BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 001 TAHUN 2018 TENTANG TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB II PENERIMAAN DAERAH DAN PENGALIHAN PBB-P2

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Suksesnya pembangunan negara Indonesia tidak terlepas dari dana yang

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

SEKILAS PAJAK DAERAH DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 BUKU SAKU PERPAJAKAN BAGI UMKM

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jakarta khususnya di kantor Dinas Pelayanan Pajak (DPP) DKI Jakarta, beralamat

BAB I PENDAHULUAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2009:21). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri ( PKLM ) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reklame, dasar hukum pemungutan pajak reklame.

BAB I PENDAHULUAN. membuat pengelompokkan jenis pajak berdasarkan aktivitas yang menyebabkan

MACHDANIYATUL AZIZAH B

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Dengan adanya pajak sebagai sumber PAD, daerah dapat membiayai. pembangunan secara optimal. Dalam Undang-undang RI Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga

Keterangan Pers POKOK-POKOK PENGATURAN UNDANG-UNDANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (2007:2) bahwa: Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan Menurut pendapat ahli mengenai pengertian pajak: Menurut Resmi (2011:1) adalah, pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbalan (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan bahwa pajak memiliki unsur-unsur: 1. Iuran dari rakyat kepada Negara 2. Berdasarkan und ang-undang, tujuannya adalah agar mengikat semua orang untuk mematuhinya dan tercipta keadilan dan kepastian hukum dalam pelaksanaanya. 3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk. 4. Digunakan untuk membiayai Negara yaitu untuk pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. 2.2 Fungsi Pajak Fungsi pajak menurut Maksum (2009:1), lebih kepada manfaat pokok atau kegunaaan pokok dari pajak itu sendiri, pajak mempunyai peranan yang sangat penting untuk kehidupan bernegara, karena pajak merupakan sumber pendapatan negara dan pajak akan digunakan untuk membiayai APBN, maka beberapa fungsi pajak antara lain, 6

7 1. Fungsi Anggaran (budgertair), kegunaan pajak sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undangundang perpajakan yang berlaku, jadi pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara terkait proses pemerintahan. 2. Fungsi Mengatur (regulerend), yaitu suatu fungsi dimana pajak diperguanakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, dan merupakan fungsi tambahan, jadi sebagai pelengkap dari fungsi utama pajak. 3. Fungsi Stabilitas, yaitu dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, hal ini bisa dilakukan dengan mengatur peredaran uang dimasyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien. 4. Fungsi retribusi pendapatan, pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk untuk membiayai pembangunan. 2.3 Pengertian Pajak Daerah Pajak Daerah merupakan salah satu pendapatan yang memberi kontribusi Pendapatan Asli Daerah. Pajak Daerah Menurut UU 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi (2009:3) menyatakan bahwa : Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sehingga, pajak merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah dengan peraturan (Perda), yang wewenang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di tersebut untuk mensejahterakan rakyat. 2.3.1 Jenis-Jenis Pajak Daerah Menurut UU No.28 Tahun 2009 tentang Jenis jenis Pajak Daerah (2009:11) yaitu sebagai berikut: (1) Jenis Pajak provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor; b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan

8 e. Pajak Rokok. (2) Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan Jalan; f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir; h. Pajak Air Tanah; i. Pajak Sarang Burung Walet; j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. (3) Daerah dilarang memungut pajak selain jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2). (4) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (5) Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan provinsi, tetapi tidak terbagi dalam kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis Pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari Pajak untuk provinsi dan Pajak untuk kabupaten/kota. 2.3.2 Objek Pajak Undang-undang nomor 18 tahun 1997 maupun undang- undang nomor 34 tahun 2000 tidak secara tegas dan jelas menentukan apa yang menjadi objek pajak pada setiap jenis pajak, tetapi menyerahkannya pada peraturan pemerintah. Penentuan yang menjadi objek pajak pada saat ini diatur pada Peraturan Pemerintah nomor 65 tahun 2001 tentang pajak, dan saat ini yang terbaru Undang undang No. 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi. Hal ini merupakan penentuan objek pajak secara umum, mengingat pemberlakuan suatu jenis pajak pada suatu propinsi atau kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan untuk mengetahui apa yang menjadi objek pajak harus dilihat apa yang ditetapkkan peraturan dimaksud sebagai objek pajak. 2.3.3 Subjek Pajak Daerah Dalam pemungutan pajak, terdapat istilah yang kadang disamakan walaupun sebenarnya memiiki pengertian yang berbeda yaitu subjek pajak dan wajib pajak. Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat

9 dikenakan pajak. Dengan demikian, siapa saja baik orang pribadi atau badan, yang memenuhi syarat objektif yang ditentukan dalam suatu peraturan tentang pajak, akan menjadi subjek. Sementara yang menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundangundangan perpajakan diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu. Oleh sebab itu, seseorang atau suatu badan menjadi wajib pajak apabila telah ditentukan oleh peraturan untuk melakukan pembayaran pajak, serta orang atau badan yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari subjek pajak. Hal ini menunjukkan bahwa wajib pajak dapat merupakan subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak maupun pihak lain yang bukan merupakan merupakan subjek pajak, yang berwenang memungut pajak dari subjek wajib pajak. 2.4 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Pajak bumi dan bangunan menurut Peraturan Daerah Kota Palembang nomor 3 tahun 2011 tentang pajak bumi dan bangunan perkotaan (2011:1) menerangkan bahwa : Pajak atas Bumi dan / atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan / atau dimanfaatkan oleh Orang Pribadi / Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kota. Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. 2.4.1 Objek Pajak Bumi dan Bangunan Objek pajak bumi dan bangunan, dengan nama pajak bumi dan bangunan perkotaan dipungut pajak atas kepemilikan, pengusahaan dan / atau pemanfaatan bumi dan / atau bangunan. Objek pajak bumi dan bangunan perkotaan menurut Peraturan Daerah Kota Palembang nomor 3 tahun 2011 tentang pajak bumi dan bangunan perkotaan menjelaskan bahwa: Objek pajak bumi dan bangunan perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang

10 pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. 1.4.2 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Subjek pajak dan wajib pajak bumi dan bangunan menurut Peraturan Daerah Kota Palembang nomor 3 tahun 2011 tentang pajak bumi dan bangunan perkotaan adalah Subjek pajak orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan / atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan / atau memiliki, menguasai, dan / atau memperoleh manfaat atas Bangunan. Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatau hak atas Bumi dan / atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan / atau memiliki, menguasai, dan / atau memperoleh manfaat atas Bangunan. 2.5 Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan menurut Peraturan kota Palembang nomor 1 tahun 2011 tentang Bea Perolahan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah : Pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hokum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan.Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, serta bangunan di atasnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan. 2.5.1 Objek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Objek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan menurut Peraturan kota Palembang nomor 1 tahun 2011 tentang Bea Perolahan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah : Objek BPHTB, dengan nama Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan yang dipungut bayaran atas pajak atas setiap perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Objek Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan adalah Perolehan Atas Tanah Dan/Atau Bangunan. 2.5.2 Subjek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

11 Subjek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan menurut Peraturan kota Palembang nomor 1 tahun 2011 tentang Bea Perolahan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah : Subjek pajak dan Wajib Pajak BPHTB, Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas tanah dan/atau Bangunan,Wajib Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. 2.6 Penelitian Lain Yang Relevan Dalam Laporan Akhir ini, Penulis mengangkat sebuah penelitian terdahulu yang ditulis oleh beberapa peneneliti mengenai pengaruh Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah. Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian yang Relevan No Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun Data Penelitian Hasil Penelitian 1. Septian Dwi Pengaruh 2010 X1 dan X2 Kurniawan penerimaan pajak Sebagai Variable dan retribusi peningkatan Bebas (Independen Variable) yaitu Pajak di kabupaten dan ponorogo retribusi Y Sebagai Variable Tidak Bebas (Dependent Variable) Yaitu Pendapatan Asli Daerah Hasil regresi linier berganda menunjukan bahwa pajak berpengaruh positif pertumbuhan ekonomi sebesar 1,90 dan retribusi berpengaruh positif pertumbuhan ekonomi sebesar

12 0,873. 2. Dian Analisis pengaruh 2010 X1 dan X2 Hasilnya adalah Anggeraini penerimaan pajak Sebagai pajak dan dan retribusi Variable retribusi Bebas sama-sama peningkatan (Independen berpengaruh pendapatan asli Variable) yaitu Pajak pendapatan asli dan. Ini retribusi dibuktkan di uji t Y Sebagai untuk pajak Variable t hitung > t tabel Dependent (9,078 > 2,0369) Variable Sedangkan untuk Yaitu retribusi t Pendapatan hitung > t tabel Asli Daerah (11,874 > 2,0369) 3. M. ricky Pengaruh Pajak 2012 Variabel Hasilnya bahwa ardiansyah Daerah Retribusi Terhadap dan Daerah independen adalah Pajak dan pajak dan retribusi secara Pendapatan Asli Daerah kota Palembang (Studi kasus Dinas Pendapatan Daerah Kota Palembang) Tahun 2008 retribusi sedangkan variabel dependent adalah bersama sama berpengaruh. Ini dapat dilihat dari hasil uji 2011 ANOVA atau uji f sebesar 44,500 dengan probabilitas

13 4 Reny Rinawati Analisis pengaruh pemungutan pajak reklame upaya peningkaan kota surabaya 5 Anak Agung Potensi penerimaan Gde Putrawan pajak bumi dan bangunan di kabupaten gianyar 2012 Variabel independen pajak reklame sedangkan variabel dependent adalah 2013 Variabel mandiri yaitu potensi penerimaan PBB yang digunakan untuk meningkatkan PAD 0,000. Karena probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 Dari hasil uji t hitung sebesar 1,313 dengan probabilitas 0,281 > 0,05 maka Ho diterima dan memiliki pengaruh yang signifikan penerimaan kota Surabaya Hasil pengujian keseluruhan dengan menggunakan uji Arima yaitu uji Ljung-Box dan nilai Q-stat di spss sebesar 6,572 dengan probabilitas > 0,05 maka Ho diterima artinya

14 tidak ada korelasi. 6 Nanang Pengaruh pajak 2013 Variabel Dari hasil uji F Budiana dan retribusi independen hitung = 175,508 adalah Pajak lebih besar dari pendapatan asli dan 19,00 dengan kota Makassar nilai probabilitas retribusi 0,006 maka Ho sedangkan diterima dan Ha variabel ditolak, berarti dependent nilai koefisien adalah regresi prediktor pajak dan retribusi memiliki pengaruh yang signifikan pendapatan asli. 2.7 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.7.1 Kerangka Pemikiran simultan Pajak Bumi dan Bangunan (X 1 ) parsial Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (X 2 ) Pajak Daerah (Y)

15 2.7.2 Hipotesis Menurut UU No 28 Tahun 2009 jenis-jenis pajak yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung wallet, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Dalam Penelitian ini Penulis Tertarik Melihat Bagaimana Pengaruh Komponen Pajak khususnya Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan peningkatan Pajak Daerah itu sendiri. 2.7.2.1 Pengaruh Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Daerah Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dalam perkembangannya Komponen yang berada didalam pajak ini sendiri banyak mengalami perubahan, penambahan objek pajak inilah yang menjadi potensi penerimaan pajak yang cukup besar bagi tiap tiap masing masing. Salah satu penambahan objek pajak yaitu penambahan atau pengalihan pajak bumi dan bangunan dari pusat ke. Siti Resmi (2012:231) bahwa objek pajak yang dimiliki, dikuasai, digunakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam meyelenggarakan pemerintahan, PBB adalah pajak negara yang sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan yang antara lain digunakan untuk penyediaan fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah pusat dan pemerintah. PBB yang diatur berdasarkan PERDA No 3 tahun 2011 diharapkan dapat mengintensifkan penerimaan PBB dalam Realisasi Penerimaan Pajak Asli Daerah sehingga dapat melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh secara parsial Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Daerah yang diatur oleh PERDA Kota Palembang No 3 Tahun 2011. Dengan rumus hipotesis sebagai berikut:

16 H o : Pajak Bumi dan Bangunan berpengaruh signifikan Pajak Daerah H A : Pajak Bumi dan Banguan tidak berpengaruh signifikan Pajak Daerah 2.7.2.2 Pengaruh BPHTB Pajak Asli Daerah Terhadap orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perlu dikenakan pajak dengan nama Bea Peolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2000 dan PERDA No 1 tahun 2011 tentang Bea Perolahan Hak Atas Tanah dan Bangunan. BPHTB juga adalah salah satu penambahan objek pajak yaitu dari pusat ke yang merupakan pajak peralihan dari pusat ke. Siti resmi (2012:255) BPHTB sebagai implementasi UU No 28 tahun 2009 mulai 1 januari 2011 pengelolaan BPHTB dialihkan dari Pemeintah Pusat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota, khusunya di kota Palembang diatur dalam PERDA No 1 tahun 2011 yang dimaksudkan agar dapat mengintensifkan penerimaan BPHTB dalam realisasi penerimaan Pajak Asli Daerah sehingga dapat melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh secara parsial Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Pajak Daerah. Dengan rumus hipotesis sebagai berikut: H 0 : BPHTB berpengaruh signifikan Pajak Daerah H A : Pajak Bumi dan Banguan tidak berpengaruh signifikan Pajak Daerah 2.7.2.3 Pengaruh PBB dan BPHTB secara Simultan Pajak Daerah Peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh secara simultan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Pajak Daerah. Dengan rumus hipotesis sebagai berikut: H o : Pajak Bumi dan Bangunan dan BPHTB berpengaruh signifikan Pajak Daerah H A : Pajak Bumi dan Banguan dan BPHTB tidak berpengaruh signifikan Pajak Daerah