BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia (bermoral). Sebab bangsa

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. Persada,2007), p.1 2 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern, pendekatan praktis (Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2011), p.1.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan individu dan masyarakat serta melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyadarkan manusia akan potensi-potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah banyak mengangap bahwa anak yang dilahirkan karena suatu

Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dientaskan diantaranya adalah karena rendahnya kemampuan. adalah dengan didirikannya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB VI PENUTUP. Setelah melakukan penelitian mengenai komunikasi interpersonal antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi terhadap data-data hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Arek TV merupakan salah satu media elektoronik di kota Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh peserta didik dapat diterima baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya.

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ) T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia baik itu pendidikan formal maupun non formal. Begitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi merupakan hal terpenting yang dilakukan oleh manusia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

HAKIKAT PESAN DALAM KOMUNIKASI Danus Ardiansah 5F31 B

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia juga bisa mentransfer ilmu yang mereka miliki.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Hasil Olah Peneliti. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Hamdani menyatakan bahwa active learnig adalah strategi belajar

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain, serta dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

2014 MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Sari Peranginangin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi siapapun terutama keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. tentang hak dan kewajiban masyarakat adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia adalah komunikasi. 1 Komunikasi terjadi apabila ada komunikator (orang yang menyampaikan pesan atau informasi) dan komunikan (orang yang menerima pesan atau informasi). Komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian atau pengiriman pesan yang berupa pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) untuk memberitahu guna merubah sikap, pendapat dan prilaku baik secara langsung atau tidak, dan yang terpenting adalah dalam proses penyampaian pesan itu harus jelas, agar tidak terjadi salah faham. 2 Manusia telah diberi anugerah oleh Tuhan untuk mampu berkomunikasi, dengan menggunakan akal dan kemampuan berbahasa yang dianugerahkan-nya kepada kita. 3 Sebagaimana disebutkan dalam QS. Ar Rahman ayat 1-4: 1 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal (Yogyakarta: Kanisius, 2007), 9. 2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 11. 3 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), 3.

2 Artiya: Tuhanlah yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan al-qur an. Dia menciptakan manusia, yang mengajarinya pandai berbicara. 4 (QS. Ar Rahman: 1-4) Komunikasi merupakan suatu hal yang alamiah yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua orang dapat melakukan komunikasi dengan baik, salah satunya adalah siswa tunarungu wicara yang memiliki gangguan komunikasi. Anak dengan hambatan mendengar serta berbicara (tunarungu wicara) biasanya terlihat normal. Perbedaannya adalah mereka tidak dapat mendengar yang pada akhirnya mempengaruhi komunikasinya sehingga dalam hal berbicara mengalami kesulitan. Ada beberapa karakteristik tunarungu wicara, yaitu mudah tersinggung, kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan memiliki rasa curiga terhadap orang di sekitarnya. 5 Istilah gangguan dalam komunikasi meliputi berbagai masalah dalam bahasa, ucapan dan pendengaran. Seperti yang dikemukakan oleh National Dissemination Center for Children with Disabilities, bahwa: Gangguan bicara dan bahasa termasuk masalah artikulasi, gangguan suara, masalah kelancaran (seperti gagap), aphasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak), dan keterlambatan dalam berbicara dan atau bahasa. Keterlambatan bicara 4 Departemen Agama Republik Indonesia, al-qur an dan Terjemahannya (Surabaya: Duta Ilmu, 2005), 531:1-4. 5 Bandi Delphie, Psikologi Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus (Sleman: 2009), 125-126.

3 dan bahasa mungkin disebabkan oleh banyak faktor, termasuk faktorfaktor lingkungan atau gangguan pendengaran. 6 Berbahasa dan berbicara merupakan salah satu media untuk melakukan komunikasi. Hal ini menandakan pentingnya komunikasi bagi manusia. Percakapan dalam proses pembelajaran di kelas merupakan sebuah bentuk realitas komunikasi dari penggunaan bahasa, komunikasi di kelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Melalui komunikasi, seseorang yang memiliki kemampuan berbicara dan berbahasa akan mengutarakan apa yang diinginkan melalui pesan yang disampaikan. Lain halnya dengan tunarungu wicara yang memiliki hambatan dalam berbahasa dan berbicara akibat dari keterbatasan dalam pendengaran. Untuk itu diperlukan metode komunikasi yang tepat guna untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya, misalnya dengan gerak tubuh atau dengan visualnya. Penelitian ini sangat penting diteliti karena pola komunikasi anak berkebutuhan khusus berbeda dengan cara komunikasi orang normal pada umumnya, mereka menggunakan bahasa isyarat atau nonverbal sebagai bahasa yang mereka gunakan dalam interaksi sehari-hari, sebab anak berkebutuhan khusus seperti tunarungu wicara sangat sulit berkomunikasi dan melakukan feedback dalam berkomunikasi. Terlebih lagi untuk memahami isi dan maksud dari pembicara atau komunikator. Selain itu juga siswa tunarungu wicara sangat sulit dalam mempersepsikan konseptual bahasa yang 6 http://tkfmiftahulfalah.blogspot.com/p/anak-berkebutuhan-khusus.html. di akses tanggal 6 September 2015

4 disampaikan oleh orang lain. Dengan demikian sangat penting untuk mengetahui pola komunikasi siswa tunarungu wicara menggunakan komunikasi nonverbal dan isyarat tertentu dalam berkomunikasi agar dapat dengan mudah dipahami serta memudahkan penyandang dalam berkomunikasi. Dengan adanya sebuah pola komunikasi tertentu melalui komunikasi nonverbal diharapkan mampu memberikan kemudahan dalam menyampaikan fikiran, dan perasaan siswa tunarungu wicara. Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 dalam pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. 7 Dengan kata lain, perkembangan manusia ada yang normal dan ada pula yang perkembangannya terganggu (abnormal) yang akan berpengaruh terhadap mental dan jasmani. Ketetapan UU No. 20 tahun 2003 tersebut bagi anak berkebutuhan khusus sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran. SMPLB B,C,D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kaliwates adalah lembaga yang membina anak berkebutuhan khusus dengan memberikan edukasi, bimbingan serta dukungan penuh dengan keterampilanketerampilan khusus seperti keterampilan manusia normal pada umumnya. Alasan peneliti mengambil lembaga pendidikan tersebut karena fenomena 7 Himpunan Peraturan di Bidang Pendidikan (Bandung: Penerbit Yrama Widya, 2013), 4.

5 yang terjadi dalam komunikasi anak tunarungu wicara adalah salah satu bentuk komunikasinya yang bersifat nonverbal. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, anak tunarungu wicara sering kali mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru, sehingga guru harus mengulang-ulang materi yang disampaikan dan dibantu dengan bahasa isyarat. Pesan nonverbal yang terjadi antara pengajar dan si anak sangat diharapkan dapat membantu dalam memahami makna dalam setiap pesan yang disampaikan pengajar di dalam kelas sehingga proses pembelajaran berlangsung secara efektif. 8 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka ada ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Pola Komunikasi Nonverbal Anak Tunarungu Wicara di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Yayasan Pembinaan Anak Cacat (SMPLB B,C,D YPAC) Kaliwates Jember. B. Fokus Penelitian Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui proses penelitian. Fokus penelitian harus disusun secara singkat, jelas, tegas, spesifik, operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. 9 Adapun fokus penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 8 Observasi, Jember, 8 Januari 2016 9 Tim penyusun STAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember : STAIN Jember Press, 2014), 45.

6 1. Bagaimana pola komunikasi nonverbal anak tunarungu wicara di SMPLB B,C,D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kaliwates Jember? 2. Apa faktor penghambat dan pendukung proses komunikasi anak tunarungu wicara di SMPLB B,C,D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kaliwates Jember? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu kepada masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. 10 Adapun tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan pola komunikasi nonverbal anak tunarungu wicara di SMPLB B,C,D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kaliwates Jember. 2. Untuk mendeskripsikan faktor penghambat dan pendukung proses komunikasi anak tunarungu wicara di SMPLB B,C,D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kaliwates Jember. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian berisi tentang konstribusi apa yang diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan yang bersifat praktis, seperti kegunaan bagi 10 Tim penyusun STAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 45.

7 penulis, instansi dan masyarakat secara keseluruhan. Kegunaan penelitian harus realistis. 11 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik untuk peneliti, kelembagaan IAIN Jember, serta seluruh guru, karyawan, dan peserta didik SMPLB BCD YPAC Kaliwates Jember. Beberapa manfaat dari penelitian ini, antara lain : a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan bagi kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan tentang pola komunikasi nonverbal tunarungu wicara b. Manfaat Praktis Penelitian ini bermanfaat bagi: 1. Peneliti Menambah wawasan terhadap disiplin ilmu yang dimiliki dan dapat mengembangkan skill dibidang penelitian terutama dalam meningkatkan efektifitas komunikasi yang dilakukan siswa tunarungu wicara melalui bantuan komunikasi nonverbal seperti bahasa dan isyarat. 2. Siswa Diharapkan dapat mempermudah siswa tunarungu wicara dalam berkomunikasi serta menambah wawasan dan kesadaran tentang pentingnya berkomunikasi. 3. Mahasiswa IAIN Jember 11 Ibid, 73.

8 Menjadi bahan tambahan refrensi mahasiswa khususnya prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang ingin mengembangkan kajian karya ilmiah mereka. 4. Guru SMPLB B,C,D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kaliwates Jember Dijadikan sebagai masukan dan salah satu acuan tentang pola komunikasi nonverbal, faktor pendukung dan penghambat dalam berkomunikasi dengan siswa tunarungu wicara untuk diterapkan kepada peserta didiknya sehingga terjalin suasana belajar yang kondusif dan inovatif. E. Definisi Istilah Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti didalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti. 12 Adapun istilah yang terkandung dalam judul tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pola Komunikasi Nonverbal Arti Pola dalam kamus ilmiah bahasa Indonesia ialah model, contoh: pedoman (perencanan), dasar kerja. 13 Komunikasi nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal 12 Tim penyusun STAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya lmiah, 45. 13 Hamid Farida, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: APOLLO LESTARI, 2001), 497.

9 mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai pesan potensial bagi pengirim atau penerima, jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan, kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesanpesan tersebut bermakna bagi orang lain. 14 2. Tunarungu Wicara Kelainan Pendengaran atau tunarungu adalah hilangnya kemampuan pendengaran seseorang, baik itu sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf). 15 Terdapat kecenderungan bahwa seseorang yang mengalami tunarungu sering kali diikuti pula dengan tunawicara. Kondisi ini dapat menjadi suatu rangkaian sebab dan akibat. Seseorang penderita tunarungu berat (prelingual) dapat dipastikan bahwa akibat yang akan terjadi pada diri penderita adalah kelainan bicara (tunawicara). Namun, tidak demikian halnya seseorang yang menderita tuna cluttering (kekacauan artikulsi) adalah contoh-contoh kelainan bicara yang sebenarnya kecil kemungkinannya berkaitan dengan kondisi ketunarunguan. Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan judul di atas yaitu peneliti berusaha untuk meneliti tentang pola 14 Alo Liliweri, Komunikasi Verbal dan Nonverbal (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), 89. 15 E. Kosasih, Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus (Bandung: Yrama Widya, 2012), 173.

10 komunikasi nonverbal anak tunarungu wicara selama proses belajar mengajar yang dilakukan di SMPLB B,C,D YPAC Kaliwates Jember. F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan berisi tentang deskriptif alur pembahasan yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format penulisan sistematika pembahasan adalah dalam bentuk deskriptif naratif, bukan seperti daftar isi. Topik-topik kajian yang hendak dibahas disampaikan secara garis besar sehingga nampak alur penelitian yang dilakukan dari awal sampai akhir. 16 Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah : Bab I Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan. Bab II Kajian kepustakaan, pada bab ini meliputi penelitian terdahulu sebagai perbandingan untuk menyusun kepustakaan dan kajian teori sebagai pendukung karya ilmiah ini, yaitu tentang Pola Komunikasi Nonverbal Anak Tunarungu Wicara di SMPLB B,C,D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kaliwates Jember. Bab III Metode penelitian, pada bab ini memaparkan pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian. 16 Tim penyusun STAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 54.

11 Bab IV Penyajian data dan analisis, pada bab ini menguraikan tentang gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis serta pembahasan temuan. Bab V Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran, pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasan, dan saran-saran yang diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak.