BAB I PENDAHULUAN. risiko yaitu yang paling mungkin terjadi adalah terjadinya tunggakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan peningkatan jaminan melalui lembaga-lembaga jaminan yang. hak tanggungan, kredit verban, fidusia, dan gadai.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial (zoonpoliticon).

BAB I PENDAHULUAN. hukum publik menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. law, zakerheidsstelling, atau zakerheidsrechten 1. Lembaga jaminan diperlukan. kegiatan-kegiatan dalam proyek pembangunan 2.

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 1 Meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rangkaian pembahasan sebelumnya mengenai perlindungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Kebutuhan akan adanya lembaga jaminan, telah muncul sejak zaman romawi.

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

sebagaimana tunduk kepada Pasal 1131 KUHPer. Dengan tidak lahirnya jaminan fidusia karena akta fidusia tidak didaftarkan maka jaminan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

Data Reduksi, Data Display / Penyajian Data, Data Verifikasi / Pemeriksaan Kembali Pengulangan Data, Data Konklusi/Perumusan Kesimpulan. Hasil Penelit

BAB I PENDAHULUAN. fidusia, sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) Undang undang Nomor 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Asas Publisitas dalam Pendaftaran Fidusia Secara Elektronik

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

PELANGGARAN-PELANGGARAN HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA Senin, 06 Desember :46

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. diakses pada tanggal 11 Agustus 2009 pukul WIB.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan

BAB III PENUTUP. piutang macet dilakukan dengan dua cara, yaitu: surat-surat/dokumen penting.

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang adalah di bidang ekonomi. Undang-Undang

DAFTAR REFERENSI. Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, Universitas Indonesia

EKSEKUSI BARANG JAMINAN FIDUSIA DAN HAMBATANNYA DALAM PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan praktik penerbangan bukanlah perkara sederhana. Ada banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam kebutuhan

Ernawati, Bambang Winarno, Siti Noer Endah. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. tergiur untuk memilikinya meskipun secara financial dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB IV PENUTUP. 1. Latar belakang pihak kreditur membuat perjanjian kredit dalam bentuk akta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lainnya, pengaturan mengenai Notarisdiatur dalamundangundang

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan menarik dana dari masyarakat secara tidak langsung (non

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan keberadaan lembaga-lembaga pembiayaan. Sejalan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Notaris sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat terlebih

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya masyarakat kota tapi juga masyarakat pedesaan, tetapi bertambahnya

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Semakin meningkatnya perkembangan ekonomi saat ini membuat masyarakat (perseorangan) maupun yang telah berbadan hukum berlombalomba untuk mengembangkan usahanya dan tidak sedikit pula yang baru akan memulai usahanya tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan dana ataupun modal, seringkali mereka memperolehnya melalui kredit yaitu dari Bank maupun lembaga perkreditan lain. Pemberian kredit ini tentu saja memiliki risiko yaitu yang paling mungkin terjadi adalah terjadinya tunggakan pembayaran oleh debitur yang meminjam, sehingga Bank maupun lembaga lain yang memberikan kredit pasti mengajukan jaminan lain diluar perjanjian kredit atau pinjam meminjam sebagai jaminan acessoir. Lembaga jaminan diperlukan terkait dengan adanya jaminan di dalam perjanjian kredit antara kreditur dan debitur. Salah satu lembaga jaminan yang sering digunakan adalah lembaga Jaminan Fidusia. Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia didalam Pasal 1 angka 1 memberikan batasan dan pengertian fidusia sebagai pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda (pemberi Jaminan Fidusia). Kepercayaan disini diartikan bahwa benda yang dijaminkan tetap berada di dalam kekuasaan pemilik, yaitu 1

2 pihak debitur. Menurut Sri Soedewi Masjchun Sofwan, S.H, timbulnya lembaga fidusia dikarenakan ketentuan Undang-Undang yang mengatur tentang lembaga gadai masih mengandung banyak kekurangan, tidak memenuhi kebutuhan masyarakat dan tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat. 1 Fidusia sebagai jaminan kebendaan sangat digemari dan populer karena dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini dikarenakan objek jaminan hutang secara fisik masih tetap dalam penguasaan debitur. Selain itu, dengan menggunakan Jaminan Fidusia dapat mempermudah kreditur karena selain prosedur pemasangan fidusia itu lebih sederhana, namun juga ketentuan bahwa tidak mensyaratkan berpindahnya benda jaminan dalam kekuasaan kreditur, sehingga kreditur tidak perlu menyediakan tempat khusus bagi penyimpanan benda-benda yang dijaminkan. 2 Jaminan Fidusia, selain diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, diatur pula dalam peraturan pelaksanaannya, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia, LN.170, TLN.4005. Peraturan ini muncul karena fidusia lahir dari yurisprudensi dan tidak ada kewajiban pendaftaran sehingga kurang menjamin kepastian hukum, terutama bagi pihak kreditur. Adanya 1 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga Jaminan Khususnya Fidusia Di Dalam Praktek dan Pelaksanaannya Di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Bulaksumur: Yogyakarta, 1977, hlm. 15. 2 Ibid., hal. 75.

3 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, maka pendaftaran Jaminan Fidusia menjadi wajib dilakukan untuk mendapatkan kepastian hukum tentang Jaminan Fidusia. Kepastian hukum diartikan sebagai suatu keadaan dimana para pencari keadilan (justiabelen) dapat mengetahui terlebih dahulu ketentuan-ketentuan hukum yang mana akan berlaku dan bahwa Hakim tidak akan menerapkan hukum secara sewenangwenang. 3 Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia tersebut pembebanannya dibuat dengan akta Notaris dan didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Pendaftaran Jaminan Fidusia dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum bagi Penerima fidusia atau kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya, apabila debitur wanprestasi. Pendaftaran tersebut dimaksudkan supaya kreditur mempunyai hak didahulukan (preferen) dari kreditur lainnya dalam mengambil pelunasan piutangnya dari hasil eksekusi benda yang difidusiakan. Kreditur dalam melakukan proses kredit atau pinjam meminjam, tentu saja ingin segera mendapatkan perlindungan atas kredit yang telah dicairkan. Perlindungan tersebut dengan mendapatkan atau memegang serifikat Jaminan Fidusia atas obyek yang dijaminkan yang namun pada prakteknya, proses pendaftaran tersebut memakan waktu yang lama sehingga menyulitkan debitur apabila debitur ingin menarik obyek yang dijaminkan dengan fidusia tersebut. Permasalahan akan lamanya proses 3 Oey Hoey Tiong, Fiducia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Cet. II, Ghalia Indonesia: Jakarta, 1985, hal. 72.

4 pendaftaran Jaminan Fidusia tersebut selain meresahkan kreditur, juga meresahkan Notaris karena harus menunggu lama sampai proses pendaftaran selesai. Hal tersebut juga banyak dirasakan oleh kreditur dan Notaris yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya mengingat perkembangan ekonomi di kota tersebut semakin meningkat. Direktorat Jendral Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) pada tanggal 5 Maret 2013 lalu berdasarkan keluhan tersebut telah meluncurkan sistem Fidusia Online. Sistem pendaftaran secara online ini diluncurkan oleh Kemenkumham dalam rangka meningkatkan pelayanan Kementerian sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Selain itu, sistem fidusia online juga segera diluncurkan mengingat dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan yang mewajibkan untuk melakukan pembiayaan konsumen, untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan Jaminan Fidusia. Hal ini menyebabkan pendaftaran fidusia semakin meningkat secara signifikan. Sistem baru ini diharapkan supaya proses pendaftaran fidusia tidak lagi lama dan dapat meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan yaitu misalnya korupsi (KKN), karena didalam melakukan pendaftaran sertifikat hanya dapat diakses oleh

5 Notaris yang bersangkutan dengan PIN dan user ID sehingga interaksi dengan petugas hampir tidak ada. 4 Dibalik kemudahan, kecepatan proses dan kepraktisan system pendaftaran fidusia secara online ini, terdapat juga beberapa kelemahan yang dikeluhkan oleh Notaris, dalam versi 1.0 yaitu : 5 1) Tidak tersedia uraian nilai objek Jaminan Fidusia khusus. Dalam form hanya ada kata-kata sebagaimana tertuang dalam isi akta Notaris. Hal ini tidak mengakomodasi seandainya ada pengikatan Jaminan Fidusia dengan nilai objek jaminan yang lebih kecil ketimbang nilai penjaminan. Hal itu mungkin terjadi apabila menyangkut fasilitas kredit modal kerja atau fasilitas chanelling untuk end user finance yang pengikatannya secara per batch dan tidak akan muncul dalam sertifikat Jaminan Fidusia. Dalam kondisi seperti itu, Notaris perlu menyiapkan catatan khusus terkait sistem pengikatan Jaminan Fidusia; 2) Informasi database tentang objek Jaminan Fidusia yang telah didaftarkan tak dapat diakses melalui sistem ini karena sebagaimana akta, semua dibuat oleh Notaris. Belum ada keterangan nama debitur, hanya pihak pemberi fidusia dan 4 Anonim, Kemenkumham Luncurkan Sistem Fidusia Online, http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt513748e798da3/kemenkumham-luncurkan-sistemfidusia-online, diakses pada tanggal 10 November 2013, pukul 15.33. 5 Budi Santoso, Fidusia Online dan Posisi Notaris, http://budisansblog.blogspot.com/2013/03/fidusia-online-dan-posisi-notaris.html, diakses pada tanggal 10 November 2013, pukul 16.06.

6 belum tentu ia menjadi debitur. Dalam konteks ini, Notaris harus berhati-hati karena terkait dengan input nilai yang terutang apakah milik pemberi fidusia atau debitur; 3) Terkait dengan fasilitas Kredit Modal Kerja (KMK) secara revolving, pengisian dasar perjanjian pokok baru dapat mengakomodasi setelah ada addendum perjanjian berkali-kali. Itu sebabnya, penerimaan Notaris terhadap fidusia online perlu keberhati-hatian mengingat menuntut tanggung jawab lebih besar. Selain itu, perlu mempersiapkan ruang input dan tempat penyimpanan dokumen pendukung, semisal dokumen invoice mesin, buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB) dan sebagainya. Fasilitas kolom untuk memasukkan data mengenai uraian benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia, didalam sistem fidusia online saat pertama kali diluncurkan belum memenuhi asas spesialitas yang lengkap dan baru memfasilitasi obyek Jaminan Fidusia berupa kendaraan bermotor, perkebunan dan dermaga saja. Obyek fidusia lain hanya ditulisakan sebagaimana tertuang dalam isi akta Notaris menyebabkan sistem ini rawan terhadap terjadinya fidusia ulang 6. Asas spesialitas yang dimaksudkan dapat dipenuhi adalah mewajibkan untuk memberikan penjelasan mengenai spesifikasi atau kejelasan mengenai obyek fidusia. Spesialitas didalam obyek fidusia haruslah terperinci dalam 6 Anonim, Kritik Notaris Terhadap Fidusia Online http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51cd5fd3b77ae/kritik-notaris-terhadap-fidusia-online, diakses pada tanggal 10 November 2013, pukul 19.42.

7 mengidentifikasikan menyenai obyek yang bersangkutan seperti misalnya dalam kendaraan bermotor meliputi nomor rangka, nomor mesin, merk, warna, nomor BPKB dan segala hal yang mengidentifikasikan obyek tersebut. Saat ini, walaupun di dalam kolom uraian benda sudah lengkap dan dapat memuat semua jenis obyek fidusia, namun apabila terjadi pendaftaran fidusia ulang atas obyek fidusia yang sama maka hal ini jelas melanggar ketentuan dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Pasal tersebut menjelaskan bahwa pemberi Fidusia dilarang melakukan fidusia ulang terhadap Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia yang sudah terdaftar baik pendaftaran yang dilakukan saat sistem fidusia online pertama kali muncul maupun saat sistem sudah diperbaruhi saat ini yaitu dalam versi 1.3. Hal ini sangat berisiko bagi Notaris dalam melakukan pendaftaran fidusia secara online karena apabila terbukti Notaris yang bersangkutan melanggar, maka berdasarkan Pasal 35 Undang-Undang Jaminan Fidusia, dapat dituntut ancaman pidana paling lama 5 (lima) tahun dan denda sebesar Rp.100.000.000,- dan apabila hasil putusannya telah inkrach dapat menyebabkan Notaris diberhentikan jabatannya dan tidak boleh menjabat lagi sebagai Notaris selamanya. Sistem pendaftaran Jaminan Fidusia dalam versi 1.3 kini sudah dianggap lebih sempurna daripada versi sebelumnya, namun didalam sertifikat yang keluar masih tertulis Jaminan Fidusia Ini Diberikan Untuk

8 Menjamin Pelunasan Utang Pemberi Fidusia Sebesar Rp. Padahal, perlu diketahui bahwa pemberi fidusia belum tentu debitur. Permasalahan versi 1.0 tersebut saat ini telah diperbaruhi dengan dikeluarkannya versi 1.3, namun masih ada beberapa hal yang belum diperbaiki antara belum adanya tampilan tanggal berakhirnya perjanjian pokok atas Jaminan Fidusia dan permasalahn lain yang mungkin akan ditemukan selama penelitian berlangsung. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka Penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai permasalahan dari pendaftaran fidusia yang dilakukan secara online tersebut. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah penerapan asas spesialitas dalam pendaftaran Jaminan Fidusia secara online? 2. Bagaimanakah tanggung jawab Notaris atas pendaftaran fidusia secara online? 3. Apakah sistem pendaftaran Jaminan Fidusia secara online dapat mengantisipasi adanya pendaftaran ganda? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penulis tidak menemukan adanya penelitian

9 yang berkaitan dengan pendaftaran fidusia secara online, namun penulis menemukan penelitian sebelumnya yang berkaitan yaitu : 1. Tinjauan Yuridis Atas Akta Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan Pada Kantor Pendaftaran Fidusia. 7 Penulis Jenis Bidang : Muhammad Jafar Goro : Tesis : Kenotariatan Tahun : 2008 a. Mengapa penerapan asas publisitas dan asas spesialitas dalam praktek pendaftaran Jaminan Fidusia belum sesuai dengan yang seharusnya? b. Faktor-faktor apa yang menjadi pertimbangan penerima fidusia sehingga tidak mendaftarkan Jaminan Fidusianya? c. Apa akibat hukum yang ditimbulkan dari akta Jaminan Fidusia yang tidak didaftarkan? Penelitian tersebut hanya fokus terhadap akibat hukum akta Jaminan Fidusia yang tidak didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia. 2. Penyelesaian Perjanjian Kredit Yang Macet Dengan Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan Ke Kantor Pendaftaran 7 Muhammad Jafar Goro, Tinjauan Yuridis Atas Akta Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan Pada Kantor Pendaftaran Fidusia, Penulisan Hukum Strata Dua Kenotariatan, Fakultas Hukum Gadjah Mada, 2008.

10 Fidusia Pada Koperasi Bank Perkreditan Rakyat Tri Bakti Di Kabupaten Nganjuk. 8 Penulis Jenis : Nandhita Candra Ardhini : Skripsi Tahun :2009 Dalam penelitian tersebut, permasalahan yang diteliti adalah : a. Apakah Jaminan Fidusia yang tidak didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia dalam hal kredit mengalami kemacetan dapat memberikan perlindungan hukum bagi KBPR Tri Bakti? b. Langkah-langkah apa sajakah yang diambil KBPR Tri Bakti dalam hal penyelesaian kredit yang macet pada perjanjian kredit dengan Jaminan Fidusia yang tidak didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia yang tidak memberikan perlindungan hukum? Penelitian tersebut lebih fokus kepada permasalahan dan penyelesaian apabila terjadi kredit macet dimana Jaminan Fidusianya tidak didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia. 3. Eksekusi Jaminan Fidusia Terhadap Kredit Macet Pada PT. First Indo American Leasing Cabang Kota Pekalongan. 9 8 Nandhita Candra Ardhini, Penyelesaian Perjanjian Kredit Yang Macet Dengan Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan Ke Kantor Pendaftaran Fidusia Pada Koperasi Bank Perkreditan Rakyat Tri Bakti Di Kabupaten Nganjuk, Penulisan Hukum Strata Satu, Fakultas Hukum Gadjah Mada,2009.

11 Penulis Jenis Bidang : Widya Justitia : Skripsi : Perdata Tahun : 2014 a. Bagaimana mekanisme eksekusi jaminan fidusia terhadap kredit macet pada PT. First Indo American Leasing Cabang Kota Pekalongan dalam hal obyek fidusia berpindah kepada pihak ketiga? b. Apa yang menjadi penghambat dalam hal obyek fidusia berpindah kepada pihak ketiga pada PT. First Indo American Leasing Cabang Kota Pekalongan? Penelitian tersebut menjelaskan mengenai prosedur eksekusi jaminan fidusia di PT. First Indo American Leasing Cabang Kota Pekalongan dalam hal obyek fidusia berpindah kepada pihak ketiga. Penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan ketiga penelitian yang sudah dilakukan tersebut. Penelitian ini lebih memfokuskan mengenai permasalahan yang ada di dalam pendaftaran fidusia secara online, serta tanggung jawab yang ditanggung oleh Notaris. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 9 Widya Justitia, Eksekusi Jaminan Fidusia Terhadap Kredit Macet Pada PT. First Indo American Leasing Cabang Kota Pekalongan, Penulisan Hukum Strata Satu, Fakultas Hukum Gadjah Mada, 2014.

12 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui dan mengkaji penerapan asas spesialitas dalam pendaftaran Jaminan Fidusia secara online. b. Untuk mengetahui dan mengkaji tanggung jawab Notaris atas pendaftaran Fidusia secara online. c. Untuk mengetahui antisipasi adanya pendaftaran ganda dalam pendaftaran Jaminan Fidusia secara online. 2. Tujuan Subyektif a. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka menyusun penulisan hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. b. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi calon Notaris maupun pihak terkait dan masyarakat umum mengenai pendaftaran fidusia secara online dan supaya kelak apabila calon Notaris telah menjabat sebagai Notaris dapat lebih berhati-hati dan teliti dalam melakukan pendaftaran fidusia secara online. E. Manfaat Penelitian Faedah yang diharapkan oleh penulis yaitu : 1. Secara Teoritis, bermanfaat bagi ilmu kenotariatan khususnya dan hukum pada umumnya.

13 2. Secara Praktis, bermanfaat bagi masyarakat, khususnya Notaris, calon Notaris, dan para praktisi hukum lain serta profesional lainnya.