BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al Qur an telah memberikan aturan mengenai transaksi ekonomi dan keuangan. Hal ini ditegaskan dalam Q.S. Al Baqarah ayat 282, menjelaskan bahwa Islam menekankan pentingnya peraturan bisnis secara benar untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis tidak menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya. Perkembangan perbankan syariah merupakan fenomena yang cukup menarik di tengah-tengah upaya bangsa kita keluar dari krisis ekonomi. Perbankan syariah tumbuh dengan berbagai produknya di tengah-tengah masyarakat untuk berinvestasi di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan menerapkan sistem ekonomi syariah dalam aktivitas ekonominya. Lembaga keuangan syariah atau lebih khususnya perbankan syariah muncul sebagai 1
suatu jalan keluar terbaik dalam suatu perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidang ekonomi dan keuangan. 1 Peningkatan total aset perbankan syariah tejadi seiring perluasan jaringan usaha bank, meskipun jumlah bank umum masih tetap sebesar 120 bank, dengan komposisi 109 Bank Umum Konvensional (BUK) dan 11 Bank Umum Syariah (BUS). 2 Jumlah kantor BUS dan UUS mencapai 2588 kantor, meningkat dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 2262 kantor. Bahkan Pada Mei 2014 sudah tercatat 2564 jaringan kantor. Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 terus mengalami peningkatan. Rp 244.197 miliar menjadi aset tertinggi yang pernah diraih selama lima tahun terakhir, dengan total aset per Mei 2014 mencapai Rp244.197 miliar. Penjelasan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1. 1 Majelis Ulama Indonesia Keputusan Dewan Syariah Nasional No. 1 Tahun 2000, Dasar Pemikiran e-3. 2 LPI 2013; Bank Indonesia; ISSN 0522-2573; hal 110; Jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) tercatat sebanyak 554 unit, meningkat dibandingkan tahun 2012 yang sebanyak 493 unit. 2
Tabel 1.1. Perkembangan Kelembagaan dan Kinerja BUS dan UUS Indikator 2010 2011 2012 2013 2014*) BUS 11 11 11 11 11 UUS 23 24 24 23 23 Jaringan Kantor 1.477 1.737 2.262 2.588 2.564 Jumlah Rekening**) 6.919.578 9.586.758 13.360.157 16.204.166 17.079.077 Aset (Rp miliar) 97.519 145.467 195.018 242.276 244.197 DPK (Rp miliar) 76.036 115.415 147.512 183.534 185.508 Pembiayaan 68.181 102.655 147.505 184.122 188.063 Ket *) : Per Mei 2014 **) : DPK dan pembiayaan Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam oleh Biro Riset Infobank (September, 2014; 83). Menurut data Bank Indonesia (BI), hingga September 2013, pembiayaan konsumsi perbankan syariah tercatat Rp 77,34 triliun atau berkontribusi 43,62% terhadap total pembiayaan perbankan syariah yang sebesar Rp 177,32 triliun. Dalam catatan Biro Riset Infobank (birl), dominasi penggunaan konsumsi pada pembiayaan perbankan syariah sudah terjadi setidaknya sejak 2011. Pada tahun-tahun sebelumnya pembiayaan perbankan syariah lebih banyak digunakan untuk modal kerja. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2. tentang pembiayaan perbankan syariah berdasarkan jenis penggunaan. 3
Tabel 1.2. Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Jenis Penggunaan September September Pertumbuhan 2012 (Rp triliun) 2013 (Rp triliun) (%) Modal Kerja 52,25 67,68 23,53 Investasi 23,32 32,29 38,48 Konsumsi 54,78 77,34 41,17 Total Pembiayaan 130,35 177,32 36,03 Sumber : Bank Indonesia (BI) dalam Biro Riset Infobank (Maret, 2014; 63). Perkembangan lingkungan eksternal dan internal perbankan syariah yang semakin pesat mengakibatkan risiko kegiatan usaha perbankan syariah semakin kompleks. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK, 2014), bank dituntut untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan melalui penerapan manajemen risiko yang sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip manajemen risiko yang diterapkan pada perbankan syariah di Indonesia diarahkan sejalan dengan aturan baku yang dikeluarkan oleh Islamic Financial Service Board (IFSB). Penerapan manajemen risiko pada perbankan syariah disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank. OJK menetapkan aturan manajemen risiko sebagai standar minimal yang harus dipenuhi oleh BUS dan UUS sehingga perbankan syariah dapat mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi namun tetap dilakukan secara sehat, istiqomah, dan sesuai prinsip syariah. 4
Terkait dengan pembiayaan mudharabah, Direksi Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur perlu terus menyempurnakan pedoman manajemen risiko pembiayaan khususnya produk mudharabah. Hal ini didasarkan atas ungkapan Sales Assistant, Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan terkompleks dari pembiayaan yang ada di BSM KCP Karanganyar Palur (Heri: 2015). 3 Manajemen risiko pembiayaan mudharabah perlu dikaji lebih lanjut. Hal ini menjadi dasar penulisan Tugas Akhir dengan judul, Manajemen Risiko Produk Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka rumusan penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimanakah standar operasional prosedur akad pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur? 2. Bagaimana kebijakan manajemen risiko pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur? 3. Apa saja permasalahan dalam pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur? 4. Bagaimana strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah atas produk pembiayaan mudharabah pada Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur? 3 Hasil wawancara dengan Heri Mulyono (Sales Assistant BSM KCP Karanganyar Palur) pada tanggal 02 Februari 2015. 5
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui standar operasional prosedur produk pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. 2. Mengetahui kebijakan manajemen risiko pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. 3. Mengidentifikasi permasalahan dalam pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. 4. Mengetahui strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah atas produk pembiayaan mudharabah yang dijalankan di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. D. Manfaat Penelitian Hasil dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran dan landasan teoritis bagi perkembangan ilmu ekonomi islam, khususnya mengenai pembiayaan pada bank syariah serta menambah literatur atau bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk melaksanakan kajian dan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis 6
a. Memberikan saran dan masukan pada lembaga yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan kiprah institusi atau perusahaan dalam meningkatkan ekonomi syariah. b. Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang masalah-masalah yang terkait dengan penelitian ini dan diharapkan akan berguna bagi pihakpihak yang berminat terhadap masalah yang sama. E. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan, yaitu: Bank Syariah Mandiri KCP Karanganya Palur merupakan tempat magang peneliti selama bulan Desember 2014 sampai dengan Januari 2015 dan merupakan salah satu industri perbankan yang menerapkan hukum syariah. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk pada penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini berarti bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan atau menjelaskan data tentang keadaan, dan gejala-gejala lainnya secara rinci dan jelas. Alasan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif ini adalah untuk memberikan gambaran terkait dengan akad pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. 3. Sumber Data Sumber data penelitian ini berasal dari: 7
a. Data Primer Data primer ini diperoleh melalui wawancara kepada pimpinan dan karyawan Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. Jumlah responden dalam penelitian ini ada empat orang. b. Data Sekunder Data sekunder meliputi peraturan tentang pembiayaan mudharabah, yaitu : 1. UU RI No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah 2. Peraturan Bank Indonesia No: 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. 3. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh). 4. Surat Edaran Pembiayaan No: 17/016/PEM perihal Rating Sektor Ekonomi untuk Pembiayaan. 5. Surat Edaran Pembiayaan No: 16/077/PEM perihal Revisi Perubahan Ketentuan Komite Pembiayaan/Penanganan Pembiayaan Bermasalah. 6. Surat Edaran Pembiayaan No: 16/054/PEM perihal Peningkatan Price Pembiayaan Rupiah. 7. Surat Edaran Pembiayaan No: 15/060/PEM perihal Program Percepatan Perpanjangan Pembiayaan dan Restrukturisasi Pembiayaan. 8
4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer yang dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden. Responden penelitian ini adalah pimpinan dan karyawan Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. Outline wawancara terlampir. 4 5. Metode Analisis Data Metode analisis data penelitian ini deskriptif kualitatif. Analisis ini berisi tentang bahasan secara deskriptif mengenai tanggapan yang diberikan narasumber pada peneliti. Tujuan dari analisis deskripsi adalah untuk mewakili data mentah yang akan diubah menjadi informasi yang mudah dimengerti. 4 Terdapat pada lampiran 10 (Pedoman Wawancara). 9