BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, akan. persaingan yang semakin meningkat dan kompleks. Hal tersebut mengakibatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. BUMN merupakan salah satu pilar pokok perekonomian di Indonesia. BUMN

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses verifikasi secara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, auditor mendapat sorotan publik akibat kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak masalah yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi agar tetap eksis dalam persaingan. Keadaan ini menuntut para

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kecurangan akuntansi telah menarik banyak perhatian media

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan-persaingan diantara perusahaan, sehingga perlu pemikiran yang makin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. BUMN mempunyai tanggung jawab yang semakin besar. (Trimanto dan Lena,

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi membawa liberalisasi di segala bidang, termasuk liberalisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Standar Profesi Audit Internal (SPAI) (2004:5)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup masyarakat, hal ini seiring dengan tujuan pembangunan yang tertuang

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. keputusan yang tepat. Tujuan laporan keuangan memberikan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya efektifitas kegiatan perusahaan (Mulyadi, 1998). Salah satu yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. khususnya internal audit sangat diperlukan. Auditor adalah pihak yang diyakini

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ke depan (Yustrianthe, 2012). Berdasarkan Peraturan Pemerintah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur. Dalam keadaan persaingan bidang ekonomi ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

4 BAB V SIMPULAN DAN SARAN. internal terhadap penerapan good corporate governance, maka penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dan semakin berkembangnya sumber

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pola kehidupan manusia sebagai makhluk yang dinamis pun turut berubah dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat saat ini, membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya

BAB I PENDAHULUAN. negara, rusaknya moril karyawan serta dampak-dampak negatif yang lainnya

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya operasi usaha menyebabkan semakin banyak pihak-pihak yang

BAB 1 LATAR BELAKANG. dengan munculnya krisis budaya moral. Di beberapa negara Asia pondasi

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Etika itu sendiri adalah kesepakatan bersama dan pedoman untuk

PIAGAM INTERNAL AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berat. Lingkungan sekitar perusahaan semakin kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan perekonomian di negeri kita, Bangsa Indonesia juga

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholder. Media yang paling utama untuk menarik para stakeholder dengan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan ekonomi agar tetap eksis dalam persaingan. Keadaaan ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks. Keadaan ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat ini memicu

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang pesat pada dunia usaha sangat berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. inilah setiap perusahaan harus berhati-hati dalam membuat dan mengambil suatu. komersial yaitu tujuan untuk memperoleh laba.

Internal Audit Charter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. audit internal. Banyak pelaku ekonomi dewasa ini semakin mengandalkan peran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

BAB I PENDAHULUAN. kunjungan wisata yang biasa disebut Indonesian Visit Salah satu efek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Faisal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. Tiap jenis perusahaan menghasilkan sesuatu yang menarik konsumen untuk. dalam perusahaan yang dapat merusak kepercayaan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meluasnya kebutuhan jasa professional akuntan publik sebagai

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan hasil pemeriksaan merupakan kesempatan bagi satuan pengawas

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus. bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010)

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan go public membuat

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai tujuan untuk mendukung keuangan negara dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, akan mengakibatkan persaingan yang semakin meningkat dan kompleks. Hal tersebut mengakibatkan semakin rumitnya masalah-masalah yang dihadapi oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsi pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan. Agar tercapai pelaksanaan pengawasan yang efektif, diperlukan suatu struktur pengawasan yang baik, sehingga dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan. Dengan kondisi tersebut negara menghadapi tantangan yang semakin lama makin sulit untuk dapat terselesaikan. Sementara bangsa indonesia kini sedang merebaknya penyakit berdimensi ekonomi, politik, kultur, moral, agama, bahkan sampai pada berbagai macam jenis penyakit yang terus menggerogoti segala aspek kehidupan masyarakat pada saat ini, yaitu masalah korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Ketiga hal tersebut dapat dikategorikan ke dalam bentuk kecurangan. Berikut ini beberapa skandal yang menjadi fenomena dan dapat kita pertanyakan keberadaan auditor internal atas kecurangan yang terjadi: 1

2 Kasus Underlying L/C di BNI Kasus fraud di BNI yang menyebabkan kerugian negara mencapai Rp. 1,7 trilyun, menarik untuk dikaji. Kasus ini justru terkuak oleh kecurigaan Kepala Divisi Internasional terhadap kejanggalan prosedur L/C BNI Cabang Kebayoran Baru. Berdasarkan Laporan dari Divisi Internasional yang direlease pada tanggal 7 Agustus 2003, kemudian Direktur Utama BNI menurunkan tim audit khusus untuk mendalami kasus ini. Hasilnya, Laporan tim audit khusus yang direlease pada awal September 2003 membuktikan kebenaran pembobolan uang negara sebesar Rp. 1,7 trilyun. Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah: mengapa tim internal audit tidak dapat menangkap fraud ini? Sehingga laporan adanya fraud justru di-release oleh Pimpinan Divisi Internasional yang curiga atas penyimpangan prosedur L/C di BNI Cabang Kebayoran Baru? apakah pada saat itu aktivitas internal audit memang dilumpuhkan oleh oknum manajemen BNI Cabang Kebayoran Baru? Atau oknum manajemen BNI Cabang Kebayoran Baru sudah mendesain laporan dan aktivitas sehingga tidak tersentuh oleh aktivitas internal audit? Pimpinan BNI mungkin sudah melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kegagalan internal audit dalam mengungkap fraud. Tetapi bila fraud memang telah didesain oleh oknum manajemen di BNI Cabang Kebayoran Baru, maka salah satu tugas top manajemen BNI adalah menciptakan control environment sehingga aktivitas internal audit bisa berjalan sesuai fungsinya sebagai internal control.

3 Top manajemen harus mendeklarasikan dukungan penuh terhadap aktivitas internal audit keseluruh jajaran departemen di lingkungan BNI. Setelah itu baru menata kembali integritas dan moral petugas auditor, sehingga fungsi internal audit bisa berjalan sebagaimana mestinya (Dimas Tidamo pukul 15:21 27/04/2015). Kecurangan dapat dilakukan oleh karyawan, biasanya didesain secara langsung merubah kas atau aset lainnya demi keuntungan pribadi karyawan tersebut. Kemudian kecurangan juga dapat dilakukan oleh pihak manajemen yang lebih tidak tampak kecurangannya daripada kecurangan yang dilakukan oleh karyawan, karena sering kali kecurangan semacam ini tidak terdeteksi sampai terjadinya kerusakan atau kerugian besar yang menyulitkan perusahaan. Maka dari itu setiap perusahaan dituntut untuk mewujudkan pengelolaan yang baik (Good Governance) juga pengendalian intern bagi setiap perusahaan. Pengendalian intern bagi suatu perusahaan (terutama yang sudah go public) merupakan suatu keharusan untuk menciptakan menajemen yang baik. Audit internal timbul sebagai suatu cara atau teknik guna mengatasi risiko yang meningkat akibat semakin pesatnya laju perkembangan dunia usaha atau adanya kondisi economic turbulence, dimana terjadi perubahan secara dinamis dan tidak dapat diprediksi sehubungan dengan era globalisasi, sehingga sumber informasi yang sifatnya tradisional dan informasi sudah tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan para manajer yang bertanggung jawab atas hal-hal yang tidak teramati secara langsung Hery (2013:27).

4 Untuk menjaga dan memelihara keefektifan pengendalian, maka perusahaan biasanya memerlukan suatu bagian khusus yang disebut audit internal. Bagian audit internal dalam pelaksanaannya memerlukan sumber daya manusia yang telah dipilih secara objektif dan mempunyai kualifikasi sesuai dengan kompetensinya, terampil, cakap dan yang lebih penting lagi memiliki integritas dan kejujuran. Bagian ini bertugas mengawasi dan mengevaluasi keefektifan setiap aktivitas pengendalian yang ada dalam perusahaan dan menjaga agar seluruh prosedur dan ketentuan yang berlaku di perusahaan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Tujuan audit internal menurut Tugiman (2004:30) adalah membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar-komentar penting mengenai kegiatan mereka. Audit internal berhubungan dengan semua tahap kegiatan perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada pemeriksaan terhadap catatan-catatan akuntansinya saja, tetapi juga harus memahami permasalahanpermasalahan dan kebijakan manajemen. Auditor internal berbeda dengan auditor eksternal atau akuntan publik. Hal ini berkaitan dengan klien yang dihadapi oleh masing-masing auditor tersebut. Akuntan publik yang profesional dapat menarik diri dari suatu perjanjian ketika merasa meragukan integritas dan independensi terhadap manajemen. Namun auditor internal yang profesional menghadapi berbagai dilema dan kasus yang rumit. Auditor internal memiliki satu klien yakni manajemen dari perusahaan yang dinaunginya. Sehingga tidak salah apabila auditor internal dikatakan suatu

5 profesi yang unik, karena auditor internal sering dikatakan mata telinga dari pimpinan dimana auditor tersebut berada. Untuk itu, auditor internal perlu meningkatkan kualitas kinerjanya agar dapat menghasilkan informasi pengawasan yang dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya risiko bisnis dikemudian hari. Harapan manajemen bahwa profesi internal audit dapat membantu terciptanya siklus akuntansi, pengendalian manajemen dan kinerja operasional perusahaan yang tertata serta terlaksana dengan baik, sehingga pihak manajemen maupun audittee dapat melaksanakan dampak positif dari peran audit internal. Berbagai penilaian dan persepsi negatif sering ditujukan terhadap fungsi internal audit. Audittee sering kali merasa bahwa keberadaan divisi internal audit hanya akan mendatangkan cost yang lebih besar dibanding benefit yang akan diterima. Auditor internal dianggap masih jauh peranannya untuk dapat menjadi seorang konsultan internal (yang merupakan ekpresi tertinggi dalam peran pengawas internal). Sering kali usulan perubahan atau rekomendasi dari audit internal masih dianggap menyulitkan merugikan audittee, bahkan terkesan formalitas dan cenderung mengabaikan tingkat kesulitan atau kendala yang akan dihadapi oleh audittee nantinya atas pelaksanaan saran dari bagian audit internal tersebut dengan kata lain, usulan yang diberikan auditor internal kepada audittee sering kali lebih banyak konsepnya dibanding penerapannya. Formalitas peran auditor internal lebih disebabkan karena internal audit saat ini masih belum memiliki rencana induk pengawasan (master plan of controlling) yang baik dan perencanaan audit yang masih belum terintegrasi, sehingga proses audit dan temuannya sering

6 tampak dibuat-buat. Pada akhirnya banyak sekali dijumpai sikap tidak optimis dari audittee akan peran dan tanggung jawab bagian audit internal. Auditor internal merupakan suatu profesi yang memerlukan dukungan dari pihak manajemen maupun audittee, yang perlu ditunjang oleh ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dengan adanya perubahan di berbagai bidang serta tuntutan yang lebih tinggi dari pemakaian jasa auditor internal, maka profesi audit internal perlu mengidentifikasi, mengembangkan, mempertahankan, serta menyempurnakan pengetahuan dan keterampilan yang akan dijadikan modal untuk menjalankan peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang konsultan manajemen. Berbagai usaha perbaikan dan peningkatan mutu serta untuk mengembalikan kepercayaan pemakai (user) akan profesi internal audit telah dilakukan, diantaranya melalui pengadaan seminar-seminar tentang peran dan tanggung jawab internal audit bagi perusahaan termasuk juga dengan didirikannya sebuah Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) oleh Hiro Tugiman yang tidak lain untuk mencetak para auditor internal yang berkualitas dan diakui secara profesional. Di samping permasalahan yang dikemukakan di atas, masalah yang juga tidak jarang dihadapi auditor internal adalah menyangkut persoalan tidak adanya dukungan pihak top executive perusahaan terhadap orientasi hasil pekerjaan audit internal. Sering kali timbul selisih pendapat antara top executive dengan auditor internal akan sesuatu hal yang sifatnya sangat teknis menyangkut operasional perusahaan. Untuk mengantisipasi kejadian ini, maka perlu adanya suatu penyamaan persepsi terlebih dahulu mengenai objek yang akan diaudit atau

7 yang akan dicairkan jalan pemecahannya. Persepsi top executive terhadap fungsi internal audit sangat penting untuk mengurangi kesenjangan (gap) antara keinginan/kepentingan top executive dengan auditor internal. Harus ada suatu kerjasama yang baik dan harmonis antara top executive dengan auditor internal. Fungsi auditor internal akan dapat berjalan dengan efektif apabila memperoleh dukungan yang positif dari top executive selaku pengelola kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Audit internal dilakukan oleh orang yang profesional yang memiliki pemahaman yang mendalam mengenai budaya kerja, sistem, dan kegiatan operasional perusahaan. Aktivitas audit internal memberikan jaminan bahwa pengendalian internal yang dijalankan perusahaan telah cukup memeadai untuk memperkecil terjadinya resiko, dan menjamin bahwa kegiatan operasional perusahaan telah berjalan secara efektif dan efisien, serta memastikan bahwa sasaran dan tujuan perusahaan telah tercapai. Dalam mencapai profesionalisme, auditor internal harus memenuhi spesifikasi dan kualitas yang menjadi tolak ukur dari profesi tersebut. Auditor internal yang memenuhi spesifikasi dan kualifikasi yang telah ditetapkan akan mendapat sertifikasi. Sertifikasi ini merupakan suatu pengakuan atas kemampuan yang dimilikinya, sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan efisien dan efektif. Menurut Hery (2013:38), dalam bidang profesi audit internal, khususnya di indonesia, ada 2 (dua) jenis sertifikasi yang relatif diakui, yaitu sertifikasi yang bersifat lokal dan internasional. Yang bersifat lokal adalah apa yang disebut

8 dengan Qualified Internal Auditor, dengan gelar QIA. Sedangkan yang bersifat internasional adalah apa yang disebut dengan Certified Internal Auditor, dengan gelar CIA. Sertifikasi auditor internal dapat diperoleh setelah auditor intenal melalui serangkaian pendidikan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme auditor internal. Di Amerika, auditor internal yang telah menjalani pendidikan tersebut mendapatkan CIA (Certified Internal Auditor), sedangkan di Indonesia adalah QIA (Qualified Internal Auditor). Proses untuk memperoleh sertifikasi QIA (Qualified Internal Auditor) ini berbeda dengan proses sertifikasi akuntan publik. Auditor internal harus melalui beberapa tahap pendidikan dan lulus dalam serangkaian ujian. Hal ini perlu dilakukan melihat latar belakang pendidikan dan pengetahuan dari auditor internal ini beragam. Audit dikatakan berhasil apabila auditor internal memiliki kemampuan profesional dalam melakukan audit yaitu dapat menilai semua kegiatan perusahaan guna membantu manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan profesional auditor internal tidak hanya memiliki pengetahuan yang cukup tetapi harus didukung dengan kesesuian sikap yang positif dengan standar yang ditetapkandalam melaksanakan pekerjaannya. Dalam Standar Profesional Audit Internal (2004), disebutkan ciri-ciri kemampuan profesional auditor internal, yaitu: Ketaatan pada kode etik, pengetahuan dan kecakapan, hubungan antar manusia dan komunikasi, pendidikan berkelanjutan, dan ketelitian profesional.

9 Apabila kelima syarat tersebut dipenuhi maka kemampuan profesional akan semakin tinggi. Hal ini akan memberikan kontribusi yang besar guna membantu manajemen dalam pengendalian intern. Melaporkan hasil audit kepada manajemen merupakan bagian yang terpenting dan menantang dari pekerjaan seorang auditor internal. Manajemen membelanjakan dana yang tidak sedikit untuk membiayai satuan audit internal. Paradigma baru internal audit mengharuskan terjadinya perubahan pandangan keahlian auditor internal yang tidak hanya terbatas pada akuntansi dan keuangan yang sempurna tetapi juga mulai menguasai manajemen secara umum. Hal ini membawa perubahan secara perlahan-lahan di Indonesia. Di mana beberapa departemen audit internal baik perusahaan negara, daerah, dan swasta meminta anggotanya memiliki sertifikasi QIA Hery (2013:31). Sertifikasi QIA merupakan elemen dari profesionalisme seorang auditor internal, sertifikasi QIA akan meningkatkan kemampuan profesionalnya. Dalam hal ini kemampuan profesional merupakan kriteria untuk mengukur keberhasilan auditor internal untuk melaksanakan tanggung jawab audit. Semakin tinggi kemampuan profesional auditor internal akan semakin baik hasil audit yang dilakukan, maka semakin berkualitas laporan audit internal yang dihasilkannya. Pengalaman dan pemahaman seorang auditor akan jenis dan karakteristik kecurangan akan sangat membantu dalam hal penyusunan dan pelaksanaan prosedur pemeriksaan. Ada kecenderungan pihak penyaji laporan keuangan akan menyembunyikan kecurangan yang terjadi, untuk itu diperlukan auditor internal

10 yang benar-benar berpengalaman sesuai dengan bidang pemeriksaan yang menjadi tugasnya. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih Boner dan Walker (1994) dalam Herliansyah dan Ilyas (2006), mengatakan bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Oleh karena itu, pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting bagi auditor internal dalam mendeteksi fraud. Auditor yang rendah akan pengalaman auditnya, memungkinkan mengabaikan informasi yang tidak relevan dan akan kesulitan dalam mendeteksi fraud, terutama yang nilainya kecil, padahal auditor harus memiliki kemampuan untuk mendeteksi fraud walaupun hanya berjumlah kecil. Dalam kata lain, kompleksitas tugas yang dihadapi sebelumnya oleh seorang auditor internal akan menambah pengalaman serta pengetahuannya. Sehingga akan menjadikan auditor internal itu sendiri handal dalam mendeteksi fraud. Penelitian mengenai pengalaman auditor pernah dilakukan oleh Herliansyah dan Ilyas (2006), untuk menguji pengalaman auditor terhadap penggunaan bukti dalam audit judgement. Hasil analisis menunjukan bahwa pengalaman auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penggunaan bukti dalam audit judgement. Penelitian berikutnya yaitu Edy Herman (2009), meneliti pengalaman dan skeptisme profesional auditor untuk mendeteksi kecurangan, dalam hal ini

11 kemampuan mendeteksi kecurangan, dibutuhkan pengalaman dan skeptisme profesional auditor. Dari kedua peneliti tersebut, baik dari penelitian Herliansyah dan Ilyas (2006), dan penelitian Edy Herman (2009), dengan melakukan pembedaan sebagai berikut: 1. Sertifikasi QIA (Qualified Internal Auditor) yang juga berperan dalam kemampuan mendeteksi fraud. 2. Penelitian saat ini melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Bandung. Atas dasar uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Auditor Internal Bersertifikasi QIA (Qualified Internal Auditor) dan Pengalaman Kerja Auditor Internal Terhadap Kemampuan dalam Mendeteksi Kecurangan (fraud) 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Auditor internal adalah pihak yang dipercaya oleh sebuah perusahaan untuk mengawasi aktivitas perusahaan, sehingga auditor di tuntut untuk meningkatkan kualitas auditnya, berdasarkan fenomena yang di uraikan di atas masih banyak auditor yang tidak mampu dalam mendeteksi kecurangan sehingga menyebabkan rendah pula kualitas auditnya.

12 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumusakan sebagai berikut: 1. Bagaimana auditor internal yang bersertifikasi QIA melakukan tugas pada BUMN yang ada di Kota Bandung 2. Bagaimana pengalaman kerja auditor internal melakukan tugas pada BUMN yang ada di Kota Bandung 3. Bagaimana kemampuan dalam mendeteksi kecurangan yang terjadi pada BUMN yang ada di Kota Bandung 4. Seberapa besar pengaruh auditor internal bersertifikasi QIA dan pengalaman kerja auditor internal terhadap kemampuan dalam mendeteksi kecurangan secara parsial maupun simultan pada BUMN yang ada di Kota Bandung 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas penulis mengidentifikasikan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis dan mengetahui auditor internal yang bersertifikasi QIA melakukan tugas pada BUMN yang ada di Kota Bandung 2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengalaman kerja auditor internal melakukan tugas pada BUMN yang ada di Kota Bandung 3. Untuk menganalisis dan mengetahui kemampuan dalam mendeteksi kecurangan yang terjadi pada BUMN yang ada di Kota Bandung

13 4. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh auditor internal bersertifikasi QIA dan pengalaman kerja auditor internal terhadap kemampuan dalam mendeteksi kecurangan secara parsial maupun simultan pada BUMN yang ada di Kota Bandung 5. Untuk menganalisis dan mengetahui besarnya pengaruh pengalaman kerja auditor internal terhadap kemampuan dalam mendeteksi kecurangan baik secara parsial naupun simultan pada BUMN yang ada di Kota Bandung 6. Untuk menganalisis dan mengetahui besarnya pengaruh auditor internal bersertifikasi QIA dan pengalaman kerja auditor internal terhadap kemampuan dalam mendeteksi kecurangan sebagai variabel intervening baik secara parsial naupun simultan pada BUMN yang ada di Kota Bandung 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini merupakan latihan teknis untuk memperluas serta membandingkan antara teori yang diperoleh selama masa perkuliahan dengan situasi dan kondisi yang sebenarnya pada saat penelitian. Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat melengkapi khasanah teori yang telah ada dalam meningkatkan kualitas implementasi auditing dan sebagai bahan referensi bagi para peneliti selanjutnya.

14 1.4.2 Kegunaan Praktis Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihal-pihak yang berkepentingan khususnya bagi: a. Bagi Penulis Penelitian ini dapat dijadikan pelajaran yang sangat berharga bagi penulis dalam mengidentifikasikan suatu masalah, menganalisa dan membandingkannya dengan ilmu yang diperoleh penulis dibangku kuliah, dengan harapan dapat memperbaiki cara berfikir penulis dalam menghadapi setiap masalah. b. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan yang bermanfaat bagi pihak manajemen dalam meningkatkan kinerja auditor internal dan memberikan gambaran mengenai pentingnya peranan audit internal sebagai alat bantu manajemen dalam pengambilan keputusan. c. Bagi Pihak Lain Terutama bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan yang lebih mendalam mengenai audit internal, sehingga dapat digunakan sebagai referensi jika suatu saat nanti diperlukan untuk mengangkat topik yang serupa.

15 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Satuan Pengawasan Intern di 3 (Tiga) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Kota Bandung yaitu: 1. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk 2. PT Pos Indonesia (Persero) 3. PT Kereta Api Indonesia (Persero)