BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perbankan syariah, memicu tumbuhnya bank-bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. aspek keadilan dalam bertransaksi. Bank berdasarkan prinsip syariah atau

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/5/PBI/2007 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penting dari sebuah lembaga keuangan seperti peran perbankan sebagai lembaga

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kembali Peraturan Bank Indonesi

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Fungsi utama bank adalah sebagai lembaga

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

I. PENDAHULUAN. Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga perbankan merupakan salah satu instrumen penting dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

Oleh: Budi Santoso NIM.F BAB I PENDAHULUAN. dan semakin lengkapnya lembaga keuangan syariah di negeri ini, yakni dengan

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan di Indonesia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat terhadap produk pembiayaan seperti pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

SNAPSHOT PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ketiga adalah ijarah dan jasa. Bagi hasil terdiri dari mudharabah dan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. (Darmawi, 2006). Menurut Bank Indonesia, manajemen risiko merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah merupakan Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia pembangunan ekonomi tetap merupakan sentral dari

BAB I PENDAHULUAN. Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah Konsep dan Implementasi PSAK Syariah, P3EI Press, Yogyakarta, 2008, hlm

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

No. 14/ 1 /DPM Jakarta, 4 Januari Maret SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Januari Diakses melalui http// Tanggal 12 Oktober Undang-Undang Perbankan Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, masalah kekurangan modal. globalisasi saat ini masyarakat mudah memperoleh modal untuk memulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. di dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara lembaga keuangan. Bank dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/4/PBI/2015 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian di suatu negara. Pada perekonomian yang semakin

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

No. 17/10/DKMP Jakarta, 29 Mei Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jakarta, 11 Oktober Departemen Perbankan Syariah OJK

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN LAYANAN SYARIAH (OFFICE CHANNELING) PADA BTN UNIT USAHA SYARIAH (UUS)

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

No. 9/7/DPM Jakarta, 30 Maret 2007 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM. Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

BAB I. Pendahuluan. Bank Syariah menurut Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi islam dengan konsep profit dan loss sharing yang. bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Fenomena menarik yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia sangatlah kompleks, diantaranya adalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya UU No 7 Tahun1992 tentang perbankan nasional Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

BAB I PENDAHULUAN. terlihat semakin meningkat dengan pesat. Hal itu ditandai dengan berdirinya

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Oleh sebab itu, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Triandaru dan Totok Budi Santoso, 2009). Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia (LPPSI) Bank Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dana, untuk memperjual belikan surat-surat berharga yang kegiatannya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/17/PBI/2008 TENTANG PRODUK BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan teori yang perkembangannya dimulai sejak tahun 1950-an,

I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al Qur an telah memberikan aturan mengenai transaksi ekonomi dan keuangan. Hal ini ditegaskan dalam Q.S. Al Baqarah ayat 282, menjelaskan bahwa Islam menekankan pentingnya peraturan bisnis secara benar untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis tidak menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya. Perkembangan perbankan syariah merupakan fenomena yang cukup menarik di tengah-tengah upaya bangsa kita keluar dari krisis ekonomi. Perbankan syariah tumbuh dengan berbagai produknya di tengah-tengah masyarakat untuk berinvestasi di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan menerapkan sistem ekonomi syariah dalam aktivitas ekonominya. Lembaga keuangan syariah atau lebih khususnya perbankan syariah muncul sebagai 1

suatu jalan keluar terbaik dalam suatu perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidang ekonomi dan keuangan. 1 Peningkatan total aset perbankan syariah tejadi seiring perluasan jaringan usaha bank, meskipun jumlah bank umum masih tetap sebesar 120 bank, dengan komposisi 109 Bank Umum Konvensional (BUK) dan 11 Bank Umum Syariah (BUS). 2 Jumlah kantor BUS dan UUS mencapai 2588 kantor, meningkat dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 2262 kantor. Bahkan Pada Mei 2014 sudah tercatat 2564 jaringan kantor. Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 terus mengalami peningkatan. Rp 244.197 miliar menjadi aset tertinggi yang pernah diraih selama lima tahun terakhir, dengan total aset per Mei 2014 mencapai Rp244.197 miliar. Penjelasan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1. 1 Majelis Ulama Indonesia Keputusan Dewan Syariah Nasional No. 1 Tahun 2000, Dasar Pemikiran e-3. 2 LPI 2013; Bank Indonesia; ISSN 0522-2573; hal 110; Jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) tercatat sebanyak 554 unit, meningkat dibandingkan tahun 2012 yang sebanyak 493 unit. 2

Tabel 1.1. Perkembangan Kelembagaan dan Kinerja BUS dan UUS Indikator 2010 2011 2012 2013 2014*) BUS 11 11 11 11 11 UUS 23 24 24 23 23 Jaringan Kantor 1.477 1.737 2.262 2.588 2.564 Jumlah Rekening**) 6.919.578 9.586.758 13.360.157 16.204.166 17.079.077 Aset (Rp miliar) 97.519 145.467 195.018 242.276 244.197 DPK (Rp miliar) 76.036 115.415 147.512 183.534 185.508 Pembiayaan 68.181 102.655 147.505 184.122 188.063 Ket *) : Per Mei 2014 **) : DPK dan pembiayaan Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam oleh Biro Riset Infobank (September, 2014; 83). Menurut data Bank Indonesia (BI), hingga September 2013, pembiayaan konsumsi perbankan syariah tercatat Rp 77,34 triliun atau berkontribusi 43,62% terhadap total pembiayaan perbankan syariah yang sebesar Rp 177,32 triliun. Dalam catatan Biro Riset Infobank (birl), dominasi penggunaan konsumsi pada pembiayaan perbankan syariah sudah terjadi setidaknya sejak 2011. Pada tahun-tahun sebelumnya pembiayaan perbankan syariah lebih banyak digunakan untuk modal kerja. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2. tentang pembiayaan perbankan syariah berdasarkan jenis penggunaan. 3

Tabel 1.2. Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Jenis Penggunaan September September Pertumbuhan 2012 (Rp triliun) 2013 (Rp triliun) (%) Modal Kerja 52,25 67,68 23,53 Investasi 23,32 32,29 38,48 Konsumsi 54,78 77,34 41,17 Total Pembiayaan 130,35 177,32 36,03 Sumber : Bank Indonesia (BI) dalam Biro Riset Infobank (Maret, 2014; 63). Perkembangan lingkungan eksternal dan internal perbankan syariah yang semakin pesat mengakibatkan risiko kegiatan usaha perbankan syariah semakin kompleks. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK, 2014), bank dituntut untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan melalui penerapan manajemen risiko yang sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip manajemen risiko yang diterapkan pada perbankan syariah di Indonesia diarahkan sejalan dengan aturan baku yang dikeluarkan oleh Islamic Financial Service Board (IFSB). Penerapan manajemen risiko pada perbankan syariah disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank. OJK menetapkan aturan manajemen risiko sebagai standar minimal yang harus dipenuhi oleh BUS dan UUS sehingga perbankan syariah dapat mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi namun tetap dilakukan secara sehat, istiqomah, dan sesuai prinsip syariah. 4

Terkait dengan pembiayaan mudharabah, Direksi Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur perlu terus menyempurnakan pedoman manajemen risiko pembiayaan khususnya produk mudharabah. Hal ini didasarkan atas ungkapan Sales Assistant, Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan terkompleks dari pembiayaan yang ada di BSM KCP Karanganyar Palur (Heri: 2015). 3 Manajemen risiko pembiayaan mudharabah perlu dikaji lebih lanjut. Hal ini menjadi dasar penulisan Tugas Akhir dengan judul, Manajemen Risiko Produk Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka rumusan penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimanakah standar operasional prosedur akad pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur? 2. Bagaimana kebijakan manajemen risiko pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur? 3. Apa saja permasalahan dalam pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur? 4. Bagaimana strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah atas produk pembiayaan mudharabah pada Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur? 3 Hasil wawancara dengan Heri Mulyono (Sales Assistant BSM KCP Karanganyar Palur) pada tanggal 02 Februari 2015. 5

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui standar operasional prosedur produk pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. 2. Mengetahui kebijakan manajemen risiko pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. 3. Mengidentifikasi permasalahan dalam pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. 4. Mengetahui strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah atas produk pembiayaan mudharabah yang dijalankan di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. D. Manfaat Penelitian Hasil dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran dan landasan teoritis bagi perkembangan ilmu ekonomi islam, khususnya mengenai pembiayaan pada bank syariah serta menambah literatur atau bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk melaksanakan kajian dan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis 6

a. Memberikan saran dan masukan pada lembaga yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan kiprah institusi atau perusahaan dalam meningkatkan ekonomi syariah. b. Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang masalah-masalah yang terkait dengan penelitian ini dan diharapkan akan berguna bagi pihakpihak yang berminat terhadap masalah yang sama. E. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan, yaitu: Bank Syariah Mandiri KCP Karanganya Palur merupakan tempat magang peneliti selama bulan Desember 2014 sampai dengan Januari 2015 dan merupakan salah satu industri perbankan yang menerapkan hukum syariah. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk pada penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini berarti bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan atau menjelaskan data tentang keadaan, dan gejala-gejala lainnya secara rinci dan jelas. Alasan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif ini adalah untuk memberikan gambaran terkait dengan akad pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. 3. Sumber Data Sumber data penelitian ini berasal dari: 7

a. Data Primer Data primer ini diperoleh melalui wawancara kepada pimpinan dan karyawan Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. Jumlah responden dalam penelitian ini ada empat orang. b. Data Sekunder Data sekunder meliputi peraturan tentang pembiayaan mudharabah, yaitu : 1. UU RI No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah 2. Peraturan Bank Indonesia No: 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. 3. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh). 4. Surat Edaran Pembiayaan No: 17/016/PEM perihal Rating Sektor Ekonomi untuk Pembiayaan. 5. Surat Edaran Pembiayaan No: 16/077/PEM perihal Revisi Perubahan Ketentuan Komite Pembiayaan/Penanganan Pembiayaan Bermasalah. 6. Surat Edaran Pembiayaan No: 16/054/PEM perihal Peningkatan Price Pembiayaan Rupiah. 7. Surat Edaran Pembiayaan No: 15/060/PEM perihal Program Percepatan Perpanjangan Pembiayaan dan Restrukturisasi Pembiayaan. 8

4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer yang dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden. Responden penelitian ini adalah pimpinan dan karyawan Bank Syariah Mandiri KCP Karanganyar Palur. Outline wawancara terlampir. 4 5. Metode Analisis Data Metode analisis data penelitian ini deskriptif kualitatif. Analisis ini berisi tentang bahasan secara deskriptif mengenai tanggapan yang diberikan narasumber pada peneliti. Tujuan dari analisis deskripsi adalah untuk mewakili data mentah yang akan diubah menjadi informasi yang mudah dimengerti. 4 Terdapat pada lampiran 10 (Pedoman Wawancara). 9