BAB I PENDAHULUAN. (Fakultas Dakwah UIN Walisongo, 04 Februari 2012). Ibadah Haji bahwa penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. penutup rukun-rukun Islam. karena itu, bila ada orang Islam yang tergolong

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 13 Tahun Dalam undang-undang ini disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan ibadah haji yang meliputi pembinaan, pelayanan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh umat Islam yang memenuhi kriteria istitha ah, antara lain mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu lembaga yang sah dan memiliki kewenangan untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 97 yang

BAB I PENDAHULUAN. beragama Islam terbesar di dunia. Terkait dengan penyelenggaraan ibadah

BAB III GAMBARAN UMUM KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) NURUL HUDA Gambaran Umum Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam. mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan, guna menjawab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENYELENGGARAAN BIMBINGAN MANASIK HAJI DI KEMENAG KABUPATEN SEMARANG DAN DI KBIH NU AL-NAHDHIYYAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah Haji merupakan ibadah yang Allah wajibkan bagi umat Islam. Allah

A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam perkembangan dakwah Islam, pondok pesantren merupakan. lembaga pendidikan Islam yang mempunyai peran dalam mengembangkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BIMBINGAN PADA KELOMPOK

1. Gambar Kantor Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Muhammadiyah kota Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

BAB III METODE PENELITIAN. Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Salah satu bagian rukun Islam adalah haji. Haji adalah suatu ibadah

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TERHADAP PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KENMENAG KOTA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif,

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN MENEJEMEN PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KBIH NAHDLOTUL ULAMA KAB. KUDUS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. 33

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENYELENGGARAAN BIMBINGAN IBADAH HAJI DAN KEAGAMAAN DI KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) MUHAMMADIYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasawarsa ini perkembangan organisasi, semakin pesat, baik

BAB I PENDAHULUAN. dunia berdasarkan catatan The Pew Forum on Religion & Public Life pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya. Haji

BAB III METODE PENELITIAN. masalah guna mencari pemecahan terhadap suatu masalah. 50

BAB IV REKRUTMEN DAN PEMBINAAN KBIH AS-SHODIQIYAH DAN KBIH NU KOTA SEMARANG DAN PANDANGAN PEMBIMBING IBADAH HAJI PENTINGNYA SERTIFIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode kualitatif. Pendekatan ini sebagai prosedur penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan

BAB IV ANALISIS PERSEPSI JAMA AH HAJI TENTANG KUALITAS PELAYANAN DI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dua hal, yaitu rukun islam dan rukun iman. Rukun islam ada lima, dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

BAB III METODE PENELITIAN

Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 5

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang Islami dalam aspek sumber. (wawancara dengan dr. Ismanto tenaga medis di RSI Pati, 17 Maret 2014).

BAB III METODE PENELITIAN. pengolahan datanya peneliti mengolah dengan mendeskripsikan data-data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mencapai derajat yang terpercaya, penelitian mempunyai persyaratanpersyaratan

BAB III METODE PENELITIAN. pemecahan masalah atau mendapat jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Pendekatan. pemikiran individual maupun kelompok (Sukmadinata, 2012: 60).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati

BAB III METODE PENELITIAN

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

REKRUTMEN DAN PEMBINAAN PEMBIMBING IBADAH HAJI DI KBIH AS-SHODIQIYYAH DAN KBIH NU KOTA. SEMARANG (Perspektif Kebijakan Sertifikasi bagi Pembimbing

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu pendekatan penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang TRADISI LAMARAN PERSPEKTIF. MASYARAKAT PENGIKUT MADZHAB SYAFI I (Studi di Desa Seletreng

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan AR-Rahman dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau tulisan lisan dari orang-orang dan perilaku yang

MUATAN SUBSTANSI RUU PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH

BAB III METODE PENELITIAN. desa Mungseng sebagai tempat penelitian karena desa Mungseng merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dilihat dari jenisnya, penelitian ini adalah termasuk dalam penelitian field

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian studi lapangan yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. data di lapangan tentang penerapan model pembelajaran role playing

BAB III METODE PENELTIAN

BAB III METODE PENELITIAN. subyek penelitian mislanya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Pendekatan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dari sudut atau perspektif partisipasipan. Partisipasipan adalah orang-orang yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pola penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB II KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) DAN SISTEM AKREDITASI Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)

BAB III METODE PENELITIAN. kelas VIII-H di SMP IPIEMS Surabaya serta faktor yang mendukung dan. menghambat dalam penerapan pendekatan tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian, salah satu hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis penelitian dalam penyusunan skripsi tersebut adalah

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 yang berbicara tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji mengamanatkan bahwa Pemerintah berkewajiban memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jamaah haji, agar dapat menunaikan ibadah dengan nyaman dan keyakinan yang mantap, sesuai ketentuan ajaran agama Islam (Fakultas Dakwah UIN Walisongo, 04 Februari 2012). Sebagaimana dijelaskan di dalam Bab III pasal 6 Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji bahwa penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas pemerintah (Undang - Undang RI Nomor 13 tentang Penyelengaraan Ibadah Haji, 2008 : 05). Bagi Pemerintah Indonesia, melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah Arab Saudi menjadi suatu keharusan. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi pihak-pihak yang terkait/pemangku kepentingan (stakeholder) dalam penyelenggaraan ibadah haji untuk mengetahui dan memahami peraturan perundangundangan pelaksanaan haji yang berlaku, baik di Tanah Air maupun Arab Saudi. 1

Setiap tahun jumlah calon ibadah haji semakin meningkat. Hal tersebut seharusnya dibarengi dengan kesiapan dalam sistem penyelenggaraan, akan tetapi menurut data dari Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI malah mengalami penurunan. Hal ini bisa dilihat dari 4 (empat) indikator penting yang membutuhkan perhatian. Pertama selera jamaah haji terhadap menu makanan ( di Mina, Arofah dan Embarkasi ) dan kesediaan air minum di embarkasi. Kedua bimbingan manasik yang di lakukan KUA baik frekuensi, maupun simulasi/ praktik. Ketiga pelayanan petugas haji (kesediaan membantu petugas haji) di Mina, Bir Ali, Jeddah, Makkah, Madinah dan bimbingan di pesawat. Keempat kesediaan alat transportasi (ketepatan pemberangkatan) di tanah Saudi Arabia (Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Penelitian tentang Kepuasan Jamaah Haji Terhadap Kualitas Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1430 M/ 2009 H). Kenyataanya demikian kiranya mendapatkan perhatian dari pemerintah dengan segera, seperti halnya dalam pembinaan atau bimbingan ibadah haji dapat dilakukan jauh hari sebelum pemberangkatan ke tanah suci. Karena banyak calon jama ah haji yang masih belum mengerti dengan situasi dan kondisi di Arab Saudi, sehingga dimungkinkan akan mengalami berbagai macam kendala. Di antara kendala-kendala tersebut adalah kurangnya informasi dasar atau informasi yang tidak cukup akurat tentang manasik haji. Terlalu sedikit atau terlalu banyak informasi yang diterima, hal ini akan 2

menyebabkan kelebihan beban dan kebingungan dalam memahami informasi-informasi tersebut. Kendala selanjutnya adalah penilaian yang salah terhadap kualitas positif atau negatif. Artinya, jama ah seringkali mengabaikan beberapa keuntungan, kerugian atau kedua-keduanya, atau juga menaksir terlalu tinggi dari hasil positif atau negatif yang diharapkan. Selain itu, tujuan yang tidak tepat membuat jama ah seringkali mengabaikan pentingnya tujuan yang harus dicapai dalam ibadah haji, akan tetapi para jama ah justru mengerjakan hal yang tidak penting (Mudhofi, 2012 : 01). Faktor di atas, menimbulkan problem para jamaah haji mengalami beban yang mengakibatkan kebingungan dalam melaksanakan ibadah haji, sehingga pada akhirnya mereka tidak tahu kebutuhan yang seharusnya dilakukan para calon jamaah haji yang mempunyai latar belakang berbedabeda, diantaranya: a. Jenis kelamin. Yakni pria 45,25% dan wanita 54,75%. b. Pendidikan. Yaitu pendidikan di tingkat dasar 48,48%, pendidikan menegah 24,32%, sarjana 27,15%, dan lain-lain 0,05%. c. Jenis pekerjaan; PNS/TNI/Polri 19,94%, pedagang 7,06%, petani 13,84%, pegawai swasta 24,05%, ibu rumah tangga 28,48%, pelajar/mahasiwa 0,94%, dan lain-lain 5,68%. 3

d. Umur 18-50 tahun 44,9%, 51-60 tahun 31,25%, dan 60 tahun 23,85%. Jemaah haji tertua a.n. Abdul Samad bin M. Amin umur 96 tahun dari Embarkasi Aceh. e. Belum pernah haji 98,02%, dan pernah haji 1,98%. (Kakanwil Jawa Tengah 2012 : 03) Melihat fakta ini, diperlukan penanganan dari masyarakat, terlebih bagi pemuka agama, salah satunya melalui munculnya beberapa Kelompok Bimbingan Ibadah Haji. Hal inilah yang menjadikan landasan keikutsertaan lembaga atau kelompok masyarakat dalam aktifitas penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia. Salah satu lembaga yang turut serta mengambil bagian dalam proses penyelenggaraan ibadah haji tersebut adalah Kelompok Bimbingan Ibadah Haji atau disebut dengan KBIH. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (selanjutnya disingkat KBIH) adalah lembaga/yayasan sosial Islam yang bergerak di bimbingan manasik haji terhadap calon jama'ah atau jama'ah haji, baik selama dalam pembekalan di tanah air maupun pada saat pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi (Depag RI, 2003 : 5). Konsentrasi KBIH terfokus pada bidang bimbingan, pembinaan dan penyuluhan. Adapun eksistensi KBIH dijamin dan dilindungi UU RI nomor 13 tahun 2008. Dalam perkembangan berikutnya, KBIH juga ditopang eksistensinya oleh Keputusan Menteri Agama (KMA) nomor 373 4

tahun 2002 tentang Organisasi Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia (Kementrian Agama RI, 2010 : 247). Tugas KBIH yakni membantu dalam bidang bimbingan jamaah haji di tanah air. KBIH merupakan lembaga yang menitikberatkan pada pelayanan kepada jamaah haji. Menurut Buku Pedoman Pembinaan KBIH, fungsi KBIH dalam pembimbingan meliputi : a) Penyelengaraan / pelaksanaan bimbingan haji tambahan di tanah air sebagai bimbingan pembekalan. b) Penyelengaraan/ bimbingan lapangan di Arab Saudi c) Pelayanan, konsultan dan sumber informasi perhajian. d) Motivator bagi anggota jama ah terutama dalam hal penguasaan ilmu manasik, keabsahan dan kesempurnaan ibadah (Buku Pedoman Pembinaan KBIH, 2006 : 5). Semarang merupakan Kota yang memiliki KBIH terbanyak di jawa tengah. Terdiri dari 19 (sembilan belas) KBIH yang menyediakan jasa bimbingan manasik haji, antara lain KBIH Muhammadiyah, KBIH As-Shodiqiyah, KBIH Chumaidiyyah, KBIH Al-Muna, KBIH Multazam, KBIH Baiturrahman, KBIH Wahid Hasyim, KBIH Riyadhul Jannah, KBIH Nurul Huda, KBIH Nurul Qolbi, KBIH Sirothol Mustaqim, KBIH Nahdlatul Ulama, KBIH Bakhutmah, KBIH Ummul Quro, KBIH 5

Roudlotusy Syariefah Al Mufti, KBIH Alhidna, KBIH Ar Raudlah, KBIH Arafah, KBIH Azzuhri, ( Kementrian Agama Kota Semarang, 2014 : 19). Secara umum calon jama ah haji memiliki kriteria KBIH yang akan membantu mereka mengantarkan ke tanah suci. Beberapa pertimbangan dalam memilih KBIH antar lain keamanan dan pelayanan, namun fasilitas yang diberikan KBIH menjadi hal yang pasti di pertimbangkan. Karena dengan pelayanan yang baik jamaah haji ingin mendapatkan kualitas pelayanan sesuai apa yang diharapkan, agar calon jamaah bisa konsentrasi kepada ibadah haji diwajibkan hanya sekali seumur hidup (Depag RI,2003 :18). Selain itu, calon jamaah haji menginginkan gelar mabrur, yang didambakan oleh setiap kaum muslimin dan muslimat. KBIH juga diharapkan memberikan fungsi sebagai lembaga dakwah yang melakukan amar ma ruf nahi munkar melalui penyampaian materi-materi yang berkaitan dengan upaya pemberantasan korupsi di tengah masyarakat. Materi ini perlu dalam rangka upaya preventive, melalui penanaman nilai-nilai ajaran agama untuk tidak melakukan berbagai hal yang berkaitan dengan penyimpangan. Dengan demikian, keberadaan KBIH benar-benar memiliki arti yang lebih dalam upaya pengembangan kualitas umat Islam secara umum. KBIH di Kota Semarang mempunyai ciri khas atau kriteria masing-masing di setiap organisasi. Oleh karena itu, terdapat 2 (dua) kategori KBIH yang ada di Kota Semarang. Kriteria tersebut adalah KBIH 6

dari Organisasi Masyarakat (ORMAS) dan KBIH dari sudut pandang ketokohan atau kepemimpinan seorang ulama. Dari kedua kriteria tersebut penulis mengambil dua KBIH sebagai obyek penelitian. Yang pertama ialah KBIH NU Kota Semarang yang terbentuk dari organisasi keagamaan masyarakat yang berideologi Ahlusunah Waljama ah. Banyaknya para calon jamaah haji yang antusias untuk menjalankan ibadah haji bersama KBIH NU Kota Semarang yang mayoritas orang Nahdlatul Ulama mereka percaya bahwa KBIH NU akan menuntun mereka kepada haji mabrur. Kedua, KBIH dengan ketokohan sebagai ulama besar di Kota Semarang yaitu KH. Shodiq Hamzah adalah ketua dari KBIH As-Shodiqiyyah, dari kedua KBIH tersebut banyak para calon jamaah yang simpatik kepada organisasi yang bergelut dalam bidang agama yaitu pemberangkatan ibadah haji. Jadi, seorang pembimbing dibutuhkan untuk memberikan pembinaan dan bimbingan kepada calon jamaah haji. Diperlukan tenaga pembimbing manasik haji yang profesional dan kompeten agar para pembimbing dapat menyampaikan semua materi bimbingan dengan baik dan professional, sehingga semua materi bimbingan dapat dipahami oleh calon jama ah haji. Pembimbing ibadah haji mempunyai fungsi, peran, dan tugas yang sangat strategis dalam pembangunan nasional di bidang penyelenggaraan ibadah haji, sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga profesional yang berkompeten.untuk mewujudkan fungsi, peran, dan tugas tersebut, 7

pembimbing ibadah haji perlu dibekali dengan kualifikasi bimbingan dan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditentukan bagi pendidik (Kemenag Prov. Jateng : 2011 : 01) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, pasal 11 ayat 2, menyatakan bahwa: Dalam rangka Penyelenggaraan Ibadah Haji, Menteri menunjuk petugas yang menyertai Jemaah Haji, yang terdiri atas: a. Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI); b. Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI); dan c. Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) (disampaikan pada seminar pada sertifikasi pembimbing ibadah haji yang diselenggarakan oleh Fakultas Dakwah IAIN Walisongo bekerjasama dengan Kementerian Agama RI, oleh Drs. H. Suroso, M.PdI, 04 Februari 2012) Oleh karena itu, menurut Suroso (2012), dalam rangka mencapai profesionalisme pembimbing dibutuhkan adanya legalisasi status pembimbing ibadah haji yang dalam hal ini bisa diusulkan sebagai Ketua Rombongan (Karom) berupa kegiatan sertifikasi pembimbing ibadah haji. Sertifikasi Pembimbing Ibadah Haji menurut Suroso (2012) adalah proses pemerolehan sertifikat pembimbing oleh seseorang yang telah bertugas sebagai pembimbing ibadah haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji sehingga akan melahirkan para pembimbing ibadah haji yang profesional. Pembimbing ibadah haji yang profesional akan menghasilkan 8

proses dan hasil bimbingan yang bermutu dalam rangka mewujudkan jamaah haji mandiri yang berkualitas sehingga mampu menjawab kegamangan calon haji dalam melaksanakan ibadah. Kualitas itu antara lain diindikasikan dengan penguasaan pemahaman tentang perhajian, ketaqwaan, akhlak mulia, kesehatan, kecerdasan, kreativitas, dan kemandirian ( Suroso, 2011 : 02 ). Oleh karena itu, penulis menganggap penting tema yang berkaitan tentang pembimbing ibadah haji dalam proses pembinaan ibadah haji. Sehingga penulis mengambil judul penelitian Dinamika Pembimbing Ibadah Haji dalam Diskursus Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji (Studi Kasus Kelompok Bimbingan Ibadah Haji di Kota Semarang Tahun 2012 ). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana rekrutmen pembimbing haji di KBIH As-Shodiqiyyah dan KBIH NU Kota Semarang? 2. Bagaimana proses pembinaan untuk pembimbing manasik haji di KBIH As-Shodiqiyyah dan KBIH NU Kota Semarang? 3. Bagaimana pandangan pembimbing ibadah haji di KBIH As- Shodiqiyyah dan KBIH NU Kota Semarang haji tentang pentingnya sertifikasi pembimbing manasik haji? 9

C. Tujuan dan manfaat Penelitian Sesuai pokok permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian dari penulis sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui rekrutmen pembimbing ibadah haji di KBIH di KBIH As-Shodiqiyyah dan KBIH NU Kota Semarang 2. Untuk mengetahui pembinaan pembimbing ibadah haji di KBIH Kota Semarang. 3. Untuk mengetahui pandangan pembimbing haji di KBIH As- Shodiqiyyah dan KBIH NU Kota Semarang tentang pentingnya sertifikasi pembimbing manasik haji. Secara umum signifikansi penelitian ini meliputi dua aspek, yakni secara teoritis dan secara praktis 1. Secara teoritis penelitian ini untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dakwah khususnya jurusan Manajemen Dakwah, dengan harapan dapat dijadikan salah satu bahan studi banding oleh peneliti lain. 2. Secara praktis penelitian ini agar dapat memberikan kontribusi kepada KBIH di Kota Semarang untuk meningkatkan kualitas Pembimbing Manasik Haji demi kepuasan jamaah haji. 10

D. Tinjauan Pustaka Penulis menyadari bahwasanya kajian mengenai pembimbing manasik haji telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Banyak tulisan yang membahas tentang pembimbing haji secara detail maupun umum. Dari judul skripsi yang penulis teliti, di bawah ini terdapat beberapa kajian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan dengan judul penelitian di atas adalah sebagai berikut : Pertama adalah Pengaruh Kualitas pelayanan Adminitrasi dan Kualitas Pembimbing Manasik Haji Terhadap Kepuasan Jamaah Haji Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Takkobbar Ketintang Surabaya yang diteliti oleh Ruhayati (2012). Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana kualitas pelayanan administrasi serta kualitas pembimbing manasik haji terhadap jamaah haji KBIH Takkobar Ketintang Surabaya. Jenis penelitian ini penelitian kuantitatif, adapun metode yang digunakan adalah metode angket. Data yang diperoleh diuji validitas dan reliabilitas untuk memastikan kevalidan data. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa kualitas pelayanan administrasi terhadap kepuasan jamaah haji KBIH Takobbar semakin baik, maka jamaah semakin puas dengan pelayananya. Sedangkan analisis terhadap pembimbing haji terhadap kepuasan jamaah di KBIH Takobbar menunjukan bahwa semakin baik penyampaian materi yang diberikan pembimbing maka jamaah semakin puas dengan materi yang disampaikan begitu juga prakteknya. 11

Kedua adalah Studi Komparasi Tingkat Pemahaman dan Kepuasan Jamaah Haji dalam Pelatihan Manasik Haji Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dan Non KBIH Kota Rembang Tahun 2008. Yang telah diteliti oleh Bambang Sutrisno (2010). Penelitian ini menguraikan tentang tingkat pemahaman dan kepuasan Jamaah haji dalam pelatihan manasik haji KBIH, serta menguraikan pemahaman dan kepuasaan jamaah haji dalam pelatihan manasik haji non KBIH, dan juga perbedaan tingkat pemahaman dan kepuasan jamaah haji dalam pelatihan manasik haji KBIH dan Non KBIH. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan metode pengumpulan data melalui angket dan dokumentasi. Pada penelitian ini, metode analisis data yang digunakan oleh penulis adalah metode analisa pendahuluan, analisa uji hipotesa, dan analisa lanjut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, pemahaman jamaah haji dalam pelatihan manasik haji KBIH lebih tinggi daripada non KBIH (Kemenag), kepuasan jamaah haji dalam pelatihan manaasik haji KBIH tinggi dari pada non KBIH (Kemenag), tingkat pemahaman tingkat pemahaman dan kepuasan jamaah haji dalam pelatihan manasik haji dalam KBIH lebih tinggi dan lebih baik daripada non KBIH (Kemenag). Ketiga adalah Strategi Pelaksanaan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Nadlatul Ulama Dalam Memberi Kepuasan Jama ah Di Kabupaten Tegal Periode 2007-2010. Yang diteliti oleh Umi Kholisotun (2012). Permasalahan yang diteliti penulis tentang bagaimana aplikasi fungsi- 12

fungsi manajemen oleh kelompok bimbingan ibadah haji Nahdlatul Ulama dalam memberi kepuasan jamaah di Kabupaten Tegal. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitiaan kualitatif dengan menggunakan studi lapangan (Field Research). Sumber data diperoleh dari hasil wawancara yang ditunjang dengan studi kepustakaan (Library Research). Metode pengumpulan data dengan observasi dan wawancara. Hasil pembahasan menunjukan bahwa KBIH Nahdlatul Ulama di Kabupaten Tegal menggunakan strategi dengan mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen di dalam pelaksanaan KBIH sebagai salah satu fungsi manajemennya. KBIH NU Kabupaten Tegal cenderung merencanakan pembinaan dengan baik, diantaranya yaitu dalam menetukan tujuan, media, materi, metode, dan evaluasi. Melalui pengoptimalan KBIH dalam menjalankan perencanaan sebagai pengajaranya dalam memberikan rangsangan calon haji untuk mengikuti bimbingan dengan baik pula. Dari telaah pustaka yang penulis deskripsikan di atas, ada beberapa perbedaan mendasar yang perlu digaris bawahi. Adapun hal yang membedakan antara penelitian di atas dengan yang penulis teliti yaitu terletak pada subjek, objek, waktu penelitian dan metode analisis data. Sedangkan pada penelitian ini, mengangkat sisi-sisi yang belum pernah dibahas oleh peneliti-peneliti terdahulu. 13

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan merupakan penelitian jenis kualitatif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, diantara perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2006: 6). 2. Sumber dan Jenis Data Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. 1. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 2001 : 91). Sumber yang dimaksud adalah informasi-informasi yang diperoleh dari pengurus KBIH As- Shodiqiyah dan KBIH NU Kota Semarang. 2. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data tertulis yang merupakan sumber data tambahan yang tidak bisa diabaikan karena 14

melalui sumber data tertulis akan diperoleh data yang dapat dipertanggung jawabkan validitasnya (Moleong, 2009 : 159). Data yang diperoleh berupa arsip, dokumen, visi dan misi, struktur organisasi yang terdapat KBIH As-Shodiqiyah dan KBIH NU Kota Semarang. 3. Teknik dan Pengumpulan Data Penelitian ini menyatakan penelitian lapangan, yaitu dengan tujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial : individu, kelompok, lembaga atau masyarakat (Moehadjir, 1989 : 50-51 ). Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu : 1. Metode Interview. Metode interview adalah pengumpulan data dengan jalan tanya jawab secara lisan dan bertatap muka secara langsung antara seorang atau beberapa orang interview (wawancara) dengan seseorang atau beberapa orang (Bachtiar, 1984: 215). Metode ini dipergunakan untuk mendapatkan data dan mengumpulkan data tentang sesuatu yang berkaitan dengan pengurus, pembimbing ibadah haji yang ada di KBIH As- Shodiqiyah dan KBIH NU Kota Semarang.. 15

2. Metode Dokumentasi. Dokumentasi yaitu suatu kumpulan koleksi bahan pustaka yang mengandung informasi yang berpautan dan relevan dengan bidang pengetahuan atau kegiatan yang berkaitan dengan dokumentasi tersebut ( Soekarno, 1986 : 21 ). Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal atau yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen dan lainnya. 3. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun, 1989: 263). Metode analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik bidang-bidang tertentu secara faktual dan cermat dengan menggambarkan keadaan atau status fenomena (Arikunto: 1998, 228). 4. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dalam hal ini penulis menggunakan dengan cara triangulasi data penelitian. Definisi triangulasi menurut Norman K. Dendin mendeinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena 16

yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sedangkan menurut Denzin (1989) triangulasi adalah aplikasi studi yang menggunakan multimetode untuk menelaah fenomena yang sama. Selanjutnya, Denzin (1978) dalam Moleong (2002:178) mengungkapkan bahwa ada 4 (empat) tipe triangulasi yaitu. Triangulasi metode, triangulasi penyidik, triangulasi sumber dan triangulasi teori. Dalam peniliti ini penulis mengunakan tipe triangulasi sumber. Triangulasi sumber, hal ini bisa dilakukan dengan:(1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya Secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai penadpat dan pandangan orang; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Hasil pembandingan ini belum tentu terdapat kesamaan pandangan, pendapat atau pemikiran. Yang penting adalah dapat diketahui adanya alasan-alasan-alasan terjadinya perbedaan tersebudengan menggunakan kerangka kerja atau perspektif teorikat yang berbeda untuk studi yang sama. 17

F. Sistematika Penulisan Untuk dapat dipahami urutan dan pola berpikir dari tulisan ini, maka skripsi disusun dalam lima bab. Setiap bab merefleksikan muatan isi yang satu sama lain saling melengkapi. Untuk itu, disusun sistematika sedemikian rupa sehingga dapat tergambar kemana arah dan tujuan dari tulisan ini. BAB I : Pendahuluan Bab ini mengurai tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta tinjauan pustaka. BAB II : Pembimbing dan Sertifikasi Pembimbing Haji Bab ini akan mengurai tentang rekrurtmen, pembinaan, tinjauan umum pengertian sertifikasi, pembimbing manasik haji, ibadah haji dan kelompok bimbimbingan ibadah haji. BAB III : Gambaran umum KBIH As-Shodiqiyah dan KBIH NU Kota Semarang. Bab ini akan memuat tentang gambaran umum KBIH di Kota Semarang yang meliputi sejarah berdiri, visi, misi, struktur organisasi, sarana prasarana, fasilitas, perlengkapan haji, daftar pembimbing jamaah haji. 18

BAB IV : Rekrutmen Dan Pembinaan KBIH As-Shodiqiyah Dan KBIH NU Kota Semarang Dan Pandangan Pembimbing Ibadah Haji Pentingnya Sertifikasi Bab ini menjelaskan tentang rekrutmen dan pembinaan pembimbing haji di KBIH As-Shodiqiyyah dan KBIH NU Kota Semarang dan pandangan sertifikasi pembimbing ibadah haji. BAB V : Penutup Bab ini berisi kesimpulan, saran-saran dan penutup. 19