BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
B. Status Obstetrikus (meliputi : paritas ibu dan jarak kelahiran) 1. Paritas Ibu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

KELAS IBU HAMIL. dr. Hafizah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi yang di kandung (Saifuddin, 2009:284). (Hani, 2011:12). Berdasarkan pengalaman praktek di polindes Kradenan

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan ingin menghadapi kelahiran dengan aman dan nyaman. Continuity

BAB I PENDAHULUAN. menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Antenatal care adalah pengawasan sebelum anak lahir untuk persiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di kawasan ASEAN yaitu sebesar 228/ kelahiran hidup (SDKI. abortus (11%), infeksi (10%), (SDKI 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dari partus lama pada prinsipnya adalah his yang tidak efisien (in adekuat), faktor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikandungnya. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minggu atau lebih, dapat hidup diluar kandungan, melalui jalan lahir atau. jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. nifas sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB 1. yang telah ditentukan dalam Millenium Development Goals (MDGs), Target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami

BAB I PENDAHULUAN. merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia adalah timbulnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat (Pantikawati dan Saryono,2010:1). Namun, dalam prosesnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. anak. Setiap prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. hamil, pencegahan, pengobatan penyakit dan rehabilitasi. Program ini

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

HUBUNGAN PERSALINAN KALA I MEMANJANG DENGAN KESEJAHTERAAN JANIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB IV METODELOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan Persalinan merupakan proses untuk mendorong keluar (ekspulsi) hasil pembuahan (yaitu janin yang viabel, plasenta dan ketuban) dari dalam uterus lewat vagina ke dunia luar. Normalnya proses ini berlangsung pada suatu saat ketika uterus tidak dapat tumbuh lebih besar lagi, ketika janin sudah cukup mature untuk dapat hidup diluar rahim tapi masih cukup kecil untuk dapat melalui jalan lahir. 8) Proses persalinan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu : 1. Kala Satu merupakan stadium dilatasi serviks. Kala satu berlangsung dari onset persalinan hingga dilatasi serviks yang lengkap. Durasi rata-rata kala satu adalah 10-12 jam pada primigravida dan sekitar 4-6 jam pada multipara. 8) 2. Kala dua berlangsung dari dilatasi lengkap serviks hingga kelahiran janin. Kala dua berlangsung selama rata-rata tiga perempat hingga satu jam pada primigravida dan sekitar 15-30 menit pada multipara. 8) 3. Kala tiga merupakan stadium pelepasan dan pelahiran plasenta. Proses pelahiran plasenta ini menghabiskan waktu lima menit hingga setengah jam dengan kontraksi uterus yang terjadi setiap 2-3 menit sekali. 8) B. Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan adalah : 1. Power Adalah tenaga atau kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otototot rahim ditambah kerja otot-otot volunter dari ibu, yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan. 8) 2. Passage Janin harus berjalan lewat rongga panggul, serviks dan vagina sebelum dilahirkan. Untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi tekanan atau resistensi yang ditimbulkan oleh struktur dasar panggul dan sekitarnya. 8) 3. Passenger

Adalah jalan lahir janin dan bagian janin yang paling penting (karena ukurannya paling besar) adalah kepala janin. 8) C. Komplikasi Persalinan Komplikasi persalinan merupakan keadaan yang mengancam jiwa ibu atau janin karena gangguan akibat (langsung) dari persalinan. Dari hasil Assesment Safe Motherhood di Indonesia pada tahun 1990 / 1991 menyebutkan beberapa informasi penting yang berhubungan dengan terjadinya komplikasi persalinan : 10) 1. Derajat kesehatan ibu rendah dan kurangnya kesiapan untuk hamil. 2. Pemeriksaan antenatal yang diperoleh kurang. 3. Pertolongan persalinan dan perawatan pada masa setelah persalinan dini masih kurang. 4. Kualitas pelayanan antenatal masih rendah dan dukun bayi belum sepenuhnya mampu melaksanakan deteksi risiko tinggi sedini mungkin. 5. Belum semua Rumah Sakit Kabupaten sebagai tempat rujukan dari puskesmas mempunyai peralatan yang cukup untuk melaksanakan fungsi obstetrik esensial. Komplikasi persalinan terdiri dari persalinan macet, ruptura uteri, infeksi atau sepsis, perdarahan, ketuban pecah dini (KPD), malpresentasi dan malposisi janin, pre-eklampsia dan eklampsia. 8) 1. Persalinan macet Pada sebagian besar penyebab kasus persalinan macet adalah karena tulang panggul ibu terlalu sempit atau gangguan penyakit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi pada waktu bersalin. Beberapa faktor yang mempengaruhi kontraktilitas uterus sehingga berpengaruh terhadap lamanya persalinan kala satu adalah : 8) a. Umur b. Paritas c. Konsistensi serviks uteri d. Berat badan janin

e. Faktor psikis f. Gizi dan anemia 2. Ruptura Uteri Ruptura uteri atau sobekan uterus merupakan peristiwa yang sangat berbahaya, yang umumnya terjadi pada persalinan kadang-kadang terjadi pada kehamilan terutama pada kehamilan trimester dua dan tiga. Robekan pada uterus dapat ditemukan oleh sebagian besar pada bawah uterus. Pada robekan ini kadang-kadang vagina bagian atas ikut serta pula. 8) 3. Infeksi atau sepsis Wanita cenderung mengalami infeksi saluran genital setelah persalinan dan abortus. Kuman penyebab infeksi dapat masuk ke dalam saluran genital dengan berbagai cara, misalnya melalui penolong persalinan yang tangannya tidak bersih atau menggunakan instrumen yang kotor. Infeksi juga berasal dari debu atau oleh ibu itu sendiri yang dapat memindahkan organisme penyebab infeksi dari berbagai tempat, khususnya anus. Pemasukan benda asing ke dalam vagina selama persalinan seperti jamur, daun-daunan, kotoran sapi, lumpur atau berbagai minyak, oleh dukun beranak juga merupakan penyebab infeksi. Akibatnya infeksi menjadi salah satu penyebab kematian ibu di negara berkembang dan infeksi ini ternyata tinggi pada abortus ilegal. 1) 4. Malpresentasi dan malposisi Adalah keadaan dimana janin tidak berada dalam presentasi dan posisi yang normal yang memungkinkan terjadi partus lama atau partus macet. Diduga malpresentasi dan malposisi kehamilan akan mempunyai akibat yang buruk jika tidak memperhatikan cara dalam melahirkan. Pada kelahiran kasus ini harus ditangani di Rumah Sakit atau Pelayanan kesehatan lain yang mempunyai. fasilitas yang lebih lengkap dan sebaiknya anestesia telah disediakan dan kemampuan untuk melakukan sectio caesaria harus sudah ada di tangan. 1) 5. Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput secara spontan disertai keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu, 1 jam atau lebih sebelum proses persalinan berlangsung. 8) Penyebab pecahnya selaput ketuban secara pasti belum diketahui, tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa bakteri atau sekresi maternal yang menyebabkan iritasi dapat menghancurkan selaput ketuban, dan KPD pada trimester kedua mungkin disebabkan oleh serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi. 8) 6. Pre-eklampsia dan eklampsia Di Indonesia, eklampsia (disamping perdarahan dan infeksi) masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. oleh karena itu, diagnosisi dini pre-eklampsia, yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perlu ditekankan bahwa sindroma pre-eklampsia ringan dengan hipertensi, edema, dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita hamil, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul pre-eklampsia berat, bahkan eklampsia. 3) D. Kematian Ibu Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, yang disebabkan atau dipicu oleh kehamilan atau penanganan kehamilan, tetapi bukan karena kecelakaan. 10) Berdasarkan definisi diatas, kematian ibu dapat digolongkan menjadi : 1. Kematian obstetrik langsung (Direct obstetric death) Yaitu kematian yang disebabkan oleh komplikasi obstetri pada masa hamil, bersalin dan nifas atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan atau berbagai hal yang terjadi akibat tindakan-tindakan tersebut yang dilakukan selama hamil, bersalin atau nifas. 2. Kematian obstetrik tidak langsung (Indirect obstetric death )

Yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh suatu penyakit yang bukan komplikasi obstetri yang berkembang atau bertambah berat akibat kehamilan atau persalinan. E. Determinan Kematian Ibu Determinan kematian ibu sebagai keadaan atau hal-hal yang melatarbelakangi dan menjadi penyebab langsung dari kematian ibu. Determinan kematian ibu tersebut dikelompokkan dalam : 1. Determinan proksi atau dekat (Proximate determinant ) Determinan proksi dipengaruhi oleh determinan antara dan meliputi ; a. Kejadian kehamilan Wanita hamil mempunyai risiko untuk mengalami komplikasi, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut. 10) b. Komplikasi kehamilan dan persalinan Komplikasi obstetri ini merupakan penyebab langsung kematian ibu, yaitu perdarahan, infeksi, eklampsia, partus macet, abortus dan ruptura uteri. 10) 2. Determinan antara (Intermediate determinant ) Determinan antara dipengaruhi oleh determinan kontekstual dan meliputi : a. Status kesehatan Yang termasuk status kesehatan antara lain status gizi, penyakit infeksi atau parasit, penyakit menahun seperti Tuberkulosis, penyakit jantung, ginjal dan riwayat komplikasi obstetri. 10) b. Status reproduksi Yang termasuk status reproduksi antara lain usia ibu hamil (usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan usia berisiko tinggi untuk hamil dan melahirkan), jumlah kelahiran (semakin banyak jumlah kehamilan yang dialami seorang ibu semakin tinggi risikonya untuk mengalami komplikasi), status perkawinan (wanita yang status tidak menikah pada umumnya cenderung kurang memperhatikan kesehatan

dirinya dan janinnya selama kehamilan dengan tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, yang menyebabkan tidak terdeteksinya kelainan yang dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi). 10) c. Akses terhadap pelayanan kesehatan Hal ini meliputi antara lain keterjangkauan lokasi tempat pelayanan seperti tempat pelayanan yang lokasinya tidak strategis atau sulit dijangkau oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia dan keterjangkauan terhadap informasi misalnya informasi yang kurang menyebabkan rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan yang tersedia. 10) d. Perilaku sehat Hal ini antara lain meliputi penggunaan alat kontrasepsi (ibu ber-kb akan lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak ber- KB), pemeriksaan kehamilan (ibu yang memeriksakan kehamilan secara teratur akan terdeteksi masalah kesehatan dan komplikasinya), penolong persalinan (ibu yang ditolong oleh dukun berisiko lebih tinggi untuk mengalami kematian dibandingkan dengan ibu yang melahirkan oleh tenaga kesehatan). 10) e. Faktor-faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga Yaitu keadaan yang mungkin terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi selama kehamilan atau melahirkan. Beberapa keadaan tersebut terjadi pada saat melahirkan misalnya kontraksi uterus yang tidak adekuat, ketuban pecah dini dan persalinan kasep. 10) 4. Determinan kontekstual (Contectual determinant) Merupakan determinan sosial, ekonomi dan budaya, meliputi : a. Status wanita dalam keluarga dan masyarakat

Termasuk kedalamnya antara lain tingkat pendidikan (wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya), pekerjaan (ibu yang bekerja disektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan), keberdayaan wanita (woman empowerment) yang memungkinkan wanita lebih aktif dalam menentukan sikap dan lebih mandiri dalam memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya, termasuk kesehatan dan kehamilannya. 10) b. Status keluarga dalam masyarakat Termasuk didalamnya antara lain penghasilan keluarga, tingkat pendidikan dan status pekerjaan anggota keluarga. 10) c. Status masyarakat Variabel ini meliputi antara lain tingkat kesejahteraan, ketersediaan sumber daya (misalnya jumlah dokter dan pelayanan kesehatan yang tersedia), serta ketersediaan dan kemudahan transportasi. 10) F. Teori Perilaku Menurut Blomm, derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor genetik. Faktor perilaku dewasa ini mempunyai peran yang sangat besar dalam status kesehatan baik individu maupun masyarakat. 11) 1. Pengertian Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, menulis, membaca dan sebagainya. Sedangkan pengertian yang lain, perilaku adalah refleksi dari kejiwaan seperti emosi, berfikir, keinginan, sikap,

pengertian, motivasi dan lain sebagainya. Perilaku merupakan refleksi dari beberapa gejala kejiwaan misalnya perilaku ibu dalam menjaga dan memelihara kandungannya agar tidak terjadi gangguan baik saat mengandung maupun melahirkan. 12) 2. Perilaku Dalam Bidang Kesehatan Untuk mengetahui perilaku dalam bidang kesehatan, terlebih dahulu perlu kita mengetahui tentang konsep kesehatan. Konsep sehat menurut WHO menyebutkan bahwa sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial, tidak terbatas pada bebas penyakit dan kelemahan saja. 11) Perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yaitu : 12) a. Perilaku Sehat Berhubungan dengan tindakan seseorang untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya termasuk tindakan untuk mencegah penyakit dan kebersihan perorangan serta memilih makanan yang bermanfaat bagi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Perilaku sehat ini adalah tindakan dari seseorang yang menganggap dirinya sehat. b. Perilaku Sakit Segala tindakan seseorang yang merasa dirinya sakit, termasuk pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit dan usaha-usaha pencegahan penyakit. Perilaku sakit yaitu tindakan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan termasuk semua usaha untuk mencari kesembuhan. Disamping itu, perilaku manusia adalah hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan demikian perilaku kesehatan merupakan suatu bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.

Tiga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu : 13) 1. Faktor Predisposisi Faktor yang memudahkan terjadinya perilaku, antara lain pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, pandangan atau persepsi, tradisi, norma, pendapatan, pendidikan, umur dan status sosial. 2. Faktor Pendukung Faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku antara lain mencakup adanya ketrampilan dan sumber daya seperti fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kemudahan untuk mencapainya. 3. Faktor Pendorong Faktor-faktor yang mampu menguatkan seseorang untuk perilaku tersebut antara lain sikap dan perilaku petugas kesehatan serta dorongan yang berasal dari keluarga, masyarakat dan tokoh masyarakat sekitarnya. Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku kesehatan menurut WHO ditentukan oleh pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap obyek kesehatan. Disamping itu perilaku kesehatan seseorang juga ditentukan oleh adanya orang lain yang dijadikan referensi serta sumber daya yang dapat mendukung perilaku kesehatan seperti uang, waktu dan tenaga. a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. 14) b. Sikap Sikap merupakan interaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. 14) c. Praktek Praktek atau tindakan adalah suatu perbuatan nyata atau aktivitas nyata sehubungan dengan stimulus atau obyek. Untuk terwujudnya suatu sikap

untuk menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. 14) G. Perilaku Sehat Ibu Hamil Seorang wanita dikatakan hamil bila mengalami tanda dan gejala kehamilan. Gejala pasti dari kehamilan adalah dengan adanya gejala yang berasal dari janin,yaitu denyut jantung janin. Sedangkan tanda-tanda kemungkinan kehamilan antara lain Amenorea (tidak dapat haid), mual dan muntah, perut membesar, uterus membesar, kontraksi uterus (bila dirangsang), gerak dan denyut jantung janin, terlihat tulang janin dalam foto rontgen. 15) Berikut adalah beberapa perilaku sehat ibu hamil yang perlu diperhatikan agar janin tidak dalam keadaan rentan : 1. Pemeriksaan kehamilan Pemeriksaan kehamilan adalah hal yang perlu dipantau agar bila ada penyimpangan dari keadaan normal dapat segera diberikan penanganan yang memadai. Selain itu tujuan dari pemeriksaan kehamilan itu sendiri adalah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilan dengan baik. Karena itu selama kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala, yang dimulai sejak kehamilan muda. Makin tinggi risiko kehamilan yang dipunyai oleh ibu, makin tinggi pula kebutuhan untuk memeriksakan kehamilannya lebih sering. 4) Selain pemeriksaan, perlu juga dilakukan perawatan (Antenatal Care) yaitu perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan, karena keadaan ibu banyak mempengaruhi kelangsungan kehamilan dan pertumbuhan janin dalam kandungan. 4) Dalam penerapan praktis, sering dipakai standar minimal pelayanan antenatal yang harus didapat ibu ketika melakukan pemeriksaan kehamilan yang biasa disebut sebagai 5T, yaitu : 4) a. Timbang berat badan dan (pengukuran) tinggi badan. b. Pemeriksaan tekanan darah. c. Pemeriksaan tinggi fundus uteri.

d. Pemberian Tetanus Toxoid (TT) minimal 2 kali selama hamil. e. Pemberian tablet zat besi (Fe) minimal 90 tablet selama hamil. Dan standar frekuensi pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, yaitu : a. Satu kali pada trimester I. b. Satu kali pada trimester II. c. Dua kali pada trimester III. 2. Kebiasaan makan Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan : 4) a. Pertumbuhan dan perkembangan janin. b. Pemeliharaan kesehatan ibu. c. Persediaan untuk masa laktasi baik untuk janin maupun ibu seperti persediaan zat besi, protein, kalsium dan lain-lain. Gizi yang baik membantu ibu mengurangi keletihan yang biasanya akan menyebabkan ketegangan dan bertambahnya rasa sakit. Setiap hari ibu hamil harus makan 1 2 piring lebih banyak dari dari keadaan tidak hamil. Disamping itu tambahlah dengan makanan selingan pada pagi hari dan sore hari seperti bubur kacang hijau, kue lemper, dll. 4) Makanan sehat untuk ibu hamil harus mengandung tiga kelompok makanan seperti dibawah ini : 4) a. Zat tenaga membentuk tenaga ditubuh kita untuk hidup dan bergerak. Diperlukan ibu untuk proses pertumbuhan janin dan tenaga ibu. Contohnya adalah beras, jagung, ubi, singkong dan sagu. a. Zat pembangun atau protein sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan badan secara baik terutama untuk anak-anak dan ibu hamil selain itu untuk daya tahan tubuh. Contohnya adalah susu, daging, ikan, unggas, telur, kedelai, kacang tanah. b. Lemak yang berfungsi sebagai sumber tenaga juga untuk memperoleh jenis vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A.

c. Vitamin dan mineral sangat diperlukan untuk pemeliharaan badan dan membantu pencernaan. Vitamin yang diperlukan saat hamil adalah : 1. Vitamin A contohnya adalah minyak ikan, kuning telur, wortel, sayuran dan lain-lain. 2. Vitamin B Contohnya adalah telur, ginjal, otak ikan, beras tumbuk, kacang-kacangan dan lain-lain. 3. Vitamin C. Contohnya adalah buah-buahan berwarna kuning, sayur-sayuran segar. 4. Mineral yang sangat dibutuhkan adalah kalsium dan fosfor. Untuk pemenuhan vitamin dan mineral yang tidak cukup didapat dari makanan, ibu harus mengkonsumsi tablet multivitamin dan mineral. 5) Kebutuhan zat pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari makanan saja walaupun makanan yang dikonsumsi cukup baik kualitasnya. Oleh karena itu ibu membutuhkan suplementasi. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi suplemen seperti tablet tambah darah satu tablet perhari selama masa kehamilan untuk memenuhi kebutuhan Fe ibu yang meningkat selama masa kehamilan. 4) 3. Aktivitas Banyak faktor diduga dapat mempengaruhi kesudahan kehamilan. Salah satu faktor adalah pekerjaan ibu selama hamil. Dinegara berkembang, terutama daerah pedesaan, banyak wanita yang melakukan pekerjaan berat dimasa hamil, karena harus bekerja keras membantu mencukupi kebutuhan ekonomi. Wanita hamil tidak dianjurkan untuk bekerja lebih dari 3 jam setiap harinya. Karena bila bekerja lebih dari 3 jam setiap harinya apalagi dengan posisi berdiri dapat menjadi sumber kelelahan yang dinilai mempunyai pengaruh terhadap kesudahan kehamilan. 8) Bekerja ketika hamil meningkatkan risiko pre eklampsia, mematikan lima kali lipat. Wanita hamil bekerja perlu mengurangi stres akibat kerja yang mereka alami, kondisi ditempat kerja sangat rawan memicu terjadinya stres. Akibatnya hormon didalam tubuh akan meningkat dan akan mempengaruhi sistem saraf simpatik dalam otak. Akibatnya, terjadilah tekanan darah tinggi.

Selain itu ibu hamil harus mendapat masa istirahat yang lebih panjang, jam kerja fleksibel serta hindari bepergian saat lalu lintas padat. Di Indonesia, ibu hamil diberi cuti hamil selama tiga bulan yaitu satu setengah bulan sebelum bersalin dan satu setengah bulan setelah bersalin. 7) Bagi ibu yang tidak bekerja di kantor, tidak ada gunanya untuk berbaring terus menerus seperti orang sakit. Hal ini justru akan merugikan karena istirahat yang lama akan melemahkan otot dan memberi waktu untuk pikiran yang bukan-bukan. Istirahat yang diperlukan adalah 8 jam di malam hari dan 1 2 jam di siang hari, walaupun tidak dapat tidur baiknya berbaring saja untuk istirahat. 7) 5. Senam Hamil Dahulu, melakukan senam selama masa kehamilan dianggap tabu. Ibuibu hamil hanya diminta istirahat di rumah, memanjakan badan tanpa melakukan kegiatan berat badan apapun. Kini, profesi medis pada umumnya menyetujui bahwa kegiatan senam akan tetap aman bagi ibu hamil yang tidak memiliki komplikasi medis atau gangguan-gangguan yang pernah terjadi sebelumnya, seperti perdarahan pada vagina atau pernah mengalami keguguran kandungan. Kegiatan senam tidak selalu membuat proses persalinan menjadi lebih mudah, tetapi akan sangat bermanfaat dalam beberapa hal. Manfaat senam hamil sebagai berikut : 16) a. Memperbaiki sirkulasi b. Meningkatkan keseimbangan otot dan menguatkan otot perut. c. Mengurangi bengkak-bengkak d. Mengurangi resiko gangguan gastrointestinal,termasuk sembelit e. Mengurangi kejang kaki Hasil penelitian selama 2 tahun di New York yang menunjukkan bahwa wanita hamil yang melakukan senam hamil 30 menit dengan frekuensi 5 hari dalam sepekan melahirkan bayi yang lebih besar dan sehat. 16)

Senam hamil dilakukan sejak usia 24 minggu atau 6 bulan dengan frekuensi sekali dalam seminggu, di bawah pengawasan seorang instruktur senam untuk memantau gerakan yang benar. 16) H. Kerangka Teori Berdasarkan teori yang ada, maka didapat kerangka teori sebagai berikut : Status wanita dalam keluarga Status kesehatan Status keluarga dalam masyarakat Status reproduksi Komplikasi persalinan Status masyarakat Akses pelayanan Perilaku sehat : Pemeriksaan kehamilan, kebiasaan makan, aktivitas fisik, senam hamil. Sumber : Modifikasi dari WHO-Depkes RI-FKM UI 1998, Safe Motherhood modul I & II 1998.

I. Kerangka Konsep Variabel bebas Perilaku sehat ibu : Pemeriksaan Kehamilan Kebiasaan makan Variabel Terikat Kejadian komplikasi persalinan Aktivitas fisik Senam hamil J. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara pemeriksaan kehamilan ibu dengan kejadian komplikasi persalinan. 2. Ada hubungan antara kebiasaan makan ibu hamil dengan kejadian komplikasi persalinan. 3. Ada hubungan antara aktivitas fisik pada ibu hamil dengan kejadian komplikasi persalinan. 4. Ada hubungan antara senam hamil pada ibu dengan kejadian komplikasi persalinan.