BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

PENGUJIAN DAYA HASIL GALUR-GALUR PADI GOGO HASIL KULTUR ANTERA DAN RESISTENSINYA TERHADAP PENYAKIT BLAS DAUN (Pyricularia grisea) RICHENLY NANLOHY

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

METODE PELAKSANAAN. Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun

TATA CARA PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

Sumber : Nurman S.P. (

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAB III METODE PENELITIAN Ketinggian tempat ± 90 m dpl, jenis tanah latosol.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Penelitian ini

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

m. BAHAN DAN METODE KO = Tanpa pupuk kalium (control) Kl = 50 kg KCl/ha = 30 kg KjO/ha (30 g KCl/plot)

III. BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Nama Tiga Belas Genotipe Gandum

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan alang-alang di Kelurahan Segalamider,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Muji Mulyo, Desa Muara Putih, Kecamatan

Transkripsi:

11 BAHAN DAN METODE I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Babakan, Kecamatan Darmaga, Bogor Jawa Barat. Kebun terletak pada ketinggian 190 m di atas permukaan laut (dpl) (Lampiran 1). Percobaan dilaksanakan pada musim kemarau dari bulan Mei 2008 September 2008. Bahan dan Alat Pada percobaan ini digunakan benih dari 16 galur padi gogo hasil kultur antera yaitu : IW- 54, IW-56, IW- 64, IW-67, WI-43, WI-44, GI-7, O18b-1, IG-19, IG-38, A3-2, A3-7, B13-2a, B13-2d, B13-2e, D19-1 dan Jatiluhur sebagai varietas pembanding. Alat yang digunakan cangkul, ember, tali, bambu dan alat tulis. Pelaksanaan Percobaan Persiapan Tanam : Tanah diolah dua minggu sebelum tanam. Tanah yang sudah diolah kemudian dibuat petakan sebanyak 51 petak dengan ukuran tiap petak 3,0 m x 3,6 m, jarak antar petak 0,5 m. Pupuk kandang diberikan seminggu sebelum ditanam sebanyak 10,8 kg/petak atau 10 ton/ha. Pupuk anorganik diberikan dengan dosis Urea 200 kg/ha (diberikan 3 kali), SP36 100 kg/ha dan KCl 75 kg/ha. Pupuk SP36 dan KCl diberikan seluruhnya dan Urea 1/3 pada saat tanam, diberikan dengan cara dilarik disamping baris tanaman. Benih ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm dengan cara ditugal sebanyak 3 butir/lubang sedalam 3 cm dan diberi Furadan. Benih sebelum ditanam dioven selama 2 hari dengan suhu 40 0 C. Total populasi tiap petak 180 rumpun. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan meliputi penyulaman pada 2 MST, pengairan (disesuaikan dengan kondisi lapangan), penyiangan dan pengendalian hama penyakit. Sisa pupuk Urea 1/3 diberikan pada 5 MST dan 1/3 bagian saat primordia bunga dan diberikan dengan cara dilarik di samping tanaman. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan kored dan tangan. Pengendalian hama dilakukan pada saat munculnya gejala serangan hama dan penyakit.

12 Pengamatan Pengambilan 5 tanaman contoh secara acak dilakukan pada setiap petak percobaan. Tanaman contoh terletak bukan di baris terluar. Karakter-karakter yang diamati meliputi fase vegetatif, komponen hasil dan hasil. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga daun terpanjang, pengamatan dilakukan pada 45 HST, sedangkan tinggi tanaman saat panen diukur dari permukaan tanah hingga malai terpanjang. Jumlah anakan dihitung pada waktu panen. Umur berbunga (hari) dihitung jika malai telah muncul 80 % dari populasi tanaman. Umur panen (hari) dihitung jika 80 % malai siap dipanen. Jumlah anakan produktif (batang/rumpun) dihitung berdasarkan jumlah anakan bermalai pada saat panen. Panjang malai, diukur dari leher malai sampai ujung malai (cm) (diambil 3 malai dari tiap tanaman contoh). Peubah lain yang diukur adalah jumlah gabah per malai (butir), jumlah gabah hampa per malai (butir), jumlah gabah isi per malai (butir), persentase gabah isi dan persentase gabah hampa, bobot 1000 butir (g), hasil per rumpun (g), hasil per petak (kg). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F, dan jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5 %. II. Uji Ketahanan Galur-Galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera terhadap Penyakit Blas Daun. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan Desa Bojong, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang merupakan daerah endemik panyakit blas (Pyricularia grisea November 2008 - Maret 2009. Bahan dan Alat Dalam percobaan L). Percobaan dilakukan pada musim hujan dari bulan digunakan benih dari 16 galur padi gogo hasil kultur antera yaitu : IW- 54, IW-56, IW- 64, IW-67, WI-43, WI-44, GI-7, O18b-1, IG-19, IG-38, A3-2, A3-7, B13-2a, B13-2d, B13-2e, D19-1 dan varietas Jatiluhur, Batutegi, Limboto sebagai varietas tahan dan Cisokan varietas rentan. Alat yang digunakan pacul, ember, tali, bambu dan alat tulis.

13 Pelaksanaan Percobaan Tanah diolah dua minggu sebelum tanam. Ada 20 galur/varietas. Setiap galur ditanam 2 baris. Jarak antar baris 10 cm, jarak dalam baris 5 cm, panjang baris 50 cm. Benih ditanam secara larikan. Pupuk buatan diberikan dengan dosis Urea 200 kg/ha (diberikan 3 kali), SP36 100 kg/ha dan KCl 75 kg/ha. Pupuk SP36 dan KCl diberikan seluruhnya dan Urea 1/3 pada saat tanam, diberikan dengan cara dilarik disamping baris tanaman. Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan meliputi penyulaman pada 2 MST, pengairan (disesuaikan dengan kondisi lapangan), penyiangan. Sisa pupuk Urea 1/3 diberikan pada 5 MST dan 1/3 bagian saat primordia bunga dan diberikan dengan cara dilarik di samping tanaman. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan kored dan tangan. Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengambil 5 tanaman contoh. Daun yang diamati adalah tiga daun dari pucuk daun yang membuka sempurna. Pengamatan dilakukan setiap minggu. Pengamatan dilakukan terhadap : 1. Skala penyakit : Penetapan skala berdasarkan standar IRRI (1996) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Skala penyakit berdasarkan standar IRRI Skala 0 Tidak ada bercak Gejala 1 Bercak sebesar ujung jarum (0,5%) dan berwarna coklat, tanpa ada pusat Sporulasi. 2 Bercak nekrotik keabu-abuan, bundar sampai sedikit memanjang berdiameter sekitar 1-2 mm, dengan pinggir berwarna coklat lebih besar dari ujung jarum. Bercak umumnya dijumpai pada bagian bawah daun (luas daun terserang 1 %). 3 Tipe bercak seperti pada skala 2, tetapi jumlah bercak nyata lebih banyak pada bagian atas daun (luas daun terserang 2 %). 4 Bercak tipe rentan, khas blas (belah ketupat dengan pusat abu-abu), sepanjang 3 mm atau lebih panjang, menginfeksi kurang dari 4 % luas daun.

14 Skala Gejala 5 Bercak tipe rentan, khas blas (belah ketupat dengan pusat abu-abu), menginfeksi 4-10 % luas daun. 6 Bercak tipe rentan, khas blas (belah ketupat dengan pusat abu-abu), menginfeksi 11-25 % luas daun. 7 Bercak tipe rentan, khas blas (belah ketupat dengan pusat abu-abu), menginfeksi 26-50 % luas daun. 8 Bercak tipe rentan, khas (belah ketupat dengan pusat abu-abu ), menginfeksi 51-75 % luas daun. 9 Menginfeksi lebih dari 75 % luas daun. Pengelompokan sifat ketahanan berdasarkan sistem Standard Evaluation for Blast Disease dari IRRI (1996). Skala Ketahanan 0 Sangat tahan 1-3 Tahan 4-6 Moderat tahan atau rentan 7-9 Bersifat rentan. 2. Intensitas serangan (%) : dihitung dengan rumus sebagai berikut : I = Σ ( n x v ) x 100 % (N X V) Keterangan : I = Intensitas serangan n = Jumlah daun terserang v = Skala masing-masing daun terserang N = Jumlah daun yang diamati V = Skala tertinggi dalam blas daun (9) 3. Periode laten : Waktu terinfeksinya tananam oleh patogen. III. Uji Daya Hasil Galur-Galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera di Daerah Endemik Penyakit Blas. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan Desa Bojong, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang merupakan daerah endemik panyakit blas (Pyricularia grisea November 2008 - Maret 2009. L). Percobaan dilakukan pada musim hujan dari bulan

15 Bahan dan Alat Dalam percobaan digunakan benih dari 16 galur padi gogo hasil kultur antera yaitu : IW- 54, IW-56, IW- 64, IW-67, WI-43, WI-44, GI-7, O18b-1, IG-19, IG-38, A3-2, A3-7, B13-2a, B13-2d, B13-2e, D19-1 dan varietas Jatiluhur, Batutegi, Limboto (kontrol tahan) dan Cisokan (kontrol rentan). Alat yang digunakan cangkul, ember, tali, bambu dan alat tulis. Pelaksanaan Percobaan Tanah diolah dua minggu sebelum tanam. Dibuat petakan sebanyak 60 petak dengan ukuran tiap petak 3 m x 3,6 m, jarak antar petak 0,5 m. Jarak tanam 30 cm x 15 cm. Benih sebelum ditanam dioven selama 2 hari dengan suhu 40 0 C. Benih ditanam sebanyak 3 butir/lubang dengan cara ditugal sedalam 3 cm. Total populasi tiap petak 240 rumpun. Pupuk buatan diberikan dengan dosis Urea 200 kg/ha (diberikan 3 kali), SP36 100 kg/ha dan KCl 75 kg/ha. Pupuk SP36 dan KCl diberikan seluruhnya dan Urea 1/3 pada saat tanam, diberikan dengan cara dilarik disamping baris tanaman. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan meliputi penyulaman pada 2 MST, pengairan (disesuaikan dengan kondisi lapangan), penyiangan dan pengendalian hama penyakit. Sisa pupuk Urea 1/3 diberikan pada 5 MST dan 1/3 bagian saat primordia bunga dan diberikan dengan cara dilarik di samping tanaman. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan kored dan tangan. Pengamatan Pengambilan 5 tanaman contoh secara acak dilakukan pada setiap petak percobaan. Tanaman contoh terletak bukan di baris terluar. Karakter-karakter yang diamati meliputi fase vegetatif, fase generatif dan komponen hasil. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga daun terpanjang, pengamatan dilakukan pada 45 HST, sedangkan tinggi tanaman saat panen diukur dari permukaan tanah hingga malai terpanjang. Jumlah anakan dihitung pada waktu panen. Umur berbunga (hari) dihitung jika telah muncul 80% dari populasi tanaman. Umur panen (hari) dihitung jika 80% malai siap dipanen. Jumlah anakan produktif (batang/rumpun) dihitung berdasarkan jumlah anakan bermalai pada saat panen. Panjang malai, diukur dari leher malai sampai ujung malai (cm)

16 (diambil 3 malai dari tiap tanaman contoh). Peubah lain yang diukur adalah jumlah gabah per malai (butir), jumlah gabah hampa per malai (butir), jumlah gabah isi per malai (butir), persentase gabah isi dan persentase gabah hampa, bobot 1000 butir (g), hasil per rumpun (g), hasil per petak (kg). Pengamatan mutu beras meliputi : 1. Ukuran dan bentuk beras Butir beras pecah kulit dan beras giling dari masing-masing galur diukur dengan menggunakan jangka sorong. Dari tiap galur diukur 10 butir beras pecah kulit dan beras giling. Ukuran dan bentuk beras mengikuti Tabel 2. Tabel 2. Standarisasi tipe beras berdasarkan ukuran dan bentuk beras. Skala USDA Ukuran Beras Pecah Kulit Beras Giling Ukuran (mm) Sangat panjang (extra long) 7,5 7,0 Panjang (long) 6,61-7,5 6-6,99 Sedang (medium) 5,51-6,60 5,50-5,99 Pendek (short) 5,51 5,0 Bentuk (panjang/lebar) Lonjong (slender) 3,0 3,0 Sedang (medium) 2,1 3,0 - Agak bulat 2,1 2,0 3,0 Bulat (round) - 2,0 Sumber USDA dalam Damardjati dan Purwani (1993). 2. Kadar amilosa. Sampel tepung beras sebanyak 40 g dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan air sebanyak 200 ml dan dikocok sampai homogen, kemudian dibilas dengan 160 ml air lagi. Larutan kemudian dimasukkan ke Brabender, pemanasan pertama pada suhu 30 0 C selama 3 menit, setelah itu suhu dinaikkan sampai menjadi 97 0 C selama 43,5 menit, lalu setelah mencapai suhu tersebut dipertahankan selama 20 menit. Tahap selanjutnya adalah pendinginan, yaitu dengan menurunkan suhu sampai 50 0 C selama 30 menit. Hasil dari proses dalam Brabender tercetak pada grafik yang kemudian dari

17 grafik tersebut dapat diketahui viscositas optimum, waktu gelatinasi dan waktu granula pecah. 3. Suhu gelatinasi Uji suhu gelatinasi ditentukan dengan menggunakan uji alkali, yaitu pengembangan dan kelarutan butir beras dalam larutan alkali lemah. Kegiatan pengujiannya adalah dengan menggunakan 6 butir beras utuh yang diletakkan dalam cawan petri kecil, kemudian ditambahkan larutan KOH 1,7% sebanyak 10 ml, ditutup dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30 0 C atau pada suhu kamar. Setelah itu dilakukan pengamatan visual terhadap tipe dan tingkat disintegrasi dari butir beras. Skala pengembangan dimulai dari nilai 1 (butir beras tetap utuh ) sampai nilai 7 ( butir beras hancur sama sekali) (Tabel 3). Tabel 3. Pedoman penilaian suhu gelatinasi Nilai Pengembangan (Speering) Kejernihan (Clearing) 1 Biji tetap utuh Biji putih bersih 2 Biji membesar Biji putih retak-retak 3 Biji membesar, sedikit retak-retak Biji putih, keruh 4 Biji membesar retak-retak Bagian tengah mengkilat, melebar bagian tepi keruh 5 Biji membelah, melebar tetapi Bagian tengah mengkilat, masih merupakan kesatuan bagian tepi terang 6 Biji berpencar dan hancur Bagian tengah keruh, bagian tepi terang 7 Biji hancur sama sekali Seluruh bagian terang Sumber USDA dalam Damardjati dan Purwani (1993).