BAB V PENUTUP. 1) Kriteria-kriteria pelanggaran hukum dalam promosi produk digital yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

SUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA WEBSITE PORNO RAFIKA DURI / D

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan Klausula Baku pada Perjanjian Kredit

Analisa Kebijakan PP Nomor 33 Tahun 2012 Tentang PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

UNDANG-UNDANG KEINSINYURAN: Harapan Baru Tingkatkan Profesionalisme Insinyur Oleh: Wiwin Sri Rahyani*

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Perspektif Etik dalam Komunikasi Persuasif

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

2017, No tentang Kode Etik dan Kode Perilaku Perencana Kementerian Perencanaan Pembangunan/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat :

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA. Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

ATURAN ETIKA DAN PERILAKU APARAT PENGAWAS INTERN DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

Apa yang perlu dokter ketahui agar tidak masuk penjara? Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F PIT IDI Tangerang 11 Februari 2018

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

Dr. Mudzakkir, S.H., M.H Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Pelaksanaan tugas jabatan notaris harus berpedoman pada kaidah hukum dan

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262]

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

RechtsVinding Online

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

KODE ETIK AUDITOR IAIN MATARAM

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

No berbangsa, yang salah satunya disebabkan oleh meningkatnya tindakan asusila, pencabulan, prostitusi, dan media pornografi, sehingga diperlu

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

Dinamika Pelanggaran Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada masalah krisis keuangan global. Krisis ini berlanjut terus

IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TERHADAP PERAN PERENCANA DAN ASOSIASI PROFESI PERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keluarga, suku dan masyarakat. untuk menjunjung tinggi norma-norma kehidupan mencapai masyarakat

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

HUKUM MONOPOLI & PERSAINGAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Manajer Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahan

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 60/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27/POJK.04/2014 Tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjamin Emisi Efek adalah Pihak yang membuat kontr

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

Etika Jurnalistik dan UU Pers

BERITA NEGARA. No.1386, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pengaduan. Laporan. Penanganan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25/POJK.04/2014 TENTANG PERIZINAN WAKIL MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Penegakan Hukum dan Penegakan Hukum pidana. Penegakan hukum adalah proses di lakukannya upaya untuk tegaknya atau

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2. Rencana pengembangan Insan IMC selalu didasari atas bakat dan kinerja.

TUGAS MATA KULIAH ETIKA PROFESI KODE ETIK PROFESI PENGUSAHA AGRIBISNIS

BAB III TINDAK PIDANA PORNOGRAFI DALAM UNDANG UNDANG NO. 44 TAHUN A. Pengertian Pornografi Menurut Undang-Undang No.

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Hasil Rapat Tim RIP 19 April 2016 mengenai Pelaksanaan RIP UMJ. MEMUTUSKAN

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan perlindungan anak ini tak

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

HERU SASONGKO, S.FARM.,APT.

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

15 Februari apa isi rpm konten

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik pembangunan ekonomi, politik, maupun pengembangan

ETIKA AKADEMIK. Program Studi D3 Keperawatan

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK, KARYA REKAM, DAN KARYA ELEKTRONIK

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /SEOJK.04/2016 PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI MANAJER INVESTASI

SEKSI 100 A. PRINSIP-PRINSIP DASAR ETIKA PROFESI

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan 1) Kriteria-kriteria pelanggaran hukum dalam promosi produk digital yang berpotensi merugikan orang ketiga (masyarakat) yaitu iklan yang: a) Melanggar nilai-nilai agama, moral dan etika, sosial budaya masyarakat seperti nilai kejujuran, nilai martabat manusia, dan tanggung jawab sosial; iklan yang memuat konten pornografi/pornoaksi, kekerasan non fisik (mental), dan kebiasaan buruk (perilaku), melanggar tata krama dan kode etik (etis, estetis, dan artistik).; b) Ketidaksesuaian dengan prinsip dasar (asas) manfaat, kehati-hatian dan itikad baik dalam penyebaran informasi berbasis teknologi yaitu melanggar Pasal 3 UU ITE; e) Menyalahi tujuan diterapkannya peraturan Teknologi Informasi yaitu melanggar Pasal 4 UU ITE; c) Informasi yang beredar melanggar unsur kesusilaan sebagaimana diatur dalam UU ITE dan KUHP 2) Sanksi yang dijatuhkan apabila iklan merugikan atau melanggar hak-hak pihak ketiga (masyarakat) diatur dalam hukum positif: (1) Sanksi Perdata 166

: denda (Pasal 45 UU ITE) dan perdata yang ditelaah dari konsep perbuatan melawan hukum atau onrechtmatige daad (Pasal-Pasal 1365, 1366, dan 1367 KUH Perdata); (2) Sanksi Pidana yaitu pidana penjara (Pasal 45 ayat (1) dan (2) UU ITE); (3) Sanksi Administratif (UU No. 51/2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 5/1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), misalnya pencabutan izin usaha. Ganti kerugian immateril tentunya disesuaikan dengan kebutuhan penghentian dan atau upaya rehabilitasi kerugian dari aktifitas promosi pelaku usaha. 3) Pencegahan dan Perlindungan Hukum terhadap potensi pelanggaran termasuk pelanggaran atas hak sosial budaya dan etika pada kegiatan promosi produk secara digital: (1) Peran Pemerintah: (Pasal 40 UU ITE) melindungi kepentingan masyarakat meliputi pemberian fasilitas Pemerintah atas pemanfaatan IT dan perlindungan dari segala jenis gangguan sebagai akibat penyalahgunaan Informasi Elektronik; (2) Peran Masyarakat: keberlakuan dan efektivitas hukum sangat tergantung pada budaya hukum masyarakat yang bersangkutan. Tingkat kepatuhan dan ketaatan masyarakat akan hukum dapat dilihat melalui budaya hukum ini, yang dinilai dari sikap dan perilaku masyarakat terkait. Selanjutnya, pencegahan dan perlindungan meliputi tindakan aparat hukum dalam melindungi masyarakat, ketersediaan produk hukum yang meliputi aturan-aturan maupun perangkat perundang-undangan; (3) Langkah di 167

luar hukum: Penguatan Tata Krama dalam Hubungan Bisnis antar Pelaku Usaha; Pembentukan Komitmen Pelaku Usaha (Komitmen harus berpedoman pada prinsip-prinsip keadilan dan perilaku persaingan usaha yang sehat dan bersih); Edukasi Masyarakat: agar masyarakat bersikap kritis, rasional dan tidak mudah dibohongi. Hukum pada hakekatnya harus memberikan perlindungan terhadap semua pihak sesuai dengan status hukumnya karena setiap orang memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum. Setiap aparat penegak hukum wajib menegakkan hukum bersamaan dengan berfungsinya aturan hukum, maka secara tidak langsung pula hukum akan memberikan perlindungan terhadap setiap hubungan hukum atau segala aspek dalam kehidupan masyarakat yang diatur oleh hukum itu sendiri. Hukum memiliki fungsi untuk rekayasa sosial (social engineering), menciptakan sebuah masyarakat yang menjadi cita-cita sebuah bangsa dalam suatu wadah negara hukum. Hukum adalah hasil ciptaan masyarakat, tetapi sekaligus ia juga menciptakan masyarakat, sehingga konsep dalam berhukum seyogyanya adalah sejalan dengan perkembangan masyarakat. Secara umum, perlindungan hukum diartikan sebagai gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. 168

2. Saran 1) Harus ada peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas yang mampu menjawab tantangan pertumbuhan teknologi di masa mendatang, bagi seluruh elemen terkait khususnya perusahaan periklanan dan pelaku usaha yang melanggar etika dalam bisnis, sehingga pelanggaran nilai-nilai agama, moral dan etika dapat di kurangi semaksimal mungkin dan tidak ada lagi pihak-pihak yang dirugikan. 2) Walaupun iklan lahir dari proses berkreatif namun perusahaan periklanan harus mematuhi peraturan periklanan dan juga melakukan pertimbangan logis atas sebuah produk periklanan yang dapat dikonsumsi masyarakat. 3) Iklan yang diciptakan harus mampu memberikan fungsi positif kepada seluruh masyarakat. Dengan cara melakukan evaluasi terhadap substansi iklan yang akan diedarkan dimasyarakat, dimulai pada saat produksi, produsen iklan tidak serta merta berperan sebagai eksekutor kerja, namun harus pula menjadi konsultan dalam hal moral etika dan regulasi, sinergi ini harus dipahami bersama dengan pelaku usaha sebagai pemilik iklan. 4) Pemerintah bergerak dengan landasan riset aktual yang dilakukan secara internal, artinya kepekaan pemerintah akan mejadi andalan utama masyarakat yang mengharapkan perlindungan maksimal dari pemerintah. Solusi ini menimbulkan kewajiban pemerintah untuk mengalokasikan dana khusus untuk melakukan riset atas dampak perkembangan teknologi 169

di masyarakat, dan ini menjadi tanggungjawab bersama antar lembaga pemerintah terkait. 5) Generasi muda harus menjadi fokus pemerintah dalam mengambil langkah strategis dalam mengatur tatanan yang ada di masyarakat. 6) UU ITE ke depan diharapakan dapat menjelaskan secara implisit mengenai larangan pemasangan iklan dengan kriteria yang dianggap melanggar tanpa menunggu sebuah iklan tersebut jelas-jelas telah menggangu dan menimbulkan keresahan di dalam masyarakat. 7) Penindakan dan sanksi berlaku pula untuk pihak yang terlibat dalam proses pembuatan iklan yang melanggar nilai-nilai di masyarakat. 8) Lembaga Swadaya Masyarakat, baik nasional maupun keagamaan, ataupun organisasi partisan masyarakat yang menyatakan kepeduliannya terhadap bangsa ini, akan menjadi satu kesatuan yang bisa membantu masyarakat dalam memahami hak nya lebih mendalam. Oleh karenanya pelaku usaha dan pemerintah harus melihat keberadaan elemen ini dengan pandangan yang positif bukan sebagai ancaman melainkan mitra untuk mencapai tujuan besar bersama. 9) Best Practice yang terdapat diberagam negara lain dapat mejadi rujukan mengenai penegakan fungsi hukum ataupun penyusunan regulasi hukum yang relevan bagi budaya bangsa. 170