2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru belum terbentuk. Hal ini karena sendi-sendi kehidupan selama ini dianggap

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah-sekolah pada saat ini menghadapi tantangan di dalam mendidik

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN SANITASI LINGKUNGAN PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT KASEPUHAN CIPTARASA KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unggun Oktafitri Pratama, 2013

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Makanan modern yang beredar tersebut menarik minat para generasi muda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERAN PROGRAM REBO NYUNDA TERHADAP PARTISIPASI SISWA DALAM MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratifika Dewi Irianto, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN. Sunda melengkapi keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia. Kujang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SCHOOL OF LOVE AND SCHOOL OF CULTURE STRATEGI JITU PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH BERBASIS KEARIFAN LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggiana Puspa Dewi, 2014 Ayo, Menari Jaipong Dengan Nyi Iteung

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, karena. kesenian dan kekriyaan. Kesenian dan kebudayaan dapat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. rohaniah (Satrio Haryanto, 2006:1). Dalam kehidupan perlu adanya. dengan melestarikan nilai-nilai budaya dan memahami makna yang

BAB I PENDAHULUAN. para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah,

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bermacam-macam kebudayaan, diantaranya bahasa daerah,

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu bersifat abstrak yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dengan gagasan atau sistem ide yang di dalamnya terdapat sebuah pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari. Budaya sebagai cara hidup yang dimiliki oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Terbentuknya budaya terdiri dari banyaknya unsur termasuk sistem agama politik, bahasa, pakaian, karya seni dan bangunan. Budaya erat hubungannya dengan masyarakat yang diwariskan secara genetik. Herskovits dan Bronislaw (dalam Simanjuntak, 2003, hlm. 136) mengemukakan bahwa segala sesuatu yang tercapai dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Setiap daerah memiliki kebudayaan berbeda, kewajiban masyarakat menjaga dan melestarikan kebudayaan yang semakin pudar seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan teknologi dan komunikasi dari budaya asing menyebabkan masyarakat lebih mencintai budaya lain dibandingkan dengan budaya sendiri karena penyebab dari perubahan budaya akibat asimilasi dan akulturasi menyebabkan budaya tradisional mulai terkikis. Perkembangan teknologi membawa perubahan negatif terutama dalam dunia pendidikan diantaranya sopan santun terhadap pendidik berkurang, pemakaian bahasa dan pakaian yang cenderung mengikuti trend ini. budaya asing yang ada di lingkungan masyarakat saat Menurut Lumintang (dalam Surya, 2010,hlm.3) mengatakan bahwa masyarakat akan mengalami perubahan budaya, tetapi perubahan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Dengan berkembangnya zaman, budaya asing menjadi trend di masyarakat khususnya di kalangan pelajar yang lebih menyenangi budaya korea atau kpop dan budaya barat sehingga budaya tradisional mulai tergeser. Budaya barat dan korea memberikan dampak positif seperti masyarakat dapat mengikuti perkembangan zaman dan 1

2 mengetahui berbagai budaya dari luar, namun dibalik dampak positif tersebut didalamnya terdapat dampak negatif yang ditimbulkan sehingga mengakibatkan luntur dan bergesernya budaya tradisional yang menjadi jati diri bangsa. Indonesia sebagai salah satu negara yang mempunyai berbagai suku bangsa dan masyarakat yang majemuk dengan berbagai tingkat perkembangan budaya. Koenjaraningrat (dalam Hidayah, 1997, hlm. 21) mengungkapkan bahwa suku bangsa merupakan kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi tersebut, adanya kontinuinitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri. Tetapi, Tumin (dalam Hidayah, 1997, hlm. 21) memberi pendapat yang berbeda bahwa, Definisi Koenjraningrat cenderung memberi batas yang padu. Disini, Suku bangsa lebih menekankan pada adanya unsur etnik bawaan (ethnic traits) yang di peroleh lewat sosialisasi sebagai dasar pengakuan diri, karena kelompok etnik adalah suatu kelompok sosial yang berada dalam sebuah sistem sosial dan kebudayaan yang lebih besar dan mendasarkan pengelompokan diri mereka pada status sosial khusus karena suatu penurunan ciri etnik bawaan yang dianggap ada. Salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia adalah Sunda yang memiliki kearifan lokal yang berasal dari nenek moyang. Masyarakat Sunda mempunyai nilai yang berpengaruh dalam kehidupan orang Sunda baik dengan masyarakat maupun lingkungan alam, namun dengan adanya pengaruh dari berbagai budaya mengakibatkan budaya Sunda luntur. Surya (2010, hlm. 3) mengatakan bahwa kebudayaan Sunda sebagai salah satu komponen budaya nasional yang menjadi fondasi dalam bersikap bagi orang Sunda. Perubahan budaya Sunda pada masyarakat sudah mengalami banyak perubahan akibat adanya campuran dari budaya lain, sehingga tidak terlihat di kehidupan masyarakat Sunda. Realitas daya hidup yang dimiliki mengalami berbagai bentuk tantangan dengan sulitnya kemampuan beradaptasi terutama dalam merespon berbagai macam tantangan yang muncul dari dalam atau luar yang memperlihatkan tampilan masyarakat semakin berbeda.

3 Budaya Sunda saat ini tidak memiliki daya hidup dalam menghadapi tantangan yang datang dari luar, sehingga unsur budaya Sunda mulai luntur dan terhapus oleh kebudayaan asing dan tidak memiliki daya hidup dalam menghadapi tantangan dari luar. Perubahan terdapat pada bahasa, pakaian adat, sikap dan perilaku orang Sunda bahkan pendidikan di sekolah yang sudah mengarah ke arah modern, dengan perubahan tersebut mengakibatkan peserta didik lebih mengetahui budaya lain dibandingkan budaya asli yang semakin bergeser. Hal ini perlu adanya usaha untuk mempertahankan budaya asli. Tumanggor dkk (2010.hlm. 18) mengatakan bahwa manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara agar tetap mampu beradaptasi dengan perubahan sosial yang terjadi. Salah satu daerah yang mengembangkan kembali budaya asli di tengah perkembangan zaman ini salah satunya adalah Kabupaten Purwakarta dengan mengembangkan kembali budaya Sunda dengan berbasis karakter. Menurut Surya (2010, hlm. 25) mengungkapkan bahwa kebudayaan Sunda sebagai salah satu komponen budaya nasional menjadi pondasi dalam bersikap bagi orang Sunda. Hilangnya budaya asli menjadi kekhawatiran Pemerintah Daerah khususnya di Kabupaten Purwakarta untuk melakukan upaya dalam mempertahankan dan melestarikan budaya Sunda khususnya di bidang pendidikan. Hal hasil Pemerintah Daerah membuat program tujuh poe atikan istimewa dengan melakukan sosialisasi mengenai nilai pendidikan berkarakter. Ini diperkuat juga menurut Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 157) menyatakan bahwa proses sosialisasi seseorang atau kelompok orang jadi mengetahui bagaimana ia atau mereka harus bertingkah laku di lingkungan masyarakatnya, juga mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya berdasarkan peranan-peranan yang dimilikinya. Melalui sosialisasi dapat memicu kebersamaan masyarakat dalam menjaga budaya yang berasal dari nenek moyang sebagai identitas suatu bangsa dan menjadi pendewasaan untuk dapat menjaga budayanya. Tetapi Mulyadi (2015. hlm. 15) menyatakan bahwa identitas kebudayaan melahirkan tata nilai keilmuan yang sekarang tidak banyak dihargai, karena manusia dalam kehidupannya

4 mempunyai kebutuhan yang beragam dan terus bertambah mengikuti perubahan lingkungan sosial. Sosialisasi mengenai pelaksanaan program tujuh poe atikan sesuai dengan peraturan Bupati Purwakarta Nomor 69 Tahun 2015 Bab III Pasal 5 tentang nilai dasar pendidikan berkarakter yang diterapkan pada semua sekolah. Menurut Ryan (Sudrajat, 2011, hlm. 48) mengungkapkan Pendidikan karakter sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan sudut pandangan bahwa karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang. Program berbasis pendidikan berkarakter yaitu menegaskan semua peserta didik memiliki karakter dan kemampuan berbahasa dan bersikap yang sesuai dengan budaya. Lickona (De Marco,2000,hlm. 11) bahwa " character education is the deliberate effort to help people understand, care about and act upon core ethical values. Akibat lunturnya budaya Sunda menjadikan sekolah-sekolah menerapkan program tujuh poe atikan istimewa yang menanamkan nilai kesundaan, di mana sekolah dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai yang baik kepada peserta didik seperti rasa peduli terhadap alam serta masyarakat dan memahami budaya Sunda. Tabel 1.1 Data Sekolah di Kabupaten Purwakarta Tingkatan sekolah Jumlah Sekolah SD Negeri 425 SD Swasta 21 SMP Negeri 149 SMP Swasta 14 SMA Negeri 14 SMA Swasta 7 Jumlah 630 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta (26 febuari 2016)

5 Kebudayaan Sunda perlu ditanamkan sejak dini dalam kehidupan sehari-hari khususnya di kalangan peserta didik. Hal ini dilatarbelakangi karena budaya Sunda memiliki nilai-nilai filosofis yang menjadi kearifan lokal di Jawa Barat. Nilai-nilai tersebut di antaranya rasa hormat, tanggungjawab, jujur, peduli, dan adil sehingga dapat membantu peserta didik untuk memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri. Nilai-nilai pilosofis budaya Sunda ini juga diharapkan akan menjadi karakter generasi muda Jawa Barat yang menjunjung tinggi kearifan lokal budaya Sunda. Gambar 1.2 Program Tujuh Poe atikan di Purwakarta Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta (26 febuari 2016) Berdasarkan wawancara dan observasi awal peneliti ke SDN 10 dan SDN 12 Ciseureuh Kahuripan salah satu pendidik mata pelajaran bahasa Sunda mengungkapkan bahwa penerapan tujuh poe atikan istimewa di Purwakarta dilakukan setiap hari karena program tersebut mengarah kepada nilai kesundaan dimana budaya Sunda erat kaitannya dengan Islam dan diharapkan dengan program tersebut mampu menghadapi persaingan global supaya tidak tertinggal

6 dengan budaya lain. Kendala dalam pelaksanaan tujuh poe atikan istimewa ini tergantung kepiawaian seorang pendidik dalam memahami dengan benar sesuai dengan peraturan Bupati Purwakarta. Terbentuknya program ini menjadikan sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didik menjadi istimewa karena berbeda dengan sekolah-sekolah yang lain pada umumnya. Sekolah ini merupakan penggemblengan sebagai pelestarian budaya Sunda dan ditetapkan sebagai Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal (SBKL). Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai penerapan program tujuh poe atikan istimewa di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian dengan judul : PENANAMAN NILAI- NILAI KESUNDAAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA DI. (Studi Deskriptif Analisis di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Ciseureuh Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta). B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan utama yang akan diteliti dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana penanaman nilai-nilai kesundaan melalui program Tujuh Poe Atikan Istimewa di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Purwakarta?. Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa sub masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan program tujuh poe atikan istimewa di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Purwakarta? 2. Nilai-nilai kesundaan pokok apa saja yang terkandung dalam program tujuh poe atikan istimewa yang ditanamkan di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Ciseureuh?

7 3. Bagaimana hambatan dan upaya untuk mengatasi dalam pelaksanaan tujuh poe atikan istimewa di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Ciseureuh? 4. Apa dampak dari pelaksanaan tujuh poe atikan istimewa di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Ciseureuh dalam membina generasi muda yang cinta budaya Sunda? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini di antaranya: 1. Tujuan Umum Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai penanaman nilai-nilai kesundaan melalui program tujuh poe atikan istimewa di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Purwakarta. 2. Tujuan Khusus Adapun secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Mendeskripsikan pelaksanaan program tujuh poe atikan istimewa di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Purwakarta. b. Menggali dan mendeskripsikan nilai-nilai kesundaan pokok dalam program tujuh poe atikan istimewa yang ditanamkan di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Ciseureuh. c. Mendeskripsikan hambatan dan upaya untuk mengatasinya dalam pelaksanaan tujuh poe atikan istimewa di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Ciseureuh. d. Mendeskripsikan dampak dari pelaksanaan tujuh poe atikan istimewa di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Ciseureuh dalam membina generasi muda yang cinta budaya Sunda.

8 D. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini di antaranya: 1. Secara Teoritis Secara teoritis dalam penelitian ini adalah dapat memberikan wawasan mengenai penanaman nilai Sunda melalui program tujuh poe atikan istimewa di lingkungan sekolah Kabupaten Purwakarta. Sekolah menerapkan program tersebut dengan tujuan untuk membangkitkan kembali nilai-nilai kesundaan yang hampir pudar dan pengayaan materi mengenai kearifan lokal dalam pembelajaran sosiologi terutama di bidang pendidikan dalam materi sosiologi kelas XII SMA. 2. Secara Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi peneliti, penelitian tentang penanaman nilai-nilai Sunda melalui program tujuh poe atikan istimewa di lingkungan sekolah Kabupaten Purwakarta dapat memberikan wawasan kepada peneliti mengenai kebudayaan Sunda yang diterapkan di lingkungan sekolah. b. Bagi mahasiswa program studi Pendidikan Sosiologi, penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk melakukan penelitian tentang program tujuh poe atikan istimewa di lingkungan sekolah Kabupaten Purwakarta sebagai kajian oleh bidang Sosiologi. c. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai Sekolah di Kabupaten Purwakarta yang menerapkan program tentang pendidikan yang mengacu kepada nilai kesundaan. d. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pentingnya penerapan program tujuh poe atikan istimewa di lingkungan sekolah supaya peserta didik dapat mengaplikasikan nilai budaya Sunda yang telah di ajarkan di lingkungan sekolah dalam kehidupan sehari-hari.

9 e. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai program tujuh poe atikan istimewa yang memiliki nilai kesundaan seperti yang diberikan oleh orang tua zaman dahulu. E. Struktur Organisasi Skripsi Sistematika penulisan di dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. BAB II : Kajian pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen-dokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori struktur fungsional yang mendukung penelitian penulis. BAB III : Metode penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, serta tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai penanaman nilai-nilai Sunda melalui program tujuh poe atikan istimewa di lingkungan sekolah Kabupaten Purwakarta. BAB IV : Temuan dan Pembahasan. Dalam bab ini penulis menganalisis hasil temuan data tentang pelaksanaan program tujuh poe atikan istimewa di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Purwakarta, nilai kesundaan pokok dalam program tujuh poe atikan istimewa, hambatan dan upaya untuk mengatasi dalam pelaksanaan tujuh poe atikan istimewa, dan dampak dari pelaksanaan tujuh poe atikan istimewa di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Ciseureuh dalam membina generasi muda yang cinta budaya Sunda. BAB V :Simpulan, implikasi dan rekomendasi. Dalam bab ini penulis berusaha mencoba memberikan kesimpulan implikasi dan rekomendasi sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi.