BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

Kata kunci: Gebyar Budaya Jawa, Pendidikan, Pelestarian Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan berbagai

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara yang memiliki Undang-Undang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

I. PENDAHULUAN. mengetahui dan mempelajarinya. Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan paduan

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Di setiap tempat di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama penentu kemajuan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. suatu negara. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap indikator maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masa sekarang tempat dan waktu bukan lagi penghalang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris (terdiri dari banyak pulau)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar merupakan fondasi dari semua jenjang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang tercermin pada pola dan gaya hidup masing-masing. Budaya Indonesia adalah

Mata Kuliah Kewarganegaraan

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang dimiliki dan berkembang di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka tahun 1945. Keanekaragaman budaya Indonesia dari Sabang sampai Marauke merupakan aset yang tidak ternilai harganya, sehingga harus tetap dipertahankan dan terus dilestarikan keberadaannya supaya dapat dirasakan oleh generasi penerus bangsa. Indonesia dikaruniai beragam suku, budaya, bahasa, kebiasaan, dan adat istiadat yang mengantarkan Indonesia pada destinasi wisata budaya warisan dunia. Keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia pada masa sekarang sudah mulai luntur keberadaannya seiring dengan perkembangan jaman. Kebudayaan merupakan warisan yang harus dijaga dan dilestarikan supaya tidak terkikis seiring berkembangnya jaman. Menjaga dan melestarikan warisan kebudayaan adalah tanggung jawab seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di wilayah masing-masing. Menjaga dan melestarikan kebudayaan merupakan salah satu wujud dari rasa cinta 1

2 tanah air sebagai bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika. Kebudayaan yang berkembang di Indonesia sangat beraneka ragam, mulai dari kebudayaan nasional, kebudayaan daerah, maupun kebudayaan lokal. Kebudayaan lokal yang berkembang di suatu wilayah merupakan kebudayaan yang menggambarkan ciri khas suatu daerah sesuai dengan kehidupan masyarakat yang mendiami suatu wilayah tertentu. Budaya Banyumas menurut Fidiyani (2008: 23-24) adalah sebagai sub kultur Jawa yang memiliki corak ragam tersendiri yang tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari pola kehidupan wong cilik yang hidup di daerah pedalaman dengan ciri kultur agraris, sederhana, egaliter, dan sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran kuno. Disisi lain budaya Banyumas terbentuk sebagai akibat kondisi geografis yang terletak diantara dua kekuatan budaya besar yakni budaya Jawa dan budaya Sunda. Hal ini mengakibatkan corak kebudayaan Banyumas yang tidak lepas dari kedua kutub besar tersebut. Budaya Banyumas merupakan keseluruhan kompleksitas kehidupan masyarakat Banyumas yang telah berlangsung secara turun temurun, terbangun dari perpaduan antara kebudayaan Jawa lama dengan pola kehidupan masyarakat setempat yang dalam perjalanannya dipengaruhi oleh kultur Jawa moderen, kultur Sunda, kultur Islam, dan kultur Barat. Budaya Banyumas yang berkembang di wilayah Kabupaten Banyumas sering di istilahkan sebagai Budaya Banyumasan. Kebudayaan daerah asli Banyumas merupakan ciri khas budaya daerah yang dalam persebarannya menggambarkan corak kehidupan masyarakat Banyumas pada

3 umumnya. Corak kehidupan masyarakat Banyumas terkenal dengan ciri kehidupan dalam masyarakat seperti ramah-tamah dalam bermasyarakat serta memiliki jiwa gotong-royong yang tinggi. Kabupaten Banyumas pada masa sekarang banyak mengalami perubahan dari sisi kehidupan masyarakat yang selama ini di banggakan sebagai ciri masyarakat Banyumas sekarang mulai terpinggirkan dengan adanya arus globalisasi yang begitu cepat dan berdampak pada menurunnya nilai-nilai budaya. Penurunan nilai-nilai budaya yang terjadi di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dirasakan hampir seluruh lapisan masyarakat baik yang bermukim di perkotaan ataupun pedesaan. Dibuktikan dengan menurunnya etika tata krama siswa ketika berbicara dengan orang yang lebih tua tidak menggunakan bahasa yang sopan. Menurunnya nilai-nilai tentang pemahaman kebudayaan siswa, salah satunya adalah siswa tidak banyak yang mengenal tentang kebudayaan yang berkembang di daerah tempat tinggalnya. Apabila hal ini terus terjadi maka akan berakibat tidak baik bagi kemajuan kebudayaan Kabupaten Banyumas terutama bagi generasi muda. Generasi muda merupakan generasi penerus bangsa. Mereka diharapkan dapat meneruskan cita-cita generasi sebelumnya, khususnya dalam bidang kebudayaan lokal yang berkembang di suatu wilayah. Kebudayaan lokal yang ada harus tetap dijaga dan dilestarikan keasliannya supaya tidak terkikis dimasa yang akan datang. Generasi muda yang dimaksud adalah siswa tingkat sekolah dasar. Meneruskan cita-cita bangsa merupakan suatu hal yang hendaknya di

4 tanamkan pada diri anak sejak dini. Pernyataan tersebut termaktub dalam Undang-Undang Dasar No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirirnya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar tahun 1945, pengertian pendidikan sekolah dasar merupakan upaya untuk mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang bertaqwa, cinta dan bangga terhadap bangsa dan negara, terampil, kreatif, berbudi pekerti yang santun serta mampu menyelesaikan permasalahan di lingkungannya. Pendidikan dasar merupakan pendidikan anak yang berusia antara 7-13 tahun sebagai pendidikan di tingkat dasar yang dikembangkan sesuai dengan aturan pendidikan, potensi daerah atau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat bagi siswa. Pendidikan yang didapatkan siswa di sekolah tidak hanya pendidikan formal saja namun siswa juga mendapatkan pendidikan non formal, sebagai contonya adalah kegiatan ekstrakurikuler. Muatan lokal merupakan kurikulum yang ada di sekolah dasar dan merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dimasukan materi budaya lokal kedalam kurikulum sebagai pembelajaran di sekolah. Menghadapi perkembangan zaman dengan diiringi masuknya budaya global yang dapat mempengaruhi mental serta perilaku masyarakat Indonesia pengenalan

5 budaya lokal dala usaha pewarisan kekayaan budaya yang mengandung nilainilai luhur sangat tepat untuk membentengi diri dari budaya asing yang tidak sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Muatan lokal pada intinya berupa pelajaran dan pengenalan berbagai khas daerah tertentu bukan saja atas berbagai ketrampilan dan kerajinan tradisional, tetapi juga berbagai manifestasi kebudayaan daerah seperti bahasa, tulisan, kesenian daerah, legenda, dan adat istiadat. Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Ledug. Sekolah Dasar Negeri Ledug merupakan sekolah percontohan di Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang memiliki berbagai macam fasilitas penunjang pendidikan salah satunya adalah tersedianya bermacam-macam media pembelajaran yang cukup lengkap. Peneliti memilih sekolah dasar tersebut dengan alasan karena sekolah merupakan sekolah percontohan yang ada di Kecamatan Kembaran. Sekolah memiliki siswa cukup banyak dan memiliki kelas paralel A sampai D dengan jumlah ruang kelas sebanyak dua puluh empat. Setelah melakukan observasi awal dan wawancara, peneliti mendapati adanya permasalahan pada bidang pengetahuan budaya Banyumasan. Pengetahuan kebudayaan siswa masih rendah diantaranya sejarah kebudayaan Banyumas, objek wisata, kesenian tradisional, cerita rakyat, adat istiadat, bahasa dialek banyumasan. Permasalahan yang ditemukan memerlukan tindakan lebih lanjut guna memperoleh solusi yang tepat, dengan tujuan agar siswa mengenal serta memahami kebudayaan Kabupaten Banyumas secara menyeluruh. Solusi

6 untuk permasalahan tentang pengetahuan kebudayaan adalah dengan membuat media pembelajaran yang sesuai dan dapat digunakan oleh siswa kelas IV. Media pembelajaran yang sesuai akan membantu siswa dalam hal memahami kebudayaan yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas. Mengembangkan media yang sesuai dengan karakteristik siswa akan menambah daya tarik tersendiri dan fungsi kebermanfaatan media dapat digunakan secara maksimal. Media model merupakan tiruan dari beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil, objek yang terlalu mahal, objek yang jarang ditemukan, atau objek yang terlalu rumit untuk dibawa ke dalam kelas dan sulit dipelajari siswa wujud aslinya. Media model menurut Herry, Badru, dan Cepi (2008: 31-32) adalah media tiga dimensi yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Model terdiri atas beberapa jenis, yaitu model padat (working model), mockup dan diorama. Masing-masing jenis model tersebut ukurannya mungkin persis sama, mungkin juga lebih kecil atau lebih besar dengan objek sesungguhnya. Diorama adalah sebuah bentuk tiruan tiga dimensi mini yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu suasana atau keadaan yang sebenarnya. Media dapat membantu siswa dalam membentuk sebuah pengalaman belajar. Pengalaman belajar yang baru dan berbeda dengan sebelumnya merupakan salah satu cara mengukur keefektifan sebuah media dan sebagai tolak ukur keberhasilan sebuah media yang akan dikembangkan.

7 Pengembangan media pembelajaran yang inovatif, kreatif, menarik, dan efisien akan lebih cepat direspon oleh siswa. Peneliti menawarkan solusi untuk mengatasi permasalahan dengan menciptakan dan mengembangkan media monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan kepada siswa sebagai media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mempermudah dalam memahami kebudayaan yang berkembang di Kabupaten Banyumas. Pengembangan media monopoli peta budaya berbasis kebudayaan mencakup kebudayaan yang pernah berkembang di Kabupaten Banyumas baik kebudayaan masih berkembang ataupun hanya tinggal cerita dalam sejarah. Media monopoli peta budaya merupakan sebuah media pembelajaran berbentuk tiga dimensi dari penggabungan dua media yang digabung menjadi satu dari permainan monopoli dan diorama. Pengembangan media monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa tentang kebudayaan yang ada di Kabupaten Banyumas dan merupakan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tentang kebudayaan. Pengembangan media monopoli peta budaya diharapkan tidak hanya pengetahuan kebudayaan yang akan diperoleh siswa, namun siswa juga mendapatkan manfaat pembelajaran yang lain. Media monopoli peta budaya diharapkan dapat merangsang timbulnya proses atau dialog mental pada diri siswa. Berdasarkan permasalahan di atas dengan adanya monopoli peta budaya diharapkan siswa dapat menambah pengetahuan tentang kebudayaan

8 yang berkembang di wilayah Kabupaten Banyumas. Harapan peneliti tidak hanya selesai sampai pada permainan monopoli tentang pengetahuan kebudayaan. Peneliti mengharapkan setelah selesai bermain monopoli siswa mendapat bekal ilmu pengetahuan sebagai modal awal berupa pengetahuan kebudayaan. Harapan selanjutnya adalah siswa dapat tergerak hatinya untuk ikut melestarikan kebudayaan Banyumas sebagai wujud rasa cinta tanah air terhadap kebudayaan. Generasi muda inilah yang akan menjadi penerus dan melestarikan kebudayaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kondisi faktual pemanfaatan media pembelajaran monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan di kelas IV SD N Ledug? 2. Bagaimana bentuk pengembangan media pembelajaran monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan di kelas IV SD N Ledug? 3. Bagaimana validasi pengembangan media pembelajaran monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan di kelas IV SD N Ledug? 4. Bagaimana respon guru terhadap penggunaan media monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan di kelas IV SD N Ledug? 5. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan media monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan di kelas IV SD N Ledug? 6. Bagaimana pengaruh media monopoli peta budaya terhadap pengetahuan kebudayaan di kelas IV SD N Ledug?

9 7. Bagaimana kelayakan media monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan di kelas IV SD N Ledug? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui kondisi faktual pemanfaatan media pembelajaran monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan di kelas IV SD N Ledug. 2. Mengetahui bentuk pengembangan media pembelajaran monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan di kelas IV SD N Ledug. 3. Mengetahui validitas pengembangan media pembelajaran monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan di kelas IV SD N Ledug. 4. Mengetahui respon guru terhadap penggunaan media monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan di kelas IV SD N Ledug. 5. Mengetahui respon siswa terhadap penggunaan media monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan di kelas IV SD N Ledug. 6. Mengetahui pengaruh media monopoli peta budaya terhadap pengetahuan kebudayaan di kelas IV SD N Ledug. 7. Mengetahui kelayakan media monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan di kelas IV SD N Ledug. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis

10 a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan muncul pembelajaran yang inovatif. b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memunculkan pengembangan baru terhadap media pembelajaran budaya banyumasan. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini adalah: a. Bagi Siswa 1) Pembelajaran menggunakan media monopoli peta budaya dapat dijadikan sebagai sumber belajar mandiri dan kelompok siswa. 2) Dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan kebudayaan siswa b. Bagi Guru 1) Menjadikan media pembelajaran monopoli peta budaya sebagai bahan informasi untuk menambah ilmu pengetahuan 2) Memotivasi guru untuk melakukan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran monopoli peta budaya agar lebih mudah dalam menyampaikan materi. c. Bagi Sekolah Menambah sumber belajar siswa berupa media monopoli peta budaya pada kelas IV

11 d. Bagi Peneliti Dapat memperluas pengetahuan khususnya di bidang kebudayaan Banyumas, serta sebagai bahan kajian dan contoh dalam pengembangan media pembelajaran monopoli peta budaya berbasis kebudayaan menggunakan media monopoli