementerian Sosial Republik Indonesia; d. memperoleh informasi tentang kondisi pemahaman terhadap SPIP dengan menggunakan Format B-1 dan lingkungan pengendalian dengan Format B-2; e. menyusun informasi tentang pemahaman pimpinan dan pegawai terhadap SPIP berdasarkan Format C butir A; f. menuangkan hasil langkah kerja utama sesuai dengan Format C butir A dan menyimpulkan hasilnya dalam Desain Penyelenggaraan SPIP. 3. OPERASIONALISASI SPIP SESUAI DENGAN UNIT KERJA Agar lebih efektif dan terkendali, pengembangan SPIP perlu dilakukan secara bertahap, menurut prioritas dan ketersediaan sumber daya dalam unit kerja. Oleh karena itu setiap unit kerja penyelenggara SPIP perlu melakukan upaya menerjemahkan definisi SPIP sampai kepada taraf operasional sesuai dengan kegiatan masing-masing unit kerja. 1) Prinsip dan Tujuan Operasionalisasi SPIP harus mempertimbangkan tingkatan kegiatan yaitu pada tingkat strategis, organisasional, dan operasional sesuai dengan konsep yang mendasarinya. Sedangkan tujuannya memberikan gambaran secara nyata tentang konsep SPIP dan mengadaptasikannya ke unit kerja sehingga akan memudahkan operasionalisasi dan komunikasi konsep ke semua pimpinan dan pegawai dalam menerapkan SPIP. 2) Output Kegiatan Output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah uraian tentang operasionalisasi SPIP dalam unit kerja yang dilengkapi dengan penggambaran SPIP dalam bentuk kubus SPIP dan gambar skema Penyelenggaraan SPIP lainnya. 3) Langkah Kerja Utama Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebut adalah sebagai berikut: a. mengidentifikasi unit kerja dan kegiatan serta adaptasinya ke kubus SPIP; b. mengidentifikasi unsur-unsur SPIP sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP; c. mengidentifikasi tujuan SPIP yang ingin dicapai dalam unit penyelenggara SPIP; d. menyepakati rumusan atau definisi SPIP sesuai dengan unit kerja yang akan menyelenggarakan SPIP; e. menuangkan hasil langkah kerja utama dalam Kertas Kerja sebagaimana tercantum dalam Format C butir B ; f. mengidentifikasi gambar-gambar lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan SPIP sesuai dengan Format F; dan g. menuangkan hasilnya dalam Desain Penyelenggaraan SPIP.

2013, No.646 10 4. TUJUAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP Tujuan penyusunan Desain Penyelenggaraan SPIP harus dinyatakan dengan jelas karena akan dijadikan acuan bagi para pimpinan dan pegawai dalam menyelenggarakan SPIP pada unit kerjanya. 1) Tujuan Tujuan penyusunan Desain Penyelenggaraan SPIP adalah untuk merencanakan dan mengarahkan aktivitas pengembangannya dan untuk mengukur keberhasilan penyelenggaraannya. 2) Output Output kegiatan ini adalah uraian yang memuat tujuan penyusunan Desain Penyelenggaraan SPIP, antara lain: a. memberikan dasar pengembangan SPIP secara menyeluruh hingga tercipta keterpaduan antara sub-sub unsurnya (hard control) dan penciptaan kultur pengendalian (soft control) dalam aktivitas seharihari; b. menjadi dasar perencanaan dan penganggaran Penyelenggaraan SPIP; c. menjadi dasar pendokumentasian, pemantauan dan pengukuran kemajuan penyelenggaraan SPIP; dan d. menjadi dasar evaluasi dan pengukuran keberhasilan penyelenggaraan SPIP. 3) Langkah Kerja Utama Langkah kerja utama untuk mendapatkan output dimaksud adalah sebagai berikut: a. mengidentifikasi tujuan suatu kegiatan dikaitkan dengan visi dan misi dalam suatu unit kerja; b. membuat rumusan tujuan atau fokus pengendalian yang paling sesuai dalam unit kerja dengan mengacu pada keempat butir tujuan di atas (efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset, dan ketaatan terhadap peraturan); dan c. menuangkan hasil langkah kerja utama dalam Kertas Kerja sebagaimana tercantum dalam Format C butir C. 5. LINGKUP DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP Sesuai karakteristik SPIP, ruang lingkup pengembangan SPIP sangat luas dan terintegrasi dengan kegiatan organisasi sehingga perlu perumusan ruang lingkup secara jelas. 1) Prinsip dan Tujuan Prinsip pokok perumusan lingkup desain penyelenggaraan SPIP berdasarkan analisis lingkungan, rencana kinerja serta kegiatan yang akan dilakukan. Sedangkan tujuannya untuk menentukan area pengendalian intern dan batasan waktu pengembangannya.

11 2013, No.646 2) Output Output yang dihasilkan dari perumusan lingkup penyelenggaraan SPIP adalah : a. rencana kinerja dan program yang logis untuk mencapai kinerja; b. unit dan kegiatan yang menjadi obyek penyelenggaraan SPIP; dan c. periode waktu penyelenggaraan SPIP. 3) Langkah Kerja Utama Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebut adalah sebagai berikut: a. mengidentifikasi kegiatan baik pada tingkat organisasional maupun operasional pada unit kerja yang menjadi obyek prioritas penyelenggaraan SPIP; b. menentukan periode waktu/tahun penyelenggaraannya; dan c. menuangkan hasil langkah kerja utama dalam Kertas Kerja sebagaimana tercantum dalam Format C butir D. 6. PENENTUAN PRIORITAS OBYEK PENYELENGGARAAN SPIP Untuk menjamin pencapaian tujuan, unit kerja harus mampu menentukan obyek yang menjadi prioritas dalam penyelenggaraan SPIP sehingga unit kerja dapat mengendalikan risiko-risiko yang menghambat pencapaian tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut, unit kerja perlu mengidentifikasi obyek penyelenggaraan SPIP (organisasional dan operasional), menilai risiko makronya secara keseluruhan, dan kemudian menentukan prioritas berdasarkan urutan besarnya risiko makro. 1) Prinsip dan Tujuan Adapun prinsip perumusan dan penentuan prioritas obyek penyelenggaraan SPIP adalah berdasarkan risiko makro yang dominan berdasarkan 12 (dua belas) kriteria yang telah ditetapkan. Sedangkan tujuannya adalah untuk menentukan prioritas penyelenggaraan SPIP sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di lingkungan masing-masing unit kerjanya. 2) Output Output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah obyek prioritas penyelenggaraan SPIP. 3) Langkah Kerja Utama Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebut adalah sebagai berikut: a. melakukan identifikasi atas unit kerja atau kegiatan yang ada dalam pelaksanaan kegiatan berdasarkan uraian tugas dan fungsinya; b. memberikan penilaian (skor 1-5) pada masing-masing unit atau kegiatan untuk setiap kriteria sebagai berikut: 1) etika, yaitu nilai-nilai yang dituntut dalam melaksanakan suatu pekerjaan meliputi hal-hal yang boleh dan tidak boleh serta hal yang dibenarkan atau tidak dibenarkan;

2013, No.646 12 2) kompetensi, yaitu kemampuan berupa pengetahuan, keahlian, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas; 3) aset, yaitu aset, sumber daya, atau sub-sub kegiatan yang digunakan/dilibatkan dalam melaksanakan kegiatan; 4) finansial, yaitu pengaruh kondisi finansial secara umum dalam kelancaran pelaksanaan kegiatan; 5) kompetisi, yaitu tingkat kompetisi dalam pelaksanaan tugas dikaitkan dengan perbandingannya dengan kegiatan sejenis yang dilakukan oleh unit lainnya; 6) kerumitan, yaitu tingkat kompleksitas yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan; 7) dampak, yaitu akibat yang ditimbulkan atas suatu kegiatan dikaitkan dengan kinerja instansi pemerintahan secara keseluruhan; 8) komputerisasi, yaitu tingkat komputerisasi yang dituntut dalam melaksanakan kegiatan; 9) penyebaran yaitu tingkat penyebaran secara geografis atas kegiatan yang dilaksanakan; 10) organisasi, yaitu tingkat perubahan organisasi yang dialami dalam hubungannya dengan efektivitas pelaksanaan kegiatan; 11) manajemen, yaitu tingkat pertimbangan manajemen atau dukungan manajemen pelaksanaan kegiatan. Termasuk yang dapat menjadi pertimbangan manajemen adalah kegiatan yang bersifat quick win sehingga mendesak untuk ditingkatkan pengendaliannya; 12) audit yaitu tingkat kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam audit baik oleh auditor eksternal maupun Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP); c. menjumlahkan nilai masing-masing kriteria sehingga diperoleh nilai total atas risiko makro dari masing-masing kegiatan; d. membuat peringkat nilai dengan urutan dari unit atau kegiatan dengan nilai terbesar sampai dengan nilai terkecil; e. menentukan prioritas penyelenggaraan SPIP atas unit atau kegiatan berdasarkan peringkatnya dikaitkan dengan sumber daya yang ada; dan f. menuangkan hasil penilaian dalam kertas kerja sesuai Format E dan menyimpulkan hasilnya dalam Desain Penyelenggaraan SPIP. B. RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP Untuk menilai efektivitas lingkungan pengendalian kita harus mengetahui kelemahan dan suatu pengendalian sehingga dapat kita tentukan area perbaikan (Area of Improvement/AOI). Hal ini tidak hanya menunjuk ke arah infrastruktur atau unsur SPIP yang akan diperbaiki tetapi juga menunjuk ke unit organisasi mana yang akan diperbaiki termasuk mengidentifikasi di dalamnya sub unsur Lingkungan Pengendalian.

13 2013, No.646 1. RENCANA KERJA PENGUATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN Unit kerja perlu menyusun suatu rencana kerja untuk menindaklanjuti adanya kelemahan dalam unsur lingkungan pengendalian. Rencana Kerja penguatan lingkungan pengendalian ditentukan sub-sub unsurnya sesuai dengan informasi kelemahan yang diperoleh dari hasil Diagnostic Assessment (DA) lingkungan pengendalian. 1) Rencana Kerja Penegakan Integritas dan Nilai Etika Rencana kerja ini disusun dalam rangka menindaklanjuti adanya kelemahan atau kekurangan atas keberadaan dan keterpenuhan syarat minimal aturan perilaku, serta penerapannya dalam pelaksanaan kegiatan suatu unit kerja. Prinsip dari Rencana Kerja Penegakan Integritas dan Nilai Etika didasarkan pada aturan perilaku dan etika bagi pegawai yang diterapkan dan ditegakkan di unit kerja. Sedangkan tujuannya adalah untuk meningkatkan integritas pimpinan dan pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja penyusunan/penyempurnaan aturan perilaku atau mekanisme penegakan aturan perilaku di unit kerja. c. Kriteria 1) Adanya Aturan Perilaku berupa Peraturan Menteri Sosial yang berlaku menyeluruh dan berlaku di lingkungan Kementerian dan sudah diterapkan. 2) Pegawai memperlihatkan bahwa ia mengetahui: a) perilaku dapat diterima; b) perilaku tidak dapat diterima; c) hukuman yang akan dikenakan terhadap perilaku yang tidak diterima; dan d) tindakan yang harus dilakukan jika tahu ada sikap perilaku yang tidak diterima. 3) Pegawai menandatangani pernyataaan untuk menerapkan aturan perilaku/pakta integritas secara berkala. 4) Pimpinan melakukan pembinaan dan mendorong terciptanya budaya yang menekankan pentingnya penegakan integritas dan nilai etika. 5) Pegawai melihat adanya dorongan sejawat untuk menerapkan sikap perilaku dan etika yang baik. 6) Pimpinan melakukan tindakan cepat dan tepat segera setelah timbulnya masalah (perilaku tidak etis).

2013, No.646 14 7) Adanya petunjuk pelaksanaan/mekanisme yang mengatur diperkenankannya melakukan intervensi dan pengabaian atas pengendalian intern. 8) Intervensi atau pengabaian terhadap pengendalian intern didokumentasikan secara lengkap termasuk alasan dan tindakan khusus yang diambil. d. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1) menganalisis hasil Diagnostic Assessment (DA) atas sub unsur penegakan integritas dan nilai etika sesuai dengan kriteria di atas dan menentukan ruang lingkup yang sesuai; 2) mengidentifikasi hasil penilaian risiko yang terkait; 3) menganalisis permasalahan etika yang ditemukan di unit kerja baik didapat dari hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), maupun penilaian efektivitas lingkungan pengendalian; 4) menentukan kelemahan lingkungan pengendalian yang terkait dengan penegakan integritas dan nilai etika; dan 5) membuat rencana aksi penyusunan/perbaikan aturan perilaku atau mekanisme penegakan aturan perilaku. 2) Rencana Kerja Peningkatan Komitmen pada Kompetensi Instansi pemerintah memerlukan suatu komitmen dari pimpinan untuk menempatkan atau menugaskan pegawainya sesuai dengan persyaratan kompetensi yang dimiliki masing-masing pegawai, yakni disesuaikan dengan pengetahuan dan keahliannya. Prinsip dari Rencana Kerja Peningkatan Komitmen pada Kompetensi didasarkan pada standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi masing-masing posisi di unit kerja. Sedangkan tujuannya adalah untuk menentukan dan menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat. Komitmen terhadap kompetensi ditunjukkan dengan kemauan pimpinan dan pegawai untuk bersama-sama bertanggungjawab dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan instansinya dengan melakukan tugas/jabatan sesuai dengan peran dan fungsinya dengan pengetahuan dan keahliannya. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja penyusunan standar kompetensi pada masing-masing unit kerja.

15 2013, No.646 c. Kriteria 1) Pimpinan sudah menetapkan uraian jabatan, syarat jabatan, dan syarat kompetensi yang dibutuhkan untuk seluruh jabatan/fungsi di lingkungan Kementerian. 2) Adanya mekanisme/proses yang memastikan bahwa pegawai yang terpilih untuk menduduki suatu jabatan telah memiliki kompetensi yang diperlukan. 3) Kompensasi dan kenaikan jabatan/promosi didasarkan pada prestasi dan kinerja. d. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1) menganalisis hasil Diagnostic Assessment (DA) atas sub unsur komitmen pada kompetensi sesuai dengan kriteria di atas dan menentukan ruang lingkup yang sesuai; 2) mengidentifikasi hasil penilaian risiko yang terkait; 3) menginventarisasi tugas dan fungsi pada unit kerja; 4) mengidentifikasi kegiatan yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan fungsi yang telah diinventarisir; 5) analisis pendidikan, pelatihan, pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang dibutuhkan dari seorang pegawai untuk melaksanakan kegiatan yang diembannya; 6) menetapkan kebijakan terkait standar kompetensi pada masingmasing tugas dan fungsi; 7) menentukan kelemahan lingkungan pengendalian yang terkait dengan peningkatan komitmen pada kompetensi; dan 8) membuat rencana aksi penguatan/perbaikan kompetensi pimpinan dan seluruh pegawai. 3) Rencana Kerja Peningkatan Pemahaman Kepemimpinan yang Kondusif Kepemimpinan yang kondusif adalah kepemimpinan yang efektif dalam mengarahkan seluruh sumber daya dan potensi organisasi, termasuk melakukan perubahan dalam rangka mencapai kinerja yang lebih baik. Prinsip dari Rencana Kerja Peningkatan Pemahaman Kepemimpinan yang Kondusif didasarkan pada pertimbangan risiko dalam pengambilan keputusan, penerapan manajemen berbasis kinerja, dan pengendalian dalam pelaksanaan tugas dan fungsi. Sedangkan tujuan dari rencana kerja ini adalah untuk menciptakan iklim yang positif dan manajemen yang sehat dalam pelaksanaan kegiatan. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja pemahaman pimpinan atas pencapaian kinerja yang berbasis risiko.

2013, No.646 16 c. Kriteria 1) Pimpinan sudah melakukan penilaian risiko atas kebijakan yang dibuat untuk pelaksanaan tupoksinya. 2) Seluruh kebijakan yang diambil oleh pimpinan sudah didasarkan pada hasil penilaian risikonya. 3) Pimpinan mendorong Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk melakukan pengawasan intern secara intensif. 4) Pimpinan selalu memberikan respon cepat dan positif terhadap temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). 5) Masih terdapat resiko yang belum teridentifikasi. d. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1) menganalisis hasil Diagnostic Assessment (DA) atas sub unsur kepemimpinan yang kondusif; 2) mengidentifikasi hasil penilaian risiko yang terkait; 3) menginventarisasi tugas dan fungsi pada unit kerja; 4) mengidentifikasi target kinerja pada masing-masing unit organisasi; 5) menentukan kelemahan lingkungan pengendalian yang terkait dengan kepemimpinan yang kondusif; dan 6) menyusun rencana aksi pemberian pemahaman tentang manajemen berbasis kinerja dan risiko dalam unit kerja kepada pimpinan dan pegawai. 4) Rencana Kerja Pembentukan Organisasi sesuai Kebutuhan Struktur organisasi sangat penting karena merupakan infrastruktur dasar bagi instansi pemerintah untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan diharapkan dapat memberikan kepastian ruang gerak bagi seluruh Sumber Daya Manusia yang dimiliki instansi dalam mencapai kinerja yang diharapkan, serta sebagai sarana pendistribusian sumber daya lainnya seperti: peralatan, keuangan, dan informasi. Prinsip dari Rencana Kerja Pembentukan Organisasi sesuai Kebutuhan didasarkan pada: 1) adanya struktur organisasi yang tepat sesuai dengan ukuran dan sifat kegiatan instansi pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan; 2) adanya kejelasan wewenang dan tanggung jawab; 3) adanya kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern; 4) adanya evaluasi dan penyesuaian secara periodik terhadap struktur organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis; dan

17 2013, No.646 5) penetapan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi pimpinan. Adapun tujuannya adalah untuk mendukung tugas dan fungsi dalam rangka mengemban amanah visi dan misi sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra). b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan. c. Kriteria 1) Struktur organisasi telah mengacu pada peraturan perundangundangan yang berlaku. 2) Struktur organisasi yang sesuai kebutuhan dan tugas pokok dan fungsi pembentukan organisasi. 3) Adanya perubahan lingkungan strategis (peraturan, kondisi, reorganisasi). 4) Terlaksananya evaluasi struktur organisasi terhadap perubahan lingkungan strategis. 5) Terdapat kekosongan pimpinan dalam waktu lama (lebih dari 3 bulan) pada struktur organisasi yang ada. 6) Telah dirancang struktur organisasi yang baru terkait perubahan numenklatur. 7) Calon pejabat eselon I, II, III, IV sudah definitif. d. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1) menganalisis hasil Diagnostic Assessment (DA) atas sub unsur pembentukan organisasi sesuai kebutuhan dan menentukan ruang lingkup yang sesuai; 2) mengidentifikasi hasil penilaian risiko yang terkait; 3) mengidentifikasi unit atau kegiatan yang belum mempunyai struktur yang sesuai atau memadai; 4) menentukan kelemahan lingkungan pengendalian yang terkait dengan pembentukan organisasi yang sesuai kebutuhan; dan 5) menyusun rencana aksi pembentukan organisasi sesuai dengan kebutuhan. 5) Rencana Kerja Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat oleh setiap unsur manajemen dan pegawai dalam organisasi, akan membuat pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi menjadi lebih lancar dan cepat. Kejelasan delegasi wewenang dan tanggung jawab akan mendorong tercapainya keputusan yang lebih baik dan menghindarkan terjadinya konflik dalam organisasi. Pada akhirnya, hal ini diharapkan akan menimbulkan suasana yang kondusif bagi berjalannya SPIP sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif. Oleh karena

2013, No.646 18 itu, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab hendaknya ditata secara berjenjang dengan mempertimbangkan tingkatan risiko dari masing-masing pendelegasian dan kapasitas staf yang menerima pendelegasian tersebut. Kewenangan dapat didelegasikan kepada staf di tingkat yang lebih rendah, namun akuntabilitasnya harus terdefinisikan dengan jelas karena tanggung jawab akhir tetap ada pada tangan pimpinan organisasi. Prinsip dari Rencana Kerja Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab didasarkan pada: 1) wewenang diberikan kepada pejabat/pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan; 2) pejabat/pegawai yang mendapat wewenang dan tanggung jawab harus memahami bahwa wewenang dan tanggungjawab yang diberikan terkait dengan pihak lain; dan 3) pejabat/pegawai yang mendapat wewenang dan tanggung jawab harus memahami pelaksanaan tanggung jawab dan wewenangnya terkait dengan penerapan sistem pengendalian intern. Adapun tujuannya adalah untuk penyebaran dan pelimpahan tanggung jawab penugasan dalam rangka kemudahan pengendalian mengingat beban dan cakupan kegiatan yang cukup banyak atau luas. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja pendelegasian kewenangan yang sesuai dengan kebutuhan. c. Kriteria 1) adanya penetapan kepada pegawai untuk melakukan suatu kewenangan atau tanggung jawab (struktur, fungsi, dan administrasi); 2) pegawai yang diberi wewenang dapat menjalankan pekerjaan sesuai dengan batasan tanggung jawab; dan 3) kebijakan telah terlaksana sesuai dengan substansinya. d. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1) menganalisis hasil Diagnostic Assessment (DA) atas sub unsur pendelegasian wewenang dan ruang lingkup yang sesuai; 2) mengidentifikasi hasil penilaian risiko yang terkait; 3) menyusun/merevisi peraturan untuk pendelegasian wewenang dan tanggung jawab; 4) melakukan penilaian apakah peraturan/kebijakan tersebut telah dijabarkan lebih lanjut ke dalam Standar Operasional Prosedur

19 2013, No.646 atau petunjuk pelaksanaan untuk dapat melaksanakan peraturan tersebut; 5) melakukan observasi terhadap pelaksanaan delegasi wewenang dan tanggung jawab; 6) menentukan kelemahan lingkungan pengendalian yang terkait dengan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab; dan 7) membuat rencana aksi perbaikan/penguatan pendelegasian wewenang. 6) Rencana Kerja Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat Tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia. Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia ditujukan bagi terwujudnya penerapan kebijakan manajemen dan praktik pembinaan Sumber Daya Manusia yang sehat, sejak tahap rekrutmen sampai dengan pemberhentian pegawai, serta terwujudnya penerapan sistem supervisi kepegawaian yang memadai, yang memungkinkan memperoleh pegawai dengan pengetahuan dan kompetensi, serta memiliki integritas dan etika yang dipersyaratkan untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi, pada saat kini maupun pada masa yang akan datang. Prinsip dari Rencana Kerja Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang pembinaan Sumber Daya Manusia adalah: 1) kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan pemberhentian dan pemensiunan pegawai; 2) penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen; dan 3) supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai. Adapun tujuannya adalah terwujudnya penerapan kebijakan manajemen dan praktik pembinaan Sumber Daya Manusia yang sehat, sejak tahap rekrutmen sampai dengan pemberhentian pegawai, serta terwujudnya penerapan sistem supervisi kepegawaian yang memadai, yang memungkinkan memperoleh pegawai dengan pengetahuan dan kompetensi yang sesuai. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja penyusunan/penyempurnaan Kebijakan Pembinaan Sumber Daya Manusia yang sehat. c. Kriteria 1) Adanya kebijakan dan prosedur pembinaan Sumber Daya Manusia dan rekrutmen pegawai. 2) Adanya penelusuran latar belakang pendidikan dan riwayat pegawai dalam setiap proses rekrutmen.

2013, No.646 20 3) Seluruh pegawai yang diterima memiliki integritas dan komitmen tinggi. 4) Adanya kebijakan mengenai sistem penilaian kinerja individual, berikut pendidikan/pelatihan untuk meningkatkan kinerja pegawai. d. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1) menganalisis hasil Diagnostic Assessment (DA) atas sub unsur Kebijakan yang Sehat Tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia dan menentukan ruang lingkup yang sesuai; 2) mengidentifikasi hasil penilaian risiko yang terkait; 3) menilai adanya Peraturan atau kebijakan rekrutmen; 4) menyusun mekanisme pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam suatu Standar Operasional Prosedur yang tertulis; 5) mendapatkan informasi adanya pengomunikasian tentang kebijakan dan kompetensi baru dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia; 6) mengidentifikasi tahapan proses pembinaan yang belum dilaksanakan yang terdiri dari tahapan pengomunikasian adanya kompetensi baru, standar dan kriteria rekrutmen, uraian dan persyaratan jabatan, program orientasi bagi pegawai baru, penghargaan atas dasar prestasi kerja serta integritas dan etika, umpan balik, sanksi disiplin, dan pemberhentian yang sesuai dengan ketentuan; 7) melakukan penelusuran terhadap latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen; 8) adanya supervisi periodik yang memadai kepada para pegawai dalam unit kerja; 9) menentukan kelemahan lingkungan pengendalian yang terkait dengan Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat Tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia; dan 10) menyusun rencana aksi untuk memperbaiki Kebijakan Pembinaan Sumber Daya Manusia. 7) Rencana Kerja Perwujudan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang Efektif Berfungsinya peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam mengevaluasi penerapan SPIP secara terpisah di Kementerian Sosial akan sangat mendukung penerapan SPIP yang efektif. Selain melakukan evaluasi, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) juga harus berfungsi sebagai mitra unit kerja dalam membenahi penerapan SPIP. Dalam menjalankan tugasnya tersebut Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) memerlukan dukungan yang memadai atas akses informasi/data/sumber daya, persamaan persepsi dalam penentuan fokus/bidang/sektor ruang lingkup pengawasan, rekomendasi tindak lanjut, dan penilaian kinerja atas pelaksanaannya.

21 2013, No.646 Prinsip dari Rencana Kerja Perwujudan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang efektif didasarkan pada fungsi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai penguatan efektivitas penerapan SPIP. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengefektifkan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam memberikan sistem peringatan dini (early warning system) atas adanya kemungkinan penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya rencana kerja evaluasi tentang efektivitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di lingkungan Kementerian. c. Kriteria 1) Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) telah melakukan pengawasan atas seluruh kegiatan di lingkungan Kementerian (aspek keuangan dan kinerja pelayanan). 2) Atas kegiatan yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) telah dibuat laporan hasil pengawasan secara tepat waktu, yaitu setelah melaksanakan tugas pengawasan. 3) Adanya mekanisme audit/ pengawasan bersifat operasional (current audit), sehingga hasil auditnya dapat ditindaklanjuti sesegera mungkin. 4) Permasalahan yang ditemukan saat audit sudah dikomunikasikan dengan pejabat terkait. d. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1) menganalisis hasil Diagnostic Assessment (DA) atas sub unsur peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang efektif dan menentukan ruang lingkup yang sesuai; 2) mengidentifikasi hasil penilaian risiko yang terkait; 3) menganalisis permasalahan efektivitas peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang ditemukan di Kementerian baik yang diperoleh dari hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) maupun Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP); 4) menentukan ruang lingkup perbaikan yang harus dilakukan; 5) menentukan kelemahan lingkungan pengendalian yang terkait dengan Perwujudan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang Efektif; dan 6) menyusun rencana aksi penguatan efektivitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). 8) Rencana Kerja Penguatan Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah Terkait Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait merupakan hubungan antar instansi pemerintah dalam rangka 1)

2013, No.646 22 sinkronisasi dan harmonisasi pelaksanaan program dan kegiatan instansi pemerintah. Hubungan kerja yang baik tersebut diciptakan melalui koordinasi dan kerja sama yang konstruktif dan berkesinambungan di antara Instansi Pemerintah. Prinsip dari Rencana Kerja Penguatan Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah terkait didasarkan atas pentingnya hubungan kerja yang konstruktif dengan instansi terkait. Sedangkan tujuannya adalah untuk memastikan adanya langkah kerja yang dapat menjaga kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya rencana kerja penyusunan/penyempurnaan aturan baku interaksi organisasi dengan instansi terkait antara lain tentang: 1) proses rekonsiliasi data keuangan dan non keuangan; 2) musyawarah perencanaan pembangunan; 3) rapat koordinasi; atau 4) forum komunikasi antar instansi pemerintah terkait. c. Kriteria 1) adanya mekanisme saling uji dengan unit lain di lingkungan Kementerian. 2) dilaksanakannya pembahasan berkala atas pelaporan keuangan dan kinerja setiap unit instansi terkait. 3) dilaksanakannya rekonsiliasi atas data terkait keuangan dan kinerja dengan instansi terkait atas kegiatan lintas sektoral, antara lain: a) dana Dekonsentrasi; dan b) dana Tugas Pembantuan d. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1) menganalisis hasil Diagnostic Assessment (DA) atas sub unsur hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait; 2) mengidentifikasi hasil penilaian risiko yang terkait; 3) menganalisis permasalahan hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait yang ditemukan di unit kerja, baik yang didapat dari hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) maupun penilaian efektivitas lingkungan pengendalian; 4) menentukan ruang lingkup perbaikan yang harus dilakukan unit kerja dalam efektivitas hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait; 5) menentukan kelemahan lingkungan pengendalian yang terkait dengan Penguatan Hubungan Kerja yang Baik dengan instansi pemerintah terkait; dan

23 2013, No.646 6) membuat rencana aksi penyusunan/perbaikan atau mekanisme hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait. Pelaksanaan langkah kerja penguatan lingkungan pengendalian dituangkan dalam kertas kerja sesuai Format D butir A poin 1 sampai dengan poin 8 dan menyimpulkan hasilnya dalam Desain Penyelenggaraan SPIP. 2. RENCANA KERJA PENILAIAN RISIKO INSTANSI PEMERINTAH Penilaian risiko direncanakan dilakukan pada aktivitas unit kerja baik yang bersifat organisasional maupun operasional berdasarkan prioritas obyek penyelenggaraan SPIP yang telah ditetapkan. 1) Prinsip dan Tujuan Rencana kerja penilaian risiko instansi pemerintah pada prinsipnya dilaksanakan untuk mengidentifikasi pada kemungkinan kejadian yang mempunyai dampak merugikan terhadap pencapaian tujuan. Sedangkan tujuannya adalah untuk mendapatkan peta risiko atas suatu kegiatan yang akan menjadi dasar untuk merumuskan kegiatan pengendaliannya. 2) Prakondisi Penilaian Risiko Prasyarat pelaksanaan penilaian risiko adalah sebagai berikut: a. penetapan kebijakan umum terkait penilaian dan pengendalian risiko di unit kerja; b. pemahaman tentang proses penilaian risiko; dan c. melibatkan pihak-pihak pelaksana kegiatan atau pemilik risiko. 3) Output Kegiatan Output yang dihasilkan dari langkah ini adalah Rencana Kerja Penilaian Risiko pada masing-masing unit kerja. 4) Langkah Kerja Utama Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebut adalah sebagai berikut: a. mendapatkan arahan pimpinan tentang obyek penilaian risiko berdasarkan obyek prioritas penyelenggaraan SPIP; b. menetapkan jadwal waktu pelaksanaannya; c. menyajikan panduan penyusunan Term of Reference (TOR) kegiatan Penilaian risiko dengan rincian kegiatan antara lain: (1) membentuk tim pelaksana dengan melibatkan fasilitator dari Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP); (2) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) I untuk mengidentifikasi awal risiko dengan melibatkan pejabat penanggung jawab dan/atau pelaksana kegiatan (pemilik risiko) di unit kerja; (3) melakukan identifikasi dan analisis risiko melalui penelitian dokumen, wawancara, dan observasi; (4) merumuskan dan menyimpulkan hasil penilaian risiko; dan

2013, No.646 24 (5) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) II dalam rangka finalisasi dan sosialisasi hasil penilaian risiko; d. menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) sehubungan dengan tahapan kegiatan di atas; e. menuangkan hasil penilaian dalam kertas kerja sesuai Format D butir B dan menyimpulkan hasilnya dalam Desain Penyelenggaraan SPIP. 3. RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENGENDALIAN Kegiatan pengendalian meliputi kegiatan untuk mengatasi risiko dalam pencapaian tujuan melalui perumusan bentuk-bentuk kegiatan pengendalian yang dituangkan dalam kebijakan/standar Operasional Prosedur. Rencana Kerja penyelenggaraan kegiatan pengendalian meliputi rumusan tujuan pengendalian risiko atas pencapaian tujuan, prakondisi, prinsip dalam merancang kegiatan pengendalian, dan langkah kerja utama, sebagai berikut: 1) Prinsip dan Tujuan Prinsip dari rencana kerja penyelenggaraan kegiatan pengendalian didasarkan atas pentingnya arahan pimpinan unit kerja untuk mengurangi risiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian risiko. Adapun tujuannya adalah membantu pimpinan unit kerja untuk memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan dalam mengurangi risiko yang telah diidentifikasi selama penilaian risiko. 2) Pra Kondisi Atas Pelaksanaan Pengendalian Kondisi yang harus ada dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian adalah sebagai berikut: a. kegiatan pengendalian dilaksanakan atas kegiatan yang telah dilakukan penilaian risiko; dan b. terdapat kebijakan/standar Operasional Prosedur untuk pelaksanaan kegiatan sebagai dasar penguatan kegiatan pengendalian. 3) Output Kegiatan Output dari kegiatan ini adalah rencana kerja kegiatan pengendalian atas obyek penyelenggaraan SPIP yang telah dilakukan penilaian risikonya. 4) Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebut adalah sebagai berikut: a. merumuskan kegiatan pengendalian berdasarkan peta risiko yang telah diperoleh; b. menetapkan jadwal waktu pelaksanaannya; c. menyajikan panduan penyusunan Term of Reference (TOR) kegiatan pengendalian dengan rincian kegiatan antara lain:

25 2013, No.646 (1) membentuk tim pelaksana; (2) mengidentifikasi kebutuhan kegiatan pengendalian berdasarkan peta risiko yang ada; (3) merumuskan alternatif teknik pengendalian yang dapat mengatasi risiko melalui wawancara, observasi atau studi banding terhadap pengendalian atas kegiatan sejenis; (4) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) I untuk pemilihan alternatif pengendalian atas risiko yang ada dan perumusan prosedur pengendaliannya; (5) membangun prosedur pengendalian dan simulasi penerapannya; (6) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) II dalam rangka finalisasi dan sosialisasi hasil kegiatan pengendalian;dan (7) menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan. d. menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) sehubungan dengan tahapan kegiatan di atas. e. menuangkan hasil penilaian dalam kertas kerja sesuai Format D butir C dan menyimpulkan hasilnya dalam Desain Penyelenggaraan SPIP. 4. RENCANA KERJA PENGELOLAAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI Sesuai dengan tahapan penyelenggaraan SPIP, infrastruktur yang sudah dibangun dalam bentuk kebijakan/standar Operasional Prosedur yang berbasis risiko perlu diinternalisasikan kepada para pejabat dan pegawai dan diimplementasikan dalam pelaksanaan kegiatannya. 1. Prinsip dan Tujuan Prinsip dari rencana kerja implementasi kebijakan/ Standar Operasional Prosedur berbasis SPIP adalah merencanakan kegiatan implementasi kebijakan dan prosedur yang telah dalam rangka memastikan bahwa kegiatan pengendaliannya dapat mengatasi risiko atas suatu kegiatan. Adapun tujuannya adalah untuk memastikan bahwa infrastruktur pengendalian yang dibangun telah dipahami, diinformasikan, dilaksanakan, dan dimonitor pelaksanaannya. 2. Prakondisi Implementasi Persyaratan yang diharapkan ada dalam implementasi Standar Operasional Prosedur Berbasis SPIP adalah: a. komitmen pimpinan dan pegawai unit kerja untuk meningkatkan kualitas kinerjanya; dan b. terbentuknya lingkungan pengendalian yang kondusif dalam pelaksanaan pengendalian. 3. Output Kegiatan Output yang dihasilkan dari langkah ini adalah rencana kerja implementasi kebijakan/standar Operasional Prosedur berbasis risiko.

2013, No.646 26 4. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebut adalah sebagai berikut: a. mendapatkan informasi tentang penyelesaian kebijakan/ Standar Operasional Prosedur Berbasis SPIP; b. menetapkan jadwal pelaksanaannya; c. menyajikan panduan penyusunan Term of Reference (TOR) kegiatan Penilaian risiko dengan rincian kegiatan antara lain: (1) sosialisasi dan pencanangan penerapan Standar Operasional Prosedur berbasis SPIP kepada seluruh pejabat dan pegawai terkait; (2) pendampingan pelaksanaannya; (3) pelaksanaan secara mandiri; dan (4) pemantauan atas kegiatan pelaksanaannya; d. menetapkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) atas kegiatan pemantauan di atas; dan e. menuangkan hasil penilaian dalam kertas kerja sesuai Format D butir D dan menyimpulkan hasilnya dalam Desain Penyelenggaraan SPIP. 5. RENCANA KERJA PEMANTAUAN TAHAPAN PENYELENGARAAN SPIP Untuk memastikan pencapaian tujuan penyelenggaraan SPIP, tujuan penyusunan Rencana Kerja Penerapan SPIP, pengembangan SPIP harus dipantau secara terus menerus. 1. Prinsip dan Tujuan Prinsip dari rencana kerja pemantauan tahapan penyelenggaraan SPIP didasarkan atas adanya informasi hasil pengembangan/penyelenggaraan SPIP pada unit kerja terkait yang meliputi tahap-tahap pemahaman, pemetaan, penetapan kebijakan, penerapan dan pengembangannya. Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kemajuan dan efektivitas penyelenggaraan SPIP serta memberikan saran-saran perbaikannya. 2. Prakondisi Pemantauan Persyaratan yang diharapkan ada dalam pengembangan sistem pemantauan penyelenggaraan SPIP ini adalah: a. komitmen manajemen unit kerja untuk mengembangkan sistem pemantauan pengembangan/penyelenggaraan SPIP; dan b. adanya peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam rangka penguatan SPIP.