BAB IV PEMBUBARAN NEGARA MADURA TAHUN A. Perjuangan Rakyat Madura Menentang Pembentukan Negara Madura

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PARTISIPASI RAKYAT MADURA DALAM PEMBENTUKAN NEGARA MADURA. Januari 1948 tentang keadaan dari wilayah daerah Madura.

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

Presiden Republik Indonesia Serikat,

PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD

UU 7/1951, PERUBAHAN DAN TAMBAHAN UNDANG UNDANG LALU LINTAS JALAN (WEGVERKEERSORDONNANTIE, STAATSBLAD 1933 NO. 86) Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1946 TENTANG PEMBAHARUAN KOMITE NASIONAL PUSAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1950 TENTANG TATA-CARA PERUBAHAN SUSUNAN KENEGARAAN DARI WILAYAH REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1947 TENTANG INSTRUKSI UNTUK WALIKOTA DISELURUH INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

UNDANG-UNDANG 1946 NOMOR 12 TENTANG PEMBAHARUAN KOMITE NASIONAL PUSAT. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

Presiden Republik Indonesia Serikat,

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN KOORDINASI PEMERINTAHAN SIPIL. Presiden Republik Indonesia,

Mengingat: pasal 97, 131 dan 142 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1950 TENTANG SUSUNAN DAN KEKUASAAN PENGADILAN KEJAKSAAN DALAM LINGKUNGAN PERADILAN KETENTARAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1954 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

2 perlu menambah struktur organisasi baru Pengawas Tempat Pemungutan Suara; b. bahwa dengan bertambahnya struktur organisasi pengawas tempat pemunguta

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

Bab II. Tinjauan Pustaka

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB)

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

UNDANG-UNDANG DARURAT (UUDRT) NOMOR 20 TAHUN 1950 (20/1950) TENTANG PEMERINTAHAN JAKARTA RAYA. Presiden Republik Indonesia Serikat,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERJUANGAN INTEGRASI DARI NEGARA RIS KE NKRI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA SERIKAT NOMOR 2 TAHUN 1950 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1964 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN/TUNJANGAN KEPADA PENRINTIS PERGERAKAN KEBANGSAAN/KEMERDEKAAN

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

RANGKUMAN KN DEMOS KRATOS DEMOKRASI RAKYAT ARTI : RAKYAT MEMERINTAH PEMERINTAHAN. a) SEJARAH DEMOKRASI. b) PRINSIP DEMOKRASI

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

MALUKU. DAERAH SWATANTARA TINGKAT I. PENETAPAN MENJADI UNDANG-UNDANG.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

Kata pengantar. Daftar Isi. Halaman Judul...(i) Kata pengantar... (ii) Daftar Isi... (iii) BAB I

SOAL UH PROSES PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA A

Mam MAKALAH ISLAM. Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-

mempunyai sesuatu pangkat yang sama atau disamakan, pada umumnya diatur menurut lamanya waktu sejak mulai berlakunya pengangkatan yang bersangkutan da

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1947 INSTRUKSI UNTUK WALI-KOTA DISELURUH INDONESIA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1954 TENTANG URUSAN REKONSTRUKSI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Munas IX GM FKPPI tahun 2012, Jakarta, 24 Februari 2012 Jumat, 24 Pebruari 2012

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo

SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1946 TENTANG SUSUNAN DAN PEMILIHAN ANGGOTA KOMITE NASIONAL PUSAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA ( ) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HUKUMAN JABATAN Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1952 Tanggal 20 Februari 1952 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB IV PEMBUBARAN NEGARA MADURA TAHUN 1950 A. Perjuangan Rakyat Madura Menentang Pembentukan Negara Madura Semangat rakyat Madura untuk kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia terlihat ketika disiarkan berita mengenai usul Ulama pada Harian Berita tanggal 28 Maret 1950 yang berisikan desakan kepada tiap patriot (putraputri) tiada sudi atau menghendaki orang-orang yang telah lama pada masa perjuangan menghambat jalannya Perjuangan Nasional Republik Indonesia untuk mencapai Proklamasi 17 Agustus 1945, apalagi mereka yang menjadi penghianat negara. Rakyat Madura tidak sudi dan tidak rela mempunyai pemimpinpemimpin pemerintah yang menjadi pengecut dan penjilat perjuangan bangsa Republik Indonesia. Rakyat Madura menghendaki tiap-tiap pemimpin pemerintahan yang jujur, berani berkorban sebagai patriot pembela pembimbing masyarakat serta penuh tanggung jawab karena Madura telah bebas dari sistem pengaruh penjajahan yang bersifat memecah belah persatuan masyarakat Madura, maka patriot Madura memilih mendukung penuh berdiri tegak dibelakang Pa. Sunarto yang ditetapkan sebagai residen Madura dan Pa. Hanafi sebagai Bupati Pamekasan, serta mengusulkan Pa. Perunodjojo sebagai

55 Bupati Sumenep dan Pa. Saleh Wakil Wali Kota Jogjakarta sebagai Wakil Residen Republik Indonesia Madura. 1 Pada tanggal 23 Februari 1950 Bupati Notohadikusumo melaporkan kepada Pemerintah RI di Yogyakarta mengenai situasi politik di Madura dan mendesak kepada pemerintah agar segera memberi keputusan bahwa Madura sudah masuk bergabung dengan wilayah RI kembali. Setelah menunggu beberapa hari ternyata keinginan itu belum mendapat balasan dari Pemerintah RI, maka pada tangal 4 Maret 1950 beberapa orang wakil fraksi menemui Gubernur Jawa Timur, memohon Madura secara de facto diakui sah menja di Daerah Karesidenan Madura sebagai bagian dari Provinsi Jawa Timur. Rasa tidak puas terhadap pembentukan Negara Madura pada saat itu juga dilampiaskan oleh rakyat dengan cara memaksa para pejabat yang dirasa anti terhadap NKRI, seperti Asisten Wedono Pegantenan Ario Moh. Hanafi, Asisten Wedono Pakong, Moh Amin, dan Asisten Wedono Proppo Wongsodirejo untuk mundur dari jabatannya. Selain itu rakyat juga menuntut para pejabat pamong praja yang dirasa pengangkatannya berbau feodal dan masih ada hubungan keluarga dengan Wali Negara Tjakraningrat. Tidak kurang dari 16 orang pejabat yang dipaksa turun dari jabatan pada saat ini, misalnya: Bupati Bangkalan Sis Tjakraningrat (anak dari Tjakraningrat), Sekretaris Umum Wali Negara Ruslan Tjakraningrat (anak Tjakraningrat), Abdul Rachman, Kepala Departemen 1 Berkas Rahasia Mengenahi Penghapusan Pemerintah Madura a atau n PATRIOT MADURA (E.JUDAGATI) tanggal 4 April 1950 (Arsip Kabinet Perdana Menteri RI Jogjakarta No. 84).

56 Pemerintah, Polisi dan Keamanan (orang kepercayaan Tjakraningrat), dan masih banyak pejabat-pejabat lainnya. Berdasarkan lampiran yang dikirim oleh wali Negara P.A.A Tjakraningrat kepada yang mulia menteri dalam negeri RIS tanggal 8 Februari 1950 berisikan sesungguhnya banyak dari pejabat-pejabat di pemerintahan madura yang tidak mendapat dukungan (signalering) dari rakyat madura, diantaranya: 1. P.A.A Tjakraningrat yang menjabat sebagai wali Negara Madura sudah tidak mendapatkan kepercayaan dari rakyat serta berhubungan erat dengan Van der Plas. Beliau juga menjalin hubungan dengan kyai Jambu, Haji Munir Abusudjak, Ahmad Sarbini dalam bentukan tentara Islam Madura Indonesia. Adapun kesmuanya adalah ilegal dan mendapat dukungan dari Van der Plas. 2. Mr. Sis Tjakraningrat menjabat sebagai bupati Bangkalan adalah anak dari Tjakraningrat yang mempunyai pengaruh besar dikalangan barisan cakra, mempunyai hubungan erat dengan Van der Plas, Kyai Jambu dalam bentukan tentara Islam Indonesia Madura. sebagai akibat hubungannya dengan PKM di Surabaya (Asmorojudo), Madura jatuh 2. Untuk menghindari agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada tanggal 7 Maret 1950 Gubernur Jawa Timur Samadikun menunjuk R. Sunarto Hadiwijoyo sebagai Wakil Residen Madura. Tidak lama kemudian 2 Ibid., 84.

57 pada tanggal 19 Maret 1950 turunlah Surat Keputusan Presiden RIS yang isinya menetapkan daerah Madura sebagai Residen dari Republik Indonesia. Surat dari presiden ini kemudian ditindak lanjuti dengan diadakan serah terima kekuasaan di Madura dari pejabat sebelumnya yakni R.T.A. Notohadikusumo kepada pejabat baru R. Sunarto Hadiwijoyo. Dengan demikian maka mulai saat itu Madura telah diperintah oleh pejabat RI. Beliaulah pejabat Residen Madura yang pertama sesudah pendudukan Belanda berakhir. 3 B. Proses Pembubaran Negara Madura Disampaikan risalah singkat dari peristiwa pembubaran Negara Madura dan dewan perwakilan rakyat Madura pada tanggal 15 Februari di Pamekasan. Risalah tersebut dibuat dan disusun secara netral, bahwa kepercayaan rakyat kepada dewan disatu pihak dan pemerintah dilain pihak sudah tidak dapat mendapat kepercayaan sama sekali dari rakyat Madura. Pernyataan-pernyataan ketidakpercayaan tersebut sudah dilaksanakan dengan beberapa macam resolusi-resolusi dari berbagai partai dan badan-badan perjuangan di Madura, semenjak bulan November 1949 yang langsung disampaikan kepada dewan rakyat Madura sebagai satu-satunya wakil rakyat untuk selanjutnya dapat diperjuangkan. Keinginan dan hasrat nyata tersebut dibuktikan dengan adanya demonstrasi pada tanggal 15 Pebruari 1950 dengan motie van wantrouwennja kepada dewan dan pemerintah, yang ingin melihat kembali Madura kepada 3 Ibid., 84.

58 proklamasi 17 Agustus 1945 dan ikut menyatakan dengan spontan bahwa Indonesia tetap menjadi negara kesatuan. Selanjutnya disampaikan bahwa sesudah peristiwa tersebut diatas rakyat dilain daerah (di luar kota Pamekesan) hendak pula menyatakan keinginan (hasratnya) dengan pernyataan bahwa: baik kepala kecamatan maupun kepala kawedanan diharuskan turun pula dari kedudukannya seperti misalnya yang menjadi sasaran: 1) Tuan Wedono Pegantenan yaitu: R.Ar. Moh. Hanafia 2) Tuan Ass. Wedono Pakong yaitu: Moh. Amin 3) Tuan Ass. Wedana Proppo yaitu: Wongsodiredjo serta banyak lagi dari kalangan pamong praja yang hendak dipaksa meninggalkan kedudukannya. 4 Mengantisipasi keadaan ini akibat timbulnya peristiwa diatas, dimana pihak militer sudah diberitahukan, maka TNI Madura sudah bersiap-siap untuk dapat mengatasi keamanan dan kemungkinan yang tidak diinginkan. Mengingat peristiwa proklamasi dimana kalimat daulat sudah dipakai senjata untuk menyingkirkan seseorang yang tidak dikehendaki oleh rakyat lagi, dianjurkan pada paduka yang mulia untuk kiranya peristiwa di Madura untuk diatasi mengingat beberapa autoriteiten yang patut menjadi perhatian yang berwajib. Peninjauan kembali kepada kedudukan pamong praja pada umumnya di Madura maka susunan pamong praja di Madura berbentuk feodal serta sifatnya kolonial yang tentunya pada zaman pembangunan ini tidak sesuai lagi. Hal-hal tersebut untuk dapat menjadikan pedoman bagi pemerintah pusat guna 4 Surat dari R. Santoso kepada yth. P. J. M Presiden RIS di Jakarta tanggal 16 pebruari 1950 tentang pembubaran Negara Madura (Sumber Arsip Kabinet Perdana Menteri Jogjakarta No. 84).

59 meninjau serta bilamana perlu untuk menyususn scara rasional pemerintah di Madura nanti dengan tidak mempertimbangkan kedudukannya, maka-maka faktor rasionalisasi didasarkan kepada: a. Capable dalam pekerjaan adiminstrasi b. pensioonrijp c. Tidak dapat menyesuaikan diri dengan zaman. Demikian kiranya yang tertera diatas dapat menjadikan paduka yang mulia dapatlah kiranya susunan pemerintahan di Madura berjalan dengan lancar dan tidak menyimpang dari azas-azas pancasila. 5 C. Kembalinya Madura Sebagai Bagian Republik Indonesia Usaha-usaha untuk kembali ke Negara kesatuan dilancarkan dimanamana. Di berbagai daerah timbul gerakan rakyat menuntut pembubaran negara atau daerah bagian dan penggabungannya dengan Republik Indonesia di Yogyakarta. Penggabungan daerah yang satu dengan yang lain, atau negara bagian yang satu ke negara bagian yang lain secara konstitusionil dimungkinkan oleh pasal 43 dan 44 konstitusi RIS dengan ketentuan bahwa penggabungan tersebut dikehendaki oleh rakyatnya dan diatur dengan undang-undang federal. Pada tanggal 8 Maret 1950 pemerintah RIS dengan persetujuan parlemen (DPR) dan senat RIS mengeluarkan undang-undang darurat no.11 tahun 1950 tentang tatacara perubahan susunan kenegaraan RIS. Berdasarkan undangundang darurat tersebut negara-negara bagian menggabungkan diri dengan RI Yogya sehingga pada tanggal 5 April 1950 RIS hanya tinggal terdiri dari 3 5 Ibid., 84.

60 Negara bagian, yaitu Republik Indonesia, Negara Sumatra Timur (NST) dan Negara Indonesia Timur (NIT). Selanjutnya untuk menanggapi keinginan rakyat yang makin meluas di negara-negara bagian yang masih berdiri, pemerintah RI menganjurkan kepada pemerintah RIS, agar mengadakan perundingan dengan Negara Sumatera Timur dan Negara Indonesia Timur tentang pembentukan kembali negara kesatuan. Setelah pemerintah RIS mendapat kuasa penuh dari kedua pemerintah negara bagian tersebut untuk berunding dengan pemerintah RI pada bulan mei 1950 di langsungkan perundingan antara RIS dengan RI tentang pembentukan Negara Kesatuan. 6 Pada tanggal 19 Mei 1950 tercapai persetujuan antara kedua pemerintah yang di tuangkan dalam suatu piagam persetujuan. Pada pokok nya kedua pemerintah sepakat untuk membentuk Negara Kesatuan sebagai penjelmaan Republik Indonesia berdasarkan proklamasi 17 Agustus 1945, dengan undangundang dasar yang diperoleh dengan mengubah konstitusi RIS sedemikian rupa sehingga prinsip-prinsip pokok undang-undang dasar 1945 dan bagian-bagian yang baik dari konstitusi RIS termasuk didalamnya. Selanjutnya oleh pemerintah RIS dan pemerintah RI dibentuk sebuah panitia bersama yang diberi tugas untuk melksanakan piagam persetujuan 19 Mei 1950 tersebut, khususnya untuk menyusun rancangan undang-undang dasar negara kesatuan. Pada tanggal 14 Agustus 1950 parlemen dan senat RIS mengesahkan rancangan Undang-Undang dasar sementara negara kesatuan RI hasil panitia 6 Arsip Kabinet Perdana Menteri RI Jogjakarta, No. 84

61 bersama. Badan pekerja KNIP di Yogyakarta sebelumnya telah menyetujui rancangan undang-undang dasar sementara tersebut pada tanggal 12 Agustus 1950. Akhirnya dalam rapat gabungan parlemen dan senat RIS pada tanggal 15 Agustus 1950, presiden RIS ir. Soekarno membacakan piagam terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada hari itu juga presiden Soekarno terbang ke Yogyakarta untuk menerima kembali jabatan Presiden RI dari Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI mr. Asaat. Dengan demikian tamatlah riwayat Republik Indonesia serikat. Sebaliknya, Negara kesatuan seperti yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia dan yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 telah terwujud kembali. 7 7 Ibid., No.84.