BAB I PENDAHULUAN. merata dan berkesinambungan (Halim, 2007:229). Pada Era Otonomi saat ini di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat. sekaligus menjadi ibu kota provinsi. Kota ini merupakan kota terbesar

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. krisis tersebut membawa berkah tersembunyi untuk meningkatkan taraf hidup. seluruh rakyat Indonesia dimasa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. mendorong diterapkannya otonomi daerah untuk meningkatkan pelayanan publik guna

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat. Pajak memiliki fungsi sebagai sumber penerimaan Negara (Budgeter) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bergulirnya otonomi daerah, terjadi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keleluasaan kepada daerah Kota/kabupaten untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap jumlah penjualan, laba, lapangan pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan daerah merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasannya Negara Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun Kebijkan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun di bidang budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. (PAD) yang dapat membantu meningkatakan kualitas daerah tersebut. Maka

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, DAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

DAFTAR ISI. ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewenangan otonomi yang luas mewajibkan pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara demokratis, adil, merata dan berkesinambungan (Halim, 2007:229). Pada Era Otonomi saat ini di Indonesia menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta melaksanakan pembangunan daerah, maka daerah membutuhkan satu sumber penerimaan daerah yaitu pendapatan asli daerah (PAD). (Siahaan,2001:1) Seiring dengan bergulirnya otonomi daerah, telah merubah paradigma penyelenggaraan pemerintahan di daerah dimana kekuasaan yang bersifat sentralistik menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi yang seluasluasnya sebagai yang diatur Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, selanjutnya disingkat dengan sebutan UU No.32/2004. Dari berbagai alternatif sumber penerimaan yang mungkin dipungut oleh daerah menurut Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah menetapkan pajak dan retribusi daerah menjadi sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. (Siahaan,2001:1) 1

2 Pendapatan asli daerah diharapkan dan diupayakan dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan pembangunan di daerah, maka pemerintah daerah harus dapat meningkatkan penerimaan yang berasal dari daerahnya sendiri untuk digunakan dalam berbagai kegiatan pembangunan yang bersifat mandiri. (Paramita,2014) Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang pendanaan pelaksanaan pemerintah daerah untuk pembangunan adalah meningkatkan dan menggali setiap potensi yang ada di masing-masing daerah melalui pajak daerah. Usaha tersebut telah dilakukan oleh Pemerintahan Kota Bandung dengan senantiasa berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Melalui pajak Daerah. (Sarna,2013) Kota Bandung merupakan Kota Metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta dan Merupakan kota terbesar Ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut Jumlah penduduk. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung merupakan metropolitan terbesar ketiga di Wilayah Metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabotabek dan Gerbang Kertosusilo) Selain itu Kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini, dan saat ini berangsurangsur kota Bandung juga menjadi kota wisata kuliner. Tentu saja, selain itu banyak juga wisata alam dan pendidikan yang ada di Kota ini sehingga saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata (fashion dan kuliner) dan pendidikan. (Wikipedia,2015)

3 Kunjungan Wisatawan Ke kota Bandung dari tahun ketahun mengalami pertumbuhan baik Wisatawan Mancanegara Maupun Wisatawan Domestik. Berikut adalah Data Kunjungan Wisatawan ke Kota Bandung dari Tahun 2012-2015 : Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan ke Kota Bandung Tahun 2012-2015 Wisatawan Wisatawan Jumlah Tahun Mancanegara Domestik Wisatawan 2012 335.700 8.435.441 8.771.141 2013 347.414 9.114.739 9.462.153 2014 356.630 9.869.715 10.226.345 2015 313.971 10.423.949 10.737,920 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung 2015(Data di olah kembali) Berdasarkan Tabel 1.1 Dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik pada Kunjungan wisata ke Kota Bandung pada tahun 2012-2013 mengalami penurunan. Namun pada tahun 2014 mengalami peningkatan kembali, dan pada tahun 2015 mengalami peningkatan pencapaian yang cukup baik. Jika dilihat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut tidak lepas dari peran pemerintah daerah yang gencar mempromosikan potensi wisata kota Bandung. Pemerintah Daerah Kota Bandung memberikan perhatian bagi perkembangan kepariwisataan di Kota Bandung dengan tujuan memperoleh dampak positif dari industri pariwisata seperti terbukanya lapangan pekerjaan di

4 bidang jasa ( Restoran), pemerataan pembangunan dengan dibangunnya sarana dan prasarana seperti jalan Untuk menuju objek wisata yang tentunya akan berdampak bagi peningkatan ekonomi masyarakat, dan menjadikan industri pariwisata sumber potensial bagi pemasukan pendapatan daerah. Dalam meningkatkan kemampuannya dalam bidang pendanaan untuk pembangunan, Kota Bandung berusaha meningkatkan Pajak Daerah melalui pajak sektor pariwisata. Pemasukan pendapatan daerah dari sektor pariwisata berasal dari Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan. (Sihotang,2015) Pajak-pajak tersebut telah memberikan kontribusi terbesar terhadap Pajak Daerah Kota Bandung, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan pembangunan baik sarana maupun prasarana yang diperuntukan bagi kesejahteraan masyarakat Kota Bandung.Untuk anggaran tahun 2014 DPRD kota Bandung telah menetapkan pendapatan pada APBD sebesar Rp. 4,732 Trilyun, dimana pendapatan tersebut digunakan untuk belanja pembangunan Kota Bandung yang besarnya Rp. 5,16 trilyun. Dengan komposisinya pendapatan APBD tersebut yang terdiri dari pendapatan asli daerah (PAD) Rp 1,7 triliun, Dana perimbangan Rp 1,9 triliun, dan pendapatan daerah lainnya yang sah Rp 1,02 triliun.(lkip Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung:2014) Dari perbandingan komposisi di atas dapat dilihat bahwa PAD mempunyai porsi cukup besar yaitu hampir mencapai 36%, yang sebagian besarnya merupakan pendapatan dari Pajak Daerah sebagaimana telah ditetapkan target pendapatan Rp.1,4 trilyun dari pajak daerah untuk tahun 2014. Adanya kenaikan target sebesar 31,7% dari target Tahun 2013 Rp.1,063 trilyun ke penetapan target

5 Rp. 1,4 trilyun di tahun 2014. Dari data tersebut terlihat bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu pendukung penting pembangunan Kota Bandung. Dengan semakin tinggi asli Pajak Daerah, maka semakin tinggi kemampuan suatu daerah untuk mencapai Pendapatan Asli Daerah. (LKIP Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung:2014) Pajak daerah berperan serta dalam membiayai pembangun daerah, tanpa adanya pajak daerah, maka kebutuhan akan dana untuk pembangunan akan sulit untuk di penuhi karena kita tahu bahwa sebagian besar pendapatan Negara kita adalah berasal dari pajak yaitu sekitar 75 %. Oleh sebab itu permasalahan tentang pajak ini harus ditangani secara tepat agar iuran pajak ataupun retribusi daerah dapat dimanfaatkan dengan baik. (LKIP Dinas Pelayanan Pajak Daerah Kota Bandung ; 2014) Seiring dengan peningkatan wisatawan ke Kota Bandung maka memerlukan fasilitas makanan maupun minuman yang dapat menambah kenyamanan para wisatawan salah satunya potensi kuliner Bandung yang menarik wisatawan. Oleh karena itu, Bandung mempunyai peluang yang luas untuk mendirikan Restoran ataupun Rumah makan yang ada di Kota Bandung. Adapun Tingkat pertumbuhan Potensi Restoran Dan Rumah Makan yang sudah berizin Berikut adalah Rekapitulasi Potensi Restoran Dan Rumah Makan di Kota Bandung pada Tahun 2014.

6 Tabel 1.2 Rekapitulasi Potensi Restoran dan Rumah Makan Di kota Bandung Tahun 2014 NO KLASIFIKASI JUMLAH POTENSI 1 Restoran Talam Kencana 1 2 Restoran Talam Salaka 67 3 Restoran Talam Gangsa 165 4 Restoran Waralaba 55 5 Bar 12 6 Rumah Makan A 36 7 Rumah Makan B 11 8 Rumah Makan C 158 JUMLAH 645 Sumber :PPID Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung data di olah kembali. Jika dilihat dari data diatas maka Potensi Restoran dan Rumah Makan di Kota Bandung menjadi peluang tersendiri yang cukup besar untuk menarik para wisatawan Bandung dari Mancanegara maupun Wisatawan Domestik. Para wisatawan tersebut lah yang menghasilkan Pajak Daerah dari Pajak restoran. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 22 dan 23, Pajak Restoran adalah Pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Dan karena itu, pajak Restoran merupakan salah satu Pajak daerah yang berpotensi meningkatkan Pajak Daerah. Pajak daerah Sebagai salah satu sumber penerimaan daerah, yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan daerah dimana PAD Menjadi penyangga utama untuk menunjang pembangunan daerah. Dengan penggalian dan peningkatan pajak daerah diharapkan pemerintah

7 daerah juga mampu meningkatkan kemampuannya dalam penyelenggaraan urusan daerah. (Sangrila,2014) Beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan Pajak Restoran dilakukan oleh Paramitha, Vidya.2014. menyatakan bahwa Pemungutan Pajak Hotel dan Pajak Restoran Mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pajak Daerah Kota Bandung dan mempunyai Nilai signifikan <0,005 semakin besar Pengaruh Pajak Restoran maka semakin besar pula Peluang untuk meningkatkan Pajak Daerah. Sejalan dengan Sihotang, Chyntia Anastasia (2015), menyatakan Bahwa pajak restoran berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung baik secara parsial maupun simultan. Namun Dilansir dalam salah satu situs berita pada tanggal 24 Oktober 2015, Ridwan Kamil mengatakan terdapat seribu restoran di Kota Bandung yang tidak berizin. Akibatnya, menurutnya potensi perolehan pajak sebesar Rp 2 miliar hilang per tahunnya.dia sempat geram setelah menerima laporan itu. Namun, saat itu Ridwan Kamil hanya meminta pemilik restoran untuk mengurus izin secapatnya. (Nasional.tempo) Hal tersebut akan sangat mempengaruhi Jumlah realisasi Pemungutan Pajak daerah dalam sektor Restoran Kota Bandung maka dari itu peneliti akan menganalisa fenomena tersebut terhadap Kontribusi Pemungutan Pajak Restoran di Kota Bandung Atas uraian diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berkaitan dengan Pajak Restoran di Kota Bandung yang berjudul: Analisis Kontribusi Pajak Restoran di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung (Studi Kasus pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung)

8 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian ini, penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Perkembangan Pajak Restoran di Kota Bandung dari tahun 2011-2015? 2. Bagaimana kontribusi Pajak Restoran di Kota Bandung Terhadap Pajak Daerah dari tahun 2011-2015? 1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa Kontribusi Pemungutan Pajak Restoran Di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk Mengetahui seberapa besar pertumbuhan penerimaan Pajak Restoran maupun Pajak Daerah di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung.. 2. Untuk Mengetahui Seberapa besar Kontribusi Pajak Restoran di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis Adapun kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran guna mendukung pengembangan teori yang sudah ada dan dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan

9 dengan disiplin ilmu ekonomi akuntansi dan perpajakan, khususnya mengenai Pajak Daerah salah satunya Pajak Restoran. 1.4.2 Kegunaan Praktis Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain: a. Bagi Penulis Menambah wawasan untuk mengetahui Analisis Kontribusi Pajak Restoran di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung. Juga sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang sarjana ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. b. Bagi Instansi Diharapkan dapat memberikan informasi tentang Analisis Kontribusi Pajak Restoran di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung. c. Bagi Pihak Lain Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang terkait dengan topik sejenis serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam rangka penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung yang beralamat di Jl. Wastukancana No.2, Babakan Ciamis, Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan Desember.