Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Randomized Pre and Post Test Group design (Pocock, 2008). Rancangan ini

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2: , Agustus 2016

PELATIHAN LARI AMPLOP MENINGKATKAN KELINCAHAN SISWA PUTRA PESERTA EKSTRA KURIKULER PENCAK SILAT SMA DWIJENDRA DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Bayu Puspayuda*,Made Darmada**, Putu Citra Permana Dewi***

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam

PELATIHAN PERMAINAN GAME TIPE A LEBIH MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEBUGARAN FISIK DIBANDINGKAN PERMAINAN GAME TIPE B PEMAIN FUTSAL IKIP PGRI BALI

Gde Ryan Saputra, Gede Doddy Tisna MS, Made Budiawan. Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

PENGARUH PELATIHAN JUMP SERVICE DENGAN DAN TANPA AWALAN TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI

I Pt. Adi Gunawan*, I.A.Kd. Arisanthi Dewi **, Ngurah Adi Santika***

PENGARUH PELATIHAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KECEPATAN DAN POWER OTOT TUNGKAI

PENGARUH PELATIHAN DOWN THE LINE DRILL TERHADAP KELINCAHAN DAN POWER OTOT TUNGKAI

PENGARUH PELATIHAN INCRIMENTAL VERTICAL HOP TERHADAP KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI. I Pt Adi Susanta, I Ketut Sudiana, I Nyoman Sudarmada

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

pinggang atau anggota badan yang diseberangkan melalui atas net. Dalam secara efektif. Teknik tersebut meliputi service, passing, dan yang terpenting

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

PENGARUH PELATIHAN SIDE HOPE SPRINT TERHADAP KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi merupakan

III. METODE PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (2006 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2, No.1 : 75 79, Agustus 2016

PENGARUH PELATIHAN PLAIOMETRIK DOUBLE LEG BOUND TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI

BAB I PENDAHULUAN. smash, dimana hal yang mempengaruhi kemampuan smash adalah power otot

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PELATIHAN MEDICINE BALL SIT-UP THROW TERHADAP KEKUATAN OTOT LENGAN DAN OTOT PUNGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas olahraga. Ada beberapa tujuan olahraga yang dibagi sesuai kebutuhannya,

KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN, TINGGI LONCATAN, DAN KECEPATAN REAKSI TERHADAP PUKULAN JUMPING SMASH ATLET PB TULUNGAGUNG

PENGARUH PERMAINAN OLAHRAGA TRADISIONAL MEGANDONG SAMBUK TERHADAP KEMAMPUAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI MAHASISWA PUTRA FPOK SEMESTER V KELAS A TAHUN 2015

I G P Ngurah Adi Santika*, I P G. Adiatmika**, Susy Purnawati***

Pengaruh Pelatihan Air Alert Menggunakan Metode Latihan Interval terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai

Oleh: I Gede Agus Wirajaya Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

PENGARUH PERMAINAN OLAHRAGA TRADISIONAL MEGALA- GALA TERHADAP KEMAMPUAN KELINCAHAN MAHASISWA PUTRA FPOK SEMESTER VI KELAS A TAHUN 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

PELATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

Tisna Prasetya*, Made Darmada**, Citra Permana Dewi***

BAB 1 PENDAHULUAN. kerjasama yang baik untuk membentuk suatu tim. Kecerdasan dalam mangatur

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN HEXAGON DRILL DAN ZIGZAG RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA SEKOLAH SEPAK BOLA GUNTUR

PENERAPAN IPTEKS HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN FLEXIBILITY OTOT PUNGGUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERVICE DALAM PERMAINAN BOLA VOLI.

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN CARIOCA EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN AGILITY PADA PEMAIN BULUTANGKIS PEMULA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

PELATIHAN LARI SAMBUNG BACK TO BACK

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

Yan Indra Siregar. Abstrak

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB.

e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gorontalo. Waktu penelitian selama 6 minggu, Treatmen atau perlakuanlatihan high

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar permainan bola voli adalah untuk memenangkan. bola voli adalah memasukan bola ke daerah lawan untuk memperoleh

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN VARIASI DRILL PASSING DAN WALL PASSING TERHADAP KEMAMPUAN CHEST PASS PADA PEMAIN BOLA BASKET SMA NEGERI 7 KOTA JAMBI

METODE PENELITIAN. yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP KEBUGARAN JASMANI SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER BULU TANGKIS DI MTs NEGERI YOGYAKARTA 2 TAHUN AJARAN 2016/2017

PENGARUH PELATIHAN LOMPAT KATAK TERHADAP KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMPN 4 SINGARAJA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Ejournal JJPKO Volume 08 Nomor 02 Tahun 2017

PERBEDAAN PENGARUH HASIL BELAJAR SMASH SEPAK TAKRAW DENGAN MENGGUNAKAN METODE BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DIUMPAN PADA MAHASISWA PKO

PENGARUH LATIHAN PUSH-UP DAN LATIHAN BEBAN DUMBBEEL TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN JODAN TZUKI PADA KENSHI KEMPO DI DOJO TADULAKO JUMAIN

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan yang telah di ikuti belum

III. METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Khususnya atlet Taekwondo Putra junior Sibayak Club

e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )

PENGARUH PELATIHAN YOGA ASANA (SURYANAMASKAR) TERHADAP KELENTUKAN DAN KAPASITAS VITAL PARU

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Latihan Pliometrik antara Box Jump dan Leaps terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Kelas XI Geomatika SMK Negeri 1 Bireun

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

INDONESIA PERFORMANCE JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BEBAN LUAR DAN LATIHAN BEBAN DALAM TERHADAP KECEPATAN PUKULAN JAB-STRAIGHT PADA ATLET TINJU SASANA PERTISAR MANADO

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: I Made Karna Laksana*, I P G Adiatmika**, I W Weta***

KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KECEPATAN TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP TINGGI LONCATAN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRA KULIKULER BOLA VOLI SD NEGERI 2 KUMEJING TAHUN 2014

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mencapai suatu tujuan. Menurut Surakhmad (1998: 121) menjelaskan bahwa:

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

Oleh : Ni Luh Gde Widiantari*, I D P. Sutjana**, I P G Adiatmika***

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga tenis meja merupakan olahraga yang cukup banyak. peminatnya di Indonesia. Dengan semakin banyaknya klub tenis meja di

BAB IV METODE PENELITIAN. selama 12 minggu pada bulan Maret - Mei rancangan penelitian pre, middle, and post test control group design.

PENGARUH PELATIHAN BERMAIN BULUTANGKIS OVERHEAD CLEAR DRILL TERHADAP KEKUATAN DAN DAYA TAHAN OTOT LENGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia,

ANAK AGUNG GEDE ANOM NIM:

BAB III METODE PENELITIAN

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Kadek Sutyantara, Ni Luh Kadek Alit Arsani, I Nyoman Sudarmada

PENGARUH PELATIHAN LADDER PRACTICE TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN DAN KELINCAHAN

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkannya, karena hampir setiap toko olahraga menjual peralatan tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian diperlukan langkah-langkah yang direncanakan dan

PENGARUH LATIHAN BALL FEELING TERHADAP KEMAMPUAN DRIBBLING PEMAIN SEKOLAH SEPAKBOLA (SSB) KALASAN

BAB I PENDAHULUAN. pada cabang olahraga yang diikuti (Halim, 2004). Olahraga dapat dilakukan

PENGARUH PELATIHAN PLAIOMETRIC SIDE JUMP SPRINT TERHADAP KECEPATAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen murni diartikan sebagai

Transkripsi:

PENGARUH PELATIHAN MENARIK KATROL BEBAN 5 KG DUABELAS REPETISI TIGA SET DAN SEMBILN REPETISI EMPAT SET TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN SISWA SMK-1 DENPASAR Luh Putu Tuti Ariani Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha ariani_tuti@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan menarik katrol beban 5 dengan dua belas repetisi tiga set dan Sembilan repetisi 4 set terhadap daya ledak otot lengan siswa SMK 1 Denpasar. Pelatihan dilaksanakan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu. Jumlah sampel 28 orang diambil secara purposive random. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok 1 diberikan pelatihan menarik katrol 5 kg dua belas repetisi 3 set sedangkan kelompok 2 diberikan pelatihan menarik katrol 5 kg dengan 9 repetisi 4 set selama 6 minggu. Data daya ledak otot lengan diambil pada saat sebelum dan sesudah pelatihan dengan menggunakan alat ukur bola softball. Data hasil pengukuran power otot lengan dianalisis dengan bantuan program SPSS 16.0. Beda rerata daya ledak otot lengan antara sebelum dan sesudah pelatihan dianalisis dengan paired t-test, sedangkan untuk mengetahui perbedaan peningkatan rerata daya ledak otot lengan antara masing-masing kelompok dianalisis dengan independent t-test dengan taraf signifikansi 0.05. Rerata daya ledak otot lengan sebelum pelatihan pada kelompok -1 adalah 29,56 meter dan setelah pelatihan 35,79 meter dengan selisih 6,23 meter yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Sedangkan rerata daya ledak otot lengan kelompok-2 sebelum pelatihan 29,52 meter dan setelah pelatihan 31,80 meter dengan selisih 1,24 meter yang menunjukkan perbedaan bermakna. Disimpulkan bahwa pelatihan menarik katrol beban 5 kg dua belas repetisi dan tiga set dan pelatihan menarik katrol beban 5 kg sembilan repetisi dan empat set dapat meningkatkan daya ledak otot lengan. Pelatihan menarik katrol beban 5 kg dua belas repetisi dan tiga set lebih baik dibandingkan dengan pelatihan menarik katrol beban 5 kg sembilan repetisi dan empat set pada siswa SMK-1 Denpasar. Kata kunci : pelatihan, daya ledak, menarik katrol 50

PENDAHULUAN Olahraga merupakan suatu aktivitas yang banyak dilakukan oleh masyarakat, keberadaannya sekarang ini tidak lagi dipandang sebelah mata tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, sebab olahraga dewasa ini sudah dilakukan oleh masyarakat baik orang tua, remaja, maupun anak-anak. Hal ini terbukti pada hari-hari libur di lapanganlapangan serta tempat tempat lainnya yang memungkinkan untuk melakukan kegiatan olahraga. Olahraga berdasarkan sifat dan tujuannya dapat dibagi menjadi olahraga prestasi, olahraga pendidikan, serta olahraga kesehatan (Kanca, 2006). Bentuk pelaksanaan latihan olahraga yang dilakukan berbeda-beda disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Olahraga prestasi merupakan olahraga yang lebih menekankan pada peningkatan prestasi seorang atlet pada cabang olahraga tertentu. Prestasi olahraga dihasilkan melalui program pembinaan dan pengembangan secara bertahap dan berkesinambungan, peranan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya manusia dan sumber daya alam mempengaruhi pencapaian prestasi. Dalam suatu pelatihan pencapaian prestasi secara maksimal tidak lepas dari aspek fisik, tehnik, taktik dan mental. Menurut Bompa (2000) faktor-faktor dasar latihan yaitu meliputi persiapan fisik, tehnik, taktik dan kejiwaan (psikologi). Di samping itu juga komponen penting yang menentukan keberhasilan seorang atlet untuk berprestasi adalah kesegaran jasmani. Tanpa kesegaran jasmani yang prima atlet tidak akan berhasil memperoleh prestasi walaupun memiliki keterampilan tehnik dan taktik yang baik. Kenyataan menunjukkan bahwa kesegaran jasmani yang baik berhubungan dengan prestasi olahraga. Latihan fisik dalam rangka memperbaiki dan 51

mengembangkan kesegaran jasmani merupakan jawaban yang tepat untuk menghadapi keadaan darurat dan tekanan-tekanan yang datang mendadak dalam kehidupan (Setijono, 2001). Permainan bulutangkis sarat dengan berbagai kemampuan dan keterampilan gerak yang kompleks. Sepintas lalu dapat diamati bahwa pemain harus melakukan gerakangerakan seperti lari cepat, berhenti dengan tiba-tiba dan segera bergerak lagi, gerak meloncat, menjangkau, memutar badan dengan cepat, melakukan langkah lebar tanpa pernah kehilangan keseimbangan tubuh sehingga aspek kondisi fisik dapat memegang peranan penting untuk permainan bulutangkis yang membutuhkan kualitas kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, kelincahan, dan koordinasi gerak yang baik. Berdasarkan hal tersebut salah satu komponen biomotorik dalam permainan bulutangkis tidak lepas dari daya ledak otot lengan karena melibatkan pukulan-pukulan di atas untuk menghasilkan pukulan yang keras, dibutuhkan tenaga yang maksimal, yang bersumber dari kekuatan otot-otot bagian tubuh, yang melibatkan segmen-segmen otot lengan dalam suatu rangkain gerakan memukul yang utuh. Daya ledak merupakan kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Tipe pelatihan hendaknya menyerupai gerakan memukul atas (overhead) pada olahraga bulutangkis sehingga komponen biomotorik yang dilatih (spesifikasinya) tepat sasaran yaitu meningkatkan daya ledak otot lengan, sehingga perlu dikembangkan tipe pelatihan yang posisinya disesuaikan dengan karakteristik permainan bulutangkis pada saat melakukan pukulan atas (overhead). Bentuk pelatihan menarik katrol merupakan salah satu bentuk pelatihan beban dengan memberikan 52

tahanan eksternal, berupa karung pasir berbeban yang ditarik dengan menggunakan katrol. Cara pelatihan dengan menarik lengan dari belakang, atas kepala setinggi jangkauan tangan dengan arah gerakan dari atas ke bawah, posisi tubuh berdiri Terkait dengan uraian di atas, maka sangat penting dilakukan penelitian yang mengkaji tentang Pengaruh Pelatihan Menarik Katrol Beban 5 kg, 12 repetisi, 3 set lebih baik daripada 9 repetisi 4 set terhadap daya ledak otot lengan siswa SMK N 1 Denpasar. METODE Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan the random mized pre and post design (Pocock, 2008). Penelitian dilaksanakan di lapangan Lumintang Denpasar. Penelitian dilaksanakan selama 6 minggu dengan frekuensi latihan 1 minggu 3 kali yaitu pada hari Senin, Rabu dan Jumat, pagi hari pukul 05.30 Wita sampai selesai. Subjek diambil dari siswa putra kelas X SMK Negeri 1 Denpasar yang memilih kegiatan ekstrakurikuler bulutungkis sebanyak 40 orang. Untuk kelompok 1 diberi perlakuan (treatment) menarik katrol beban 5 kg, 12 repetisi, 3 set. Untuk kelompok II diberi perlakuan (treatment) menarik katrol beban 5 kg, 9 repetisi, 4 set. HASIL Karakteristik subjek penelitian yang meliputi: umur, berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh, dan kebugaran fisik sebelum pelatihan pada kedua kelompok. Karakteristik dapat dilihat pada Tabel 01. 53

Tabel 01. Karakteristik Fisik siswa SMK Negeri -1 Denpasar Karakteristik Subjek KLP-1 KLP- 2 Rerata ±SB Rentang Rerata ±SB Rentang Umur (th) 16,21 ± 0,30 15,66-16,83 16,12 ± 0,41 15,58-16,75 Berat badan (kg) 57,36 ± 13,61 41-82 55,00 ± 9,44 41-76 Tinggi badan (cm) 168,21 ± 6,12 158-180 165,79 ± 8,08 153-178 IMT (kg/m 2 ) 20,62 ± 3,61 17,14-27,86 20,76 ± 2,54 17,31-25,4 Kebugaran Fisik (mnt) 7 ± 1,30 10.30-14.56 11,91 ± 1,33 10.10-14.14 Keterangan: SB = Simpangan Baku KLP-1 = Kelompok-1 (pelatihan menarik katrol beban 5 kg, dua belas repetisi, tiga set) KLP-2 = Kelompok-2 (pelatihan menarik katrol beban lima kg, sembilan repetisi, empat set) Data hasil daya ledak bertujuan untuk membandingkan rerata daya ledak otot lengan antar kelompok pelatihan sebelum dan sesudah pelatihan. Dengan hasil analisis kemaknaan dengan uji t berpasangan, yang disajikan pada Tabel 02. Tabel 2. Data Hasil Daya Ledak Otot Lengan Sebelum dan Sesudah Pelatihan siswa SMK-1 Denpasar No Kelompok Sebelum Sesudah Mean SD Mean SD 1 I 29,56 5.37 35,79 5.78 2 II 29,52 4.40 31,80 4.19 54

Tabel 2 menunjukkan bahwa data hasil daya ledak otot lengan sebelum dan sesudah pelatihan kedua kelompok pelatihan memiliki nilai p lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti pada masing-masing kelompok terjadi peningkatan daya ledak otot lengan secara bermakna. Dengan demikian pelatihan menarik katrol beban lima kg, duabelas repetisi, tiga set dan pelatihan menarik katrol beban lima kg, sembilan repetisi, empat set dapat meningkatkan daya ledak otot lengan. Rerata peningkatan daya ledak otot lengan pada kelompok-1 lebih besar daripada kelompok-2. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelatihan kelompok satu menghasilkan peningkatan daya ledak otot lengan lebih besar daripada pelatihan kelompok-2. Perbedaan peningkatan daya ledak otot lengan sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 03. Tabel 03. Perbedaan Peningkatan Daya Ledak Otot Lengan Sebelum dan Sesudah Pelatihan antar kelompok-1 dan kelompok-2 Pelatihan I II Sebelum 29,56 29,52 Sesudah 35,79 31,80 Selisih 6,23 m (21,07%) 2,28 m (7,73%) Tabel 3. menunjukkan perbedaan peningkatan daya ledak otot lengan sesudah pelatihan pada masing masing kelompok. Berdasarkan persentase rerata peningkatan daya ledak otot lengan sesudah pelatihan selama enam minggu menunjukkan bahwa persentase rerata peningkatan daya ledak otot lengan pada kelompok satu yaitu pelatihan menarik katrol beban lima kg, dua belas repetisi, tiga set lebih besar daripada kelompok 55

pelatihan menarik katrol beban lima kg, sembilan repetisi, empat set. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa pelatihan menarik katrol beban beban lima kg, dua belas repetisi, tiga set menghasilkan peningkatan daya ledak otot lengan lebih baik dibandingkan dengan pelatihan menarik katrol beban lima kg, sembilan repetisi, empat set. Analisis perbedaan efek perlakuan diuji berdasarkan gain score (selisih nilai pretes dan postes) daya ledak otot lengan antar kelompok pelatihan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada tabel 04. Tabel 04. Hasil Uji perbedaan Gain Score daya ledak otot lengan kelompok 1 dan kelompok 2 Kelompok Rerata SD L P Kelompok 1 6,23 2,03 Kelompok 2 2,28 1,16 6,299 0,000 Tabel 4 di atas, menunjukkan bahwa rerata gain score daya ledak otot lengan kelompok 1 sebesar 6,23 dan rerata gain score daya ledak otot lengan kelompok 2 adalah 2,28. Analisis kemaknaan dengan uji t- independent menunjukkan nilai t = 6,299 dan nilai p = 0,000. Hal ini berarti bahwa antara kelompok 1 dan kelompok-2 setelah diberi perlakuan, rerata daya ledak otot lengannya berbeda secara bermakna (p<0,05). Dalam hal ini peningkatan rerata daya ledakotot kelompok-1 lebih besar dari pada peningkatan rerata daya ledak otot lengan kelompok-2. 56

PEMBAHASAN Subjek penelitian berjumlah 40 orang siswa kelas 1 ekstrakurikuler bulutangkis SMK Negeri-1 Denpasar. Rerata umur subjek penelitian pada kelompok pelatihan-1 rerata 16,21 dan kelompok pelatihan-2 rerata 16,12. Hal ini menunjukkan subjek penelitian memiliki karakteristik umur yang tidak berbeda bermakna. Pelatihan spesialisasi pada cabang olahraga bulutangkis dapat diberikan pada usia 14-16 tahun (Juliantine, dkk 2007), sehingga pelatihan yang diterapkan tidak berpengaruh buruk terhadap struktur dan fungsi tubuh dan aman bagi subjek. Rerata tinggi badan subjek penelitian adalah rerata 168,21 cm pada kelompok pelatihan-1 dan rerata 165,79 cm pada kelompok pelatihan-2. Rerata berat badan siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK Negeri-1 Denpasar yang dipakai sebagai subjek penelitian adalah rerata 57,36 kg pada kelompok pelatihan-1 dan rerata 55,00 kg pada kelompok pelatihan-2. Dari hasil uji homogenitas, terlihat bahwa tinggi badan dan berat badan siswa pada kedua kelompok pelatihan adalah homogen (p >0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki karakteristik tinggi badan dan berat badan yang tidak berbeda bermakna. Berdasarkan hasil tes daya ledak otot lengan selama pelatihan selama enam minggu dari tes awal sampai test akhir diperoleh rerata daya ledak otot lengan sebelum pelatihan 29,56 m dan setelah pelatihan 35,79 m dengan selisih 6,23 m daya ledak otot lengan pada kelompok-1. Rerata daya ledak otot lengan sebelum pelatihan pada kelompok-2 adalah 29,52 m dan 31,80 setelah pelatihan 31,80 m dengan selisih daya ledak 2,28 m. Pelatihan menarik katrol beban lima kg duabelas repetisi, tiga set yang dilakukan oleh kelompok-1 menggunakan waktu kurang lebih 15 57

detik tiap set, dengan waktu istirahat lima menit tiap set. Sedangkan pelatihan menarik katrol beban 5 kg, sembilan repetisi, empat set yang diterapkan pada kelompok-2 memerlukan waktu kurang lebih 12 detik tiap set, dengan waktu istirahat lima menit tiap set. Perbandingan kedua pelatihan menimbulkan efek dalam pelatihan tersebut menggunakan uji t-tidak berpasangan (t-independent tes) pada lampiran XV. Berdasarkan uji t-tidak berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan pelatihan kedua kelompok untuk meningkatkan daya ledak otot lengan sesudah pelatihan pada kelompok-1 berbeda bermakna dibanding kelompok-2 dengan nilai p lebih kecil dari 0,05. Dimana terdapat peningkatan daya ledak otot lengan kelompok-1 lebih besar daripada kelompok-2 (tabel 5.4). Dengan demikian hipotesis 3 terbukti yakni pelatihan menarik katrol beban lima kg, duabelas repetisi, tiga set lebih baik daripada menarik katrol beban lima kg, sembilan repetisi, empat set. Berdasarkan sistem penggunaan energi yang digunakan dengan memperhatikan waktu selama pelatihan kedua kelompok berdasarkan lama pelatihan maka energi yang dipergunakan untuk pelatihan menarik katrol berasal dari metabolisme anaerobik sistem ATP- PCR (Sports Fitnes Advisor, 2011) dengan alasan latihan yang menggunakan waktu 3-15 detik akan mendapatkan potensi daya ledak secara maksimal atau yang paling besar. Faktor perbedaan peningkatan dari efeknnya pelatihan tersebut karena adanya perbedaan beban latihan dalam jumlah repetisi dan jumlah set nya. Pengulangan yang tinggi akan menjadikan pelatihan menjadi sangat efektif dan hal ini akan sangat baik untuk mengembangkan serabut otot putih sangat diperlukan dalam daya ledak eksplosif (Nala, 58

2002). Serta perbandingan waktu yang dihabiskan setiap set antar kelompok pelatihan-1 dan kelompok pelatihan-2 yang tidak sama menimbulkan dampak pemulihan yang tidak adekuat menyebabkan terjadinya penimbunan asam laktat pada set berikutnya (Valeo, 2009). Hal ini disamping karena perbedaan repetisi, set juga waktu istirahat yang sama antar set menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara waktu kerja dan istirahat pada kelompok-1 dan kelompok-2. Efek pelatihan kelompok-1, memacu bagian tubuh untuk memenuhi kebutuhan beban kerja tersebut, dengan repetisi yang lebih banyak menimbulkan kemampuan reflek yang lebih baik dan pengalaman sensoris yang lebih kuat terpola pada sistem saraf pusat serta memaksimalkan pelepasan berbagai hormon, termasuk testosteron dan hormon pertumbuhan (Lawrensen, 2008). Dengan demikian pelatihan kelompok-1 menjadi lebih baik dibandingkan pelatihan kelompok-2. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: Pelatihan menarik katrol beban lima kg, duabelas repetisi, tiga set selama enam minggu, dapat meningkatkan daya ledak otot lengan pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK Negeri-1 Denpasar. Pelatihan menarik katrol beban lima kg, sembilan repetisi, empat set selama enam minggu, dapat meningkatkan daya ledak otot lengan pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK Negeri-1 Denpasar. Pelatihan menarik katrol beban lima kg, duabelas repetisi, tiga set selama enam minggu lebih baik daripada pelatihan menarik katrol beban lima kg, sembilan repetisi, empat set selama enam minggu, dalam meningkatkan daya ledak otot lengan 59

siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK Negeri-1 Denpasar. DAFTAR PUSTAKA Bompa, T. O. 2000. Total Training For Young Champions. Campaign: Human Kinetics Kanca. 2006. Pencegahan Penyakit Degeneratif Usia Dini melalui pelatihan Olahraga: Suatu Kajian Fisiobologis. Makalah Orasi Pengenalan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Undiksha Singaraja. Nala, N. 2002. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Komite. Olahraga Nasional Indonesia Daerah Bali. Nurhasan. 2008. Tes Kemampuan Komponen Fisik Dasar Cabang- Cabang Olahraga Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UPI. Setijono, H. 2001. Instruktur fitnes. ISBN: 979-678-890-9. Surabaya: Unesa University Press. Sports Fitnes Adviser, 2011. Energi Sytem in Sports and Exercise. [cited 2011 Juni 21]. Available from: http://www.sports-fitnesadviser.com. Sukadiyanto. 2005. Penghantar Teori dan Metodelogi Melatih Fisik. Yogyakarta: PKO-FIK-UNY 60