BAB I PENDAHULUAN. BIRO INSTALATIR : Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Tenaga Listrik di CV. Cahaya Teknik kabupaten Karanganyar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sarana transportasi merupakan salah satu bagian yang memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun berkembang dari Negara agraria menuju Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertengahan abad ke-20 ini, peranan bahan tambahan pangan (BTP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN ATAS PRODUK MAKANAN DALAM KEMASAN DI PASAR KOTA SUKOHARJO. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu bangsa ingin menguasai tanah orang atau bangsa lain. karena sumber-sumber alam yang terkandung didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sehingga pemerintah. dan prasarana bagi masyarakat seperti jalan raya.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga inilah yang bergerak dalam hal pembiayaan sumber dana. Pembiayaan

PEMBIAYAAN DAN JAMINAN (Aspek Jaminan pada Perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT. WOM Finance Tbk, Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN. integritas dalam kehidupan perekonomian suatu negara. lembaga tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu.

BAB I PENDAHULUAN. dana yang besar. Kebutuhan dana yang besar itu hanya dapat dipenuhi. dengan memperdayakan secara maksimal sumber-sumber dana yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat menguntungkan. Tetapi banyak peternak masih mengabaikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. meluas dipergunakannya perjanjian baku/perjanjian standar (standard

BIRO INSTALATIR : STUDI TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMAKAI TENAGA LISTRIK di CV. Cahaya Teknik Kabupaten Karanganyar. Naskah Publikasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 437 K/30/MEM/2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Persoalan yang timbul kemudian adalah apabila dalam waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kebutuhan garam membuat negara harus memproduksi untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wakil Presiden RI M.Yusuf Kalla pada Selasa, 8 Mei 2007 di Jakarta. Alangkah

BAB I PENDAHULUAN. Bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Umanity) sejak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum.

TANGGUNGJAWAB HUKUM TERHADAP PERJANJIAN WARALABA YANG BERLAKU DI ALFAMART. Naskah Publikasi Skripsi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan atas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pemanfaatan pembangkit tenaga listrik, baru dikembangkan setelah Perang Dunia I, yakni dengan mengisi baterai untuk menghidupkan lampu, radio, dan ala

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat melakukan segala macam kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, tangga, sekolah, rumah sakit, dan industri-industri.

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan merata. tahun jumlah masyarakat semakin bertambah banyak.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No Peraturan Pemerintah ini mengatur ketentuan mengenai usaha penyediaan tenaga listrik, yang mencakup jenis usaha, wilayah usaha, pelaku usah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai negara hukum. Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang

BAB III METODE PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai dan mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. 1 Kestabilan

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEDOMAN TEKNIS PELAYANAN IZIN USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN YURIDIS WANPRESTASI PADA PERJANJIAN LEASING

AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KETENAGALISTRIKAN

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. yang mendorong kemajuan ekonomi di Indonesia, yang ditandai dengan

PENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express)

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG KETENAGALISTRIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN

JAMINAN DAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. (Studi tentang Aspek Jaminan dalam Pelaksanaan Perjanjian. Pembiayaan Konsumen di PT. WOM Finance Tbk, Surakarta)

MEDIASI DAN KONSUMEN Studi Tentang Peran Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen Oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Di Semarang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat, berlakunya standar-standar dan kualitas baku

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

STUDI TENTANG PERLINDUNGAN MEREK DAGANG DI PT. MONDRIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN ANTARA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN PELANGGAN AIR MINUM DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 11 TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAJO,

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG

POKOK-POKOK UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN

SKRIPSI. iyah Surakarta. Oleh : NIM

PEMANFAATAN TANAH MILIK PT. KERETA API INDONESIA OLEH MASYARAKAT DESA BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

PENGARUH TINGKAT INFLASI TERHADAP PERKEMBANGAN PD. BKK KARTASURA. (Tinjauan Yuridis Mengenai Perjanjian Kredit PD.BKK Kartasura)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

Regulasi Keteknikan Di Bidang Ketenagalistrikan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang mencakup berbagai aspek dan langkah-langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu kesejahteraan, adil dan makmur yang tercantum dalam. Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat yang berbunyi:

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04P/40/M.PE/1991 TAHUN 1991 TENTANG PENYIDIK KETENAGALISTRIKAN

WALIKOTA PANGKALPINANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia melalui perjuangan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aspek kehidupan, orang membutuhkan tanah. Begitu pentingnya tanah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN BIRO INSTALATIR : Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Tenaga Listrik di CV. Cahaya Teknik kabupaten Karanganyar A. Latar Belakang Masalah Listrik merupakan salah satu kebutuhan manusia yang saat ini dibutuhkan, karena dengan adanya sumber listrik maka akan memudahkan manusia untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Didalam Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik bahwa listrik mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan karena menunjang dan mendorong kegiatan ekonomi, yang pada akhirnya akan turut serta meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran dari masyarakat itu sendiri. Pada sisi lain tenaga listrik juga mengandung potensi bahaya terhadap keselamatan umum, harta benda dan lingkungan, maka instalasi listrik harus memenuhi kesesuaian instalasi listrik terhadap standar instalasi yang berlaku. Didalam penjelasan Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan bahwa Badan usaha milik negara yang melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik dibentuk untuk itu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik secara lebih merata dan untuk lebih meningkatkan kemampuan negara dalam hal penyediaan tenaga listrik baik untuk kepentingan umum maupun untuk 1

2 kepentingan sendiri, sepanjang tidak merugikan kepentingan negara, dapat diberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada koperasi dan badan usaha lain untuk menyediakan tenaga listrik berdasarkan Izin Usaha Ketenagalistrikan. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakai tenaga listrik, karena listrik merupakan produk yang bisa membahayakan keselamatan manusia, jika instalasi listrik dipasang secara sembarangan, dengan kualitas material yang tidak baik. Sesuai dengan Peraturan Menteri No. 45 tahun 2005 tentang Instalasi Ketenagalistrikan Pasal 7 mengenai Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Penyedia Tenaga Listrik bahwa : (1) Instalasi penyedia yang selesai dibangun dan dipasang, dikerondisi dilakukan perubahan kapasitas atau direlokasi wajib dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap kesesuaian dengan ketentuan standar yang berlaku. (2) Pemeriksaan dan pengujian terhadap kesesuaian dengan ketentuan standar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dalam rangka keselamatan ketenagalistrikan. (3) Pemeriksaan dan pengujian instalasi penyedia tenaga listrik untuk kepentingan umum dan untuk kepentingan sendiri dilakukan oleh lembaga inspeksi teknik yang terakreditasi dan dilaporkan kepada direktur Jenderal, Gubenur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. (4) Pemeriksaan dan pengujian instalasi penyedia tenaga listrik milik pemegang kuasa Ketenagalistrikan dan Instalasi penyedia tenaga Listrik untuk kepentingan umum yang tersambung instalasi penyedia tenaga listrik milik pemegang kuasa Ketenagalistrikan dan yang izinnya dikeluarkan oleh Menteri dilakukan oleh oleh lembaga inspeksi teknik yang terakreditasi dan dilaporkan kepada direktur Jenderal. (5) Pelaksanaan Pemeriksaan dan pengujian instalasi penyedia tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) disaksikan oleh petugas pelaksana yang ditunjuk direktur Jenderal, Gubenur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

3 Berdasarkan mekanisme tersebut diatas diharapkan instalasi listrik yang dipasang oleh Biro Instalatir akan terjamin kualitas dan keamanannya, karena Biro Instalatir didalam memasang instalasi berdasarkan ketentuan-ketentuan teknik yang berlaku dan mereka secara terus menerus diawasi oleh PT. PLN atau Pemerintah. Sesuai mekanisme yang berlaku saat ini, setiap pelanggan atau calon pelanggan PT. PLN yang akan memasang baru atau memperluas instalasi listrik dibangunannya, pertama-tama harus menghubungi dan mengisi Formulir Permohonan di Loket Kantor PLN 1. Untuk jasa-jasa pemasangan instalasi, pembuatan gambar dokumentasi atau pengujian tersebut pelanggan harus menegosiasikan sendiri biaya-biayanya dengan Biro Instalatir. Sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 0045 tahun 2005 tentang Instalasi Ketenagalistrikan, setiap operasional Instalasi Pemasangan Tenaga Listrik konsumen tegangan rendah, mewajibkan Kontraktor Listrik untuk mencantumkan Nomor Jaminan Instalasi (JIL) dalam laporan tersebut. Pengertian ini berarti bahwa Biro Instalatir yang melaksanakan pemasangan instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan rendah wajib menerbitkan jaminan kelayakan Instalasi Listrik atas pekerjaan yang dilakukannya. Jaminan kelayakan Instalasi Listrik ini merupakan kewajiban atau keharusan bagi setiap kontraktor listrik untuk menyesuaiakan kualitas pekerjaan instalasi listrik yang dikerjakan dengan standar Instalasi Listrik yang 1 Trimbun Timur, 2011, Ini Cara Tambah Daya dan Pasang Baru, dalam http://makassar.tribunnews.com/2011/03/06/ini-cara-tambah-daya-dan-pasang-baru-listrik diunduh tanggal 24 Oktober 2011 jam 11:22 WIB.

4 berlaku, tanpa harus membebani biaya lagi (tambahan biaya) kepada konsumen atau pelanggan. Perjanjian disini diartikan sebagai suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini timbulah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan 2. Bahwa didalam pemasangan listrik disini terdapat adanya perjanjian antara kedua belah pihak pihak yaitu antara konsumen dengan Biro Instalasi Listrik. Menurut ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata dinyatakan bahwa segala perjajian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Bahwa syarat sahnya suatu perjanjian diatur didalam Pasal 1320 adalah sebagai berikut : a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri, b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, c. Suatu hal tertentu, dan d. Suatu sebab yang halal. Alasan mengapa peneliti mengambil judul Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Tenaga Listrik adalah : 1. Dalam praktek seringkali dijumpai bahwa pelanggan (konsumen) kurang memperhatikan terhadap isi perjanjian pemasangan Instalasi Listrik, Bagi mereka yang terpenting adalah layanan pemasangan Instalasi Listrik segera terealisasikan, artinya segera menyala. 2. Konsumen umumnya menganggap perjanjian pemasangan instalasi itu selesai dan konsumen tidak menghiraukan kemungkinan-kemungkinan kelalaian yang akan terjadi pada saat pemasangan Instalasi Listrik. 2 Subekti, 1985, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, hal.1

5 3. Didalam pelaksanaan perjanjian konsumen tidak menghiraukan mengenai material instalatir yang digunakan didalam pemasangan instalasi listrik sehingga apabila didalam pemasangan instalasi listrik apabila terjadi kesalahan atau kitidaksesuaian maka konsumen itu sendiri yang harus menanggung resiko atas kerugian tersebut. 4. Bahwa dalam perjanjian instalasi listrik konsumen seolah-olah dipaksa karena dalam hal ini perjanjian tersebut sebelumnya sudah dibuat oleh Biro Instalatir sehingga konsumen dipaksa utuk menyetujui daripada perjanjian tersebut. 5. Terkadang dari Biro instalatir listrik melakukan kelalaian yaitu menyangkut kelalaian dalam keterlambatan pemasangan instalasi listrik, alat-alat, dan bahan-bahan yang digunakan dalam pemasagan instalasi listrik, dan jaringan listrik yang dipasangkan sehingga dalam hal ini konsumen atau pelanggan merasa dirugikan. Bahwa maksud kelalaian disini adalah seseorang bertindak lalai (tidak hati-hati) biasanya akan dianggap tidak cukup, tetapi kelalaian yang diulangi dapat menjadi alasan pemberhentian segera terutama jika pekerja itu telat diperingatkan. Kebanyakan hal ini akan tergantung pada jabatan yang dipegang, sifat pekerjaan itu, dan kerusakan yang ditimbulkan, atau alasan yang menimbulkan kerusakan terhadap barang atau kerugian terhadap teman sekerja 3. Kelalaian disini menyangkut kelalaian dalam keterlambatan pemasangan instalasi listrik, alat-alat, dan bahan-bahan yang digunakan dalam pemasagan instalasi listrik, dan jaringan listrik yang dipasangkan. 3 Abdul Kadir Muhammad, 1986, Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, hal.398.

6 Meskipun dalam kontrak masalah tanggung jawab telah ditetapkan. Tetapi ternyata dalam praktek masih ada sejumlah permasalahan yang masih memerlukan kejelasan lebih lanjut yaitu : 1. Bagaimana mekanisme Biro Instalasi apabila terjadi kelalaian pada pemasangan instalasi listrik. 2. Bagaimana bentuk-bentuk tanggung jawab Biro Instalasi apabila terjadi kelalaian pada pemasangan instalasi listrik. 3. Bagaimana pembuktian kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh Biro Instalatir tersebut. 4. Bahwa didalam melakukan Perjanjian konsumen menjadi pihak yang selalu dirugikan. 5. Bahwa dalam suatu perjanjian tersebut isi dari perjanjian tersebut selalu lebih mementingkan daripada kepentingan biro instalasi. 6. Penyelesaian sengketa seperti apa yang digunakan biro instalasi listrik apabila didalam suatu perjanjian tersebut mengalami wanprestasi. Berdasarkan fakta-fakta terdapanya sejumlah masalah sebagaimana tersebut diatas maka penulis berminat untuk melakukan penelitian berjudul BIRO INSTALATIR : Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Tenaga Listrik di CV. Cahaya Teknik kab. Karanganyar

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu : 1. Bagaimanakah konstruksi dari hubungan hukum antara pemakai tenaga listrik dengan Cahaya Teknik Kab. Karanganyar sebagai Biro Instalatir? 2. Bagaimana bentuk-bentuk tanggung jawab Cahaya Teknik Kab. Karanganyar sebagai Biro Instalasi, apabila terjadi kelalaian pada pemasangan instalasi listrik yang mengakibatkan kerugian pada pemakai tenaga listrik? 3. Bagaimana upaya-upaya penyelesaian di luar Pengadilan akibat terjadinya kelalaian pada pemasangan instalasi listrik yang mengakibatkan kerugian pada pemakai tenaga listrik? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka peneliti menentukan tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendiskripsikan konstruksi dari hubungan hukum antara pemakai tenaga listrik dengan Cahaya Teknik Kab. Karanganyar sebagai Biro Instalatir. 2. Untuk mendiskripsikan bentuk-bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh Biro Instalatir apabila terjadi suatu kelalaian yang mengakibatkan kerugian pada konsumen.

8 3. Untuk mendiskripsikan upaya penyelesaian yang ditempuh diluar pengadilan oleh Biro Instalasi dan konsumen selaku pemakai jasa, akibat dari kelalaian yang mengakibatkan kerugian pada pemakai tenaga listrik. Berdasarkan dengan permasalahan tersebut diatas maka manfaat yang ingin dicapai yaitu : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi ilmian bagi civitas akademika khususnya untuk menunjang proses belajar mengajar di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat (khususnya konsumen dalam pemasangan listrik) Karya ini diharapakan memberikan informasi berharga kepada masyarakat konsumen yang akan memasang instalasi listrik khususnya bentuk-bentuk tanggungjawab Biro Instalatir dan upaya tuntutan ganti kerugian yang akan diajukan ketika konsumen dirugikan akibat kelalaian yang dilakukan oleh kontraktor dalam perjanjian pemasangan instalasi listrik. b. Bagi kontraktor Listrik Penelitian ini dapat memberikan informasi hukum perjanjian kepada kontraktor listrik khususnya hal yang menyangkut bentukbentuk tanggungjawabnya secara seimbang dalam hal terjadi suatu

9 kelalaian dan upaya penyelesaian diluar Pengadilan yang dapat ditempuh. D. Metode Penelitian Bahwa Metode adalah merupakan cara atau jalan bagaimana seorang harus bertindak. Istilah Metodologi dari kata Metode jalan ke. 4 1. Metode Pendekatan Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan non-doktrinal yang kualitatif 5. Hal ini disebabkan di dalam penelitian ini, hukum tidak hanya dikonsepkan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, melainkan meliputi pula lembaga-lembaga dan proses-proses yang mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam masyarakat, sebagai perwujudan makna-makna simbolik dari pelaku sosial, sebagaimana termanifestasi dan tersimak dalam dan dari aksi dan interkasi antar mereka. Jadi dalam Penelitian ini akan dicoba menghubungkan keterkaitan perjanjian pemasangan instalasi listrik antara Biro Instalatir dengan konsumen sebagai pemakai tenaga listrik khususnya mengenai perlindungan hukum bagi pemakai tenaga listrik serta upaya-upaya diluar pengadilan yang dapat ditempuh oleh Biro Instalatir dan pemakai tenaga listrik apabila terjadi kelalaian. Selain itu juga dibahas mengenai 4 Khudzaifah Dimyati, 2011, Metodologi Penelitian Hukum, Surakarta: Muhammadiyah University Press. 5 Soetandyo Wignjosoebroto, Silabus Metode Penelitian Hukum, Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, tt. Hal. 1 dan 3

10 pelaksanaan dari perjanjian pemasangan instalasi listrik. Kemudian dari permasalahan tersebut dikaji dengan menggunakan peraturan perundangundangan yang berlaku. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di CV. Cahaya Teknik Kab. Karanganyar Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive, yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, yaitu : karena Cahaya Teknik Kab. Karanganyar merupakan salah satu Biro Instalasi listrik terbesar di Kab. Karanganyar pernah melakukan pemasangan instalasi listrik pada perumahan yang berada dikab. Karanganyar sehingga diharapkan data-data yang diperlukan oleh peneliti tersedia. 3. Spesifikasi Penelitian Tipe kajian dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif, karena bermaksud menggambarkan secara jelas tentang konstruksi dari hubungan hukum antara pemakai tenaga listrik dengan CV. Cahaya Teknik Kab. Karanganyar sebagai Biro Instalatir, bentuk-bentuk tanggung jawab Cahaya Teknik Kab. Karanganyar sebagai Biro Instalasi, apabila terjadi kelalaian pada pemasangan instalasi listrik yang mengakibatkan kerugian pada pemakai tenaga listrik, dan upaya-upaya penyelesaian di luar Pengadilan akibat terjadinya kelalaian pada pemasangan instalasi listrik yang mengakibatkan kerugian pada pemakai tenaga listrik. 4. Jenis Data

11 Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu : 1. Data Primer Yaitu data-data yang berasal dari sumber data utama, yang berwujud tindakan-tindakan sosial dan kata-kata, 6 dari pihak-pihak yang terlibat dengan objek yang diteliti yaitu Direktur Cahaya Teknik Kab. Karanganyar. Adapun data-data primer ini akan diperoleh melalui para informan dan situasi sosial tertentu, yang dipilih secara purposive, dengan menentukan informan dan situasi soisal awal terlebih dahulu 7. Sehingga didalam penelitian ini yang akan menjadi informan awal adalah: (1) Direktur Cahaya Teknik Kab. Karanganyar (2) Pegawai Cahaya Teknik Kab. Karanganyar Penentuan informan lebih lanjut akan dilakukan terhadap informan-informan yang dipilih berdasarkan petunjuk/saran dari informan awal, berdasarkan prinsip-prinsip snow bolling 8. dengan tetap berpijak pada kriteria-kriteria diatas. Sedangkan penentuan situasi sosial awal, akan dilakukan dengan mengamati proses objek yang diteliti Penentuan situasi sosial yang akan diobservasi lebih lanjut, akan diarahkan pada : 6 7 8 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya Offset, Bandung, hal. 112 Sanapiah Faisal, Op. Cit, hal 56. Ibid, hal 60.

12 (a) situasi sosial yang tergolong sehimpun dengan sampel situasi awal (b) situasi sosial yang kegiatannya memiliki kemiripan dan sampel situasi awal 9. 2. Data Sekunder Yaitu data yang berasal dari bahan-bahan pustaka, baik yang meliputi : 1) Dokumen-dokumen tertulis, yang bersumber dari peraturan perundang-undangan (hukum positif Indonesia), artikel ilmiah, bukubuku literatur, dokumen-dokumen resmi, arsip dan publikasi dari lembaga-lembaga yang terkait 2) Dokumen-dokumen yang bersumber dari data-data statistik, baik yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah, maupun oleh perusahaan, yang terkait denga fokus permasalahannya. 5. Teknik Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, akan dikumpulkan melalui tiga cara, yaitu : melalui wawancara, observasi dan studi kepustakaan, yang dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut : Pada tahap awal, di samping akan dilakukan studi kepustakaan, yang dilakukan dengan cara-cara, mencari, mengiventarisasi dan mempelajari peraturan perundang-undangan, doktrin-doktrin, dan datadata sekunder yang lain, yang berkaitan dengan perjanjian dan perlindungan hukum terhadap pemakai tenaga listrik. 9 Ibid, hal 59-60.

13 Lalu akan dilakukan wawancara secara intensif dan mendalam terhadap para informan mengenai perjanjian dan perlindungan hukum terhadap pemakai tenaga listrik, dan observasi tidak terstruktur, yang ditujukan terhadap beberapa orang informan dan berbagai situasi. Kedua cara yang dilakukan secara simultan ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh gambaran yang lebih terperinci dan mendalam, tentang apa yang tercakup di dalam berbagai permasalahan yang telah ditetapkan terbatas pada satu fokus permasalahan tertentu, dengan cara mencari kesamaan-kesamaan elemen, yang ada dalam masing-masing bagian dari fokus permasalahan tertentu, yang kemudian dilanjutkan dengan mencari perbedaan-perbedaan elemen yang ada dalam masing-masing bagian dari fokus permasalahan tertentu. 6. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian terdiri dari instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, sedangkan instrumen penunjangnya berupa, rekaman/catatan harian di lapangan, daftar pertanyaan dan Hand Phone yang digunakan untuk merekam pada saat wawancara. 7. Analisis Data Data yang telah terkumpul dan telah diolah akan dibahas dengan menggunakan metode analisis kualitatif, yang dilakukan melalui tahapantahapan sebagai berikut :

14 Sesuai dengan metode pendekatan yang digunakan, maka dalam penelitian ini analisis akan dilakukan dengan metode analisis secara kualitatif. Dalam hal ini analisis akan dilakukan secara berurutan antara metode analisis domain, analisis taksonomis, dan analisis komponensial. Penggunaan metode-metode tersebut akan dilakukan dalam bentuk tahapan-tahapan sebagai berikut : pertama akan dilakukan analisis domain, dimana dalam tahap ini peneliti akan berusaha memperoleh gambaran yang bersifat menyeluruh tentang apa yang yang tercakup disuatu pokok permasalahan yang diteliti. Hasilnya yang akan diperoleh masih berupa pengetahuan ditingkat permukaan tentang berbagai domain atau kategori-kategori konseptual. Bertolak dari hasil analisis domain tersebut diatas, lalu akan dilakukan analisis taksonomi untuk memfokuskan penelitian pada domain tertentu yang berguna dalam upaya mendiskripsikan atau menjelaskan fenomena yang menjadi sasaran semula penelitian. Hal ini dilakukan dengan mencari struktur internal masing-masing domain dengan mengorganisasikan atau menghimpun elemen-elemen yang berkesamaan disuatu domain. Dari domain dan kategori-kategori yang telah diidentifikasi pada waktu analisis domain serta kesamaan-kesamaan dan hubungan internal yang telah difahami melalui analisis taksonomis, maka dalam analisis komponensial akan dicari kontras antar elemen dalam domain. Dengan mengetahui warga suatu domain (melalui analisis domain), kesamaan dan hubungan internal antar warga disuatu domain (melalui analisis taksonomis), dan perbedaan antar warga dari suatu domain (melalui

15 analisis komponensial), maka akan diperoleh pengertian yang komprehensip, menyeluruh rinci, dan mendalam mengenai masalah yang diteliti 10. Tahap terakhir dari analisis data ini adalah dengan mengadakan pemeriksaan keabsahan data, dengan tujuan untuk mengecek keandalan dan keakuratan data, yang dilakukan melalui dua cara, yaitu : pertama, dengan menggunakan teknik triangulasi data, terutama triangulasi sumber, yang dilakukan dengan jalan : (a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; (c) Membandingkan keadaan dan perspektif dengan berbagai pendapat yang berbeda stratifikasi sosialnya; (d) Membanding hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan; Kedua, pemeriksaan sejawat melalui diskusi analitik 11. Setelah semua tahapan analisis tersebut dilakukan, pada tahapan akhirnya akan dilakukan pula penafsiran data, dimana teori-teori yang ada diaplikasikan ke dalam data, sehingga terjadi suatu dialog antara teori di satu sisi dengan data di sisi lain. Dengan malalui cara ini, selain nantinya diharapkan dapat ditemukan beberapa asumsi, sebagai dasar untuk menunjang, memperluas atau menolak, teori-teori yang sudah ada tersebut, 10 Sanapiah Faisal. Op. Cit. 74-76 11 Sanapiah Faisal, Op. Cit. hal. 70 dan 99; Bandingkan dengan James P. Spradley, The Etnographic Interview, Dialihbahasakan oleh Misbah Zulfah Elizabeth, dengan judul Metode Etnografi. Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1998.

16 diharapkan juga akan ditemukan berbagai fakta empiris yang relevan dengan kenyataan kemasyarakatannya. Sehingga peneliti mampu mendiskripsikan dan menarik kesimpulan atas data yang diperoleh peneliti. Mengenai perjanjian pemasangan instalsi listrik. 8. Definisi Operasional a. Tenaga listrik adalah salah satu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan untuk segala macam keperluan, dan bukan listrik yang dipakai untuk komunikasi atau isyarat. b. Instalsi Tenaga Listrik adalah bangunan sipil, elektromekanik, mesin, peralatan, saluran, dan perlengkapannya yang digunakan untuk pembangikitan, konversi, transmisi, distribusi, dan pemanfaatan tenaga listrik. c. Biro instalatir adalah Badan Hukum yang merupakan badan usaha penunjang tenaga listrik sebagaimana tercantum dalam Undang- Undang No. 15 tahun 1985. Biro instalatir ini bergerak dalam bidang pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan. d. Kelalaian disini menyangkut kelalaian dalam keterlambatan pemasangan instalasi listrik, alat-alat, dan bahan-bahan yang digunakan dalam pemasagan instalasi listrik, dan jaringan listrik yang dipasangkan. e. Penyelesain sengketa di Luar Pengadilan adalah penyelesaian sengketa yang dilakukan melalui jalur non litigasi yaitu bisa berupa konsultasi, negosiasi, mediasi. Konsiliasi dan abritase.

17 f. KONSUIL adalah lembaga nirlaba yang ditunjuk oleh Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (sekarang Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral) untuk memeriksa instalasi listrik tegangan rendah sebelum dioperasikan kejaringan PLN 12. E. Sistematika Skripsi Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang isi pembahasan dalam penulisan ini, maka secara global disistematisir sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan dan Manfaat D. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan 2. Lokasi Penelitian 3. Spesifikasi Penelitian 4. Jenis dan Sumber Data 5. Teknik Pengumpulan Data 6. Instrumen Penelitian 7. Analsis Data 8. Definisi Operasioanal E. Sistematika Penelitian BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Pada Umumnya 12 Badan Pelaksana Konsuil Pusat, 2009, Periksakan Instalasi Listrik Untuk Ccegah Kebakaran yang Diakibatkan Aliran Listrik, dalam http://konsuil.or.id/ diunduh Senin, 17 Oktober 2011 Jam 11:18 WIB

18 1. Hubungan Hukum 2. Dasar-dasar dalam suatu Perjanjian 3. Pihak-Pihak dan Obyek Hal-hal Pokok Di dalam Perjanjian 4. Macam-Macam Syarat Terpenuhinya Perjanjian 5. Akibat Hukum Perjanjian 6. Hal-hal yang Terdapat Di dalamperjanjian 7. Kelalaian dan Akibatnya 8. Overmacht dan akibatnya B. Perjanjian Borongan Pekerjaan dan Perjanjian Baku 1. Pemborongan Pekerjaan a. Perjanjian Untuk melakukan Pekerjaan b. Pihak-pihak yang Terdapat Di dalam Perjanjian Borongan Pekerjaan c. Hal yang Menjadi Pokok dalam Perjanjian Borongan Pekerjaan d. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pengusaha Di dalam Perjanjian Pemborongan e. Pelanggaran Kesepakatan dalam Perjanjian Borongan Pekerjaan f. Kelalaian Di dalam Suatu Perjanjian Borongan Pekerjaan g. Hal-hal yang Terdapat Didalam Perjanjian Borongan Pekerjaan h. Proses Pemborongan Proyek Proyek 2. Perjanjian Baku a. Perjanjian Satu Pihak. b. Perjanjian Yang Lahir Dari Perjanjian Baku c. Cara Memberlakukan Syarat-syarat Baku

19 d. Dasar Berlakunya Syarat-syarat Baku C. Aspek Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan dan Perlindungan Konsumen 1. Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan 2. Alternatif Penyelesaian Permasalahan Di Luar Pengadilan a) Konsultasi b) Negosiasi dan Perdamaian c) Mediasi d) Konsiliasi BAB III : HASIL PENELITIAN BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN