BAB I PENDAHULUAN. (2009:10) bahwa bahasa merupakan ucapan pikiran, perasaan dan kemauan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai makna tertentu. Sebagai sistem lambang bunyi yang mempunyai makna,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan kepada orang lain. Sering disebut juga bahwa bahasa itu merupakan alat

menggunakan konjungsi pada karangan yang dibuatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Itulah gunanya tertib berbahasa yang sehari-hari disebut tata bahasa. Tata

BAB I PENDAHULUAN. Peran bahasa mencakup segala bidang kehidupan karena segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Gorontalo (selanjutnya disingkat BG) adalah bahasa yang

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KONJUNGSI DALAM WACANA DESKRIPSI SISWA KELAS V SD NEGERI 51 BANDA ACEH. RahmiArianti, Adnan, M.Yamin.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

MEDAN MAKNA GERAK ORGAN TUBUH BAGIAN KEPALA MANUSIA DALAM BAHASA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anita Dahlan, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Inggris yang sudah menjadi bahasa dunia. Namun peranan bahasa Indonesia. tetaplah sangat dibutuhkan, khususnya di dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. individu lain yang berasal dari daerah atau wilayah lain. Oleh karena itu, bahasa. Indonesia dijadikan sebagai bahasa nasional.

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, keinginan, dan perasaan. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide atau gagasan pada orang lain, baik secara lisan maupun

BAB I PENDAHULUAN. perhatiannya terhadap karya sastra tersebut. mempunyai ciri khas tersendiri pada setiap pengarangnya.

THE CORRELATIVE CONJUNGTION IN HEADLINES OF PEKANBARU TRIBUN NEWSPAPER

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau amanat yang lengkap (Chaer, 2011:327). Lengkap menurut Chaer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kecamatan yang berbeda bisa ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahasa itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemikiran Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BENTUK-BENTUK KOHESI WACANA BUKU TEKS BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SMA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

Oktorita Kissanti Rahayu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

Kata Kunci : Analisis Kesalahan Berbahasa, Linguistik, Surat-surat Resmi Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa dalam

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa juga merupakan interaksi antar manusia mengenal tiga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca).

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahkluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

BAB I. dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa ialah salah satu media komunikasi yang digunakan manusia dalam segala kegiatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pateda dan Pulubuhu (2009:10) bahwa bahasa merupakan ucapan pikiran, perasaan dan kemauan manusia yang bersistem, dihasilkan oleh alat bicara dan digunakan untuk berkomunikasi. Pada hakekatnya, suatu bahasa biasanya digunakan oleh sekelompok masyarakat yang terdiri dari orang-orang dengan berbagai status sosial dan latar belakang berbeda. Perbedaan latar belakang penutur bahasa tersebut menyebabkan kebervariasian dalam penggunaan bahasa. Demikian halnya dengan penutur bahasa Gorontalo di desa Ilotidea, Kecamatan Tilango. Kebervariasian penutur bahasa Gorontalo di desa Ilotidea terlihat pada variasi pemahaman mereka terhadap bahasa tersebut. Dalam kenyataannya, penutur bahasa Gorontalo di desa Ilotidea ada yang memahami berbagai aspek dalam bahasanya dengan baik. Penutur seperti ini mampu menggunakan bahasa Gorontalo dengan tepat. Sebaliknya, ada pula penutur yang kurang memahami aspek-aspek dalam bahasa Gorontalo. Hal ini berdampak pada kesalahpahaman dalam penggunaan bahasa Gorontalo tersebut. Penutur yang cenderung kurang memahami penggunaan unsur-unsur bahasa Gorontalo ini pada dasarnya berasal dari kalangan generasi muda.

Generasi muda penutur bahasa Gorontalo mestinya dapat bertanggung jawab terhadap pelestarian bahasa daerahnya. Tetapi, generasi muda di desa Ilotidea belum dapat diserahi tanggung jawab dalam pelestarian bahasa tersebut. Generasi muda di desa Ilotidea cenderung menunjukkan kekeliruan dalam penggunaan bahasa Gorontalo. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dalam diri generasi muda itu sendiri maupun dari luar dirinya. Faktor yang mempengaruhi kemampuan generasi muda dalam menggunakan bahasa Gorontalo antara lain, kurangnya frekuensi penggunaan bahasa Gorontalo di lingkungan keluarga. Hal ini mengakibatkan bahasa Gorontalo hanya cenderung dikuasai oleh kalangan dewasa hingga lanjut usia. Selain itu, pengaruh unsur bahasa selain bahasa Gorontalo yang digunakan oleh masyarakat di desa Ilotidea, juga turut menjadi masalah dalam pewarisan bahasa Gorontalo terhadap generasi muda tersebut. Sehubungan dengan hal ini, faktor gengsi menggunakan bahasa daerah turut pula mempengaruhi pola pikir generasi muda dan masyarakat pada umumnya. Faktor lainnya juga dapat berasal dari belum maksimalnya pengajaran bahasa Gorontalo dalam mata pelajaran mulok di sekolah dasar. Beberapa faktor tersebut lambat laun dikhawatirkan akan memperburuk kondisi bahasa Gorontalo. Pada generasi muda di desa Ilotidea khususnya, penggunaan beberapa unsur bahasa Gorontalo tampak mulai menyimpang. Adapun penggunaan unsur-unsur bahasa yang menyimpang oleh generasi muda salah satunya adalah bentuk kalimat berikut : uyitolo sababulio timongoli posikola, timongoli motota, yang bermakna itulah sebabnya kalian harus bersekolah, kalian pintar. Penerapan kaidah bahasa Gorontalo pada kalimat

tersebut masih kurang tepat. Kalimat tersebut hendaklah dilengkapi oleh konjungsi korelatif untuk menghubungkan kedua anak kalimatnya antara lain sababulio... alihu... yang bermakna sebabnya... agar.... Contoh tersebut hanya satu diantara sekian banyak kekeliruan masyarakat dalam penggunaan konjungsi korelatif. Sehubungan dengan itu maka peneliti merasa terpanggil untuk membina dan mengembangkan bahasa Gorontalo supaya tetap terjaga dengan baik. Salah satunya dengan melakukan penelitian tentang konjungsi korelatif bahasa Gorontalo, mengingat pentingnya kedudukan bahasa Gorontalo sebagai bahasa daerah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Pateda (1999:1) bahwa bahasa Gorontalo merupakan alat komunikasi daerah yang memiliki fungsi untuk berkomunikasi dalam masyarakat Gorontalo. Bahasa Gorontalo sama halnya dengan bahasa-bahasa lainnya yang memiliki unsur bahasa di dalamnya. Unsur-unsur bahasa terdiri dari fonem, morfem, frasa, kalimat, wacana. Pengkajian tentang semua unsur tersebut membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Oleh karena itu penelitian ini hanya terfokus pada unsur morfem yang dalam hal ini dibatasi pada salah bentuk konjungsi bahasa Gorontalo. Konjungsi adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat (Chaer, 2008:98). Ada juga yang berpendapat bahwa konjungsi dapat menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat (Sugono, 1997:157). Jadi konjungsi adalah kata penghubung atau kata

sambung baik itu antara kata dengan kata, klausa dengan klausa maupun kalimat dengan kalimat. Konjungsi dapat dibagi berdasarkan tingkat kedudukannya dalam menghubungkan unsur kebahasaan, yakni: konjungsi koodinatif, subordinatif, korelatif, antarkalimat, dan antarparagraf (Alwi dkk, 1993:330). Dalam bahasa Gorontalo ditemukan adanya beberapa bentuk konjungsi, antara lain konjungsi korelatif. Konjungsi korelatif bahasa Gorontalo terdiri dari dua pasang. Misalnya, konjungsi openu bo. debo ma... dalam kalimat openu bo dungo lokando, Hulondalo debo ma dungalando yang bermakna meskipun hanya makan daun kangkung, Gorontalo tetap akan kita jaga. Hal ini sangat menarik untuk dikaji, mengingat konjungsi merupakan salah satu unsur pembentuk kalimat. Di samping itu, penutur bahasa Gorontalo cenderung kurang memahami keberadaan konjungsi korelatif dalam tuturan bahasa Gorontalo. Maka penelitian ini diharapkan dapat mendokumentasikan bahasa Gorontalo dengan tujuan untuk mengembangkan sekaligus melestarikannya. Adapun bahasa Gorontalo yang menjadi sasaran penelitian ini yakni bahasa Gorontalo yang digunakan oleh masyarakat di desa Ilotidea Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan tentang penggunaan konjungsi korelatif bahasa Gorontalo. Adapun rumusan masalah dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah bentuk konjungsi korelatif bahasa Gorontalo? 2. Bagaimanakah makna konjungsi korelatif bahasa Gorontalo? 3. Bagaimanakah penggunaan kalimat konjungsi korelatif bahasa Gorontalo? 1.3 Definisi Operasional Sehubungan dengan judul penelitian yakni Konjungsi Korelatif Bahasa Gorontalo, maka diperlukan definisi operasional untuk menguraikan kata-kata yang terdapat dalam penelitian ini. 1) Konjungsi korelatif Konjungsi korelatif yakni kata sambung yang terdiri dari dua pasang yang menghubungkan kata, frase, atau klausa yang sederajat ( Kridalaksana, 2001:117). Konjungsi korelatif bahasa Gorontalo yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kata sambung yang memiliki pasangan untuk merangkaikan sebuah kalimat dengan kalimat lain dalam bahasa Gorontalo. 2) Bahasa Gorontalo Bahasa Gorontalo merupakan suatu bahasa yang digunakan oleh suku Gorontalo. Bahasa Gorontalo yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah bahasa Gorontalo yang digunakan oleh masyarakat di desa Ilotidea Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.

Berdasarkan definisi di atas, maka konjungsi korelatif dalam bahasa Gorontalo yang dimaksud dalam peneliti ini ialah bentuk kata sambung berpasangan dalam tuturan bahasa Gorontalo yang digunakan oleh masyarakat desa Ilotidea kecamatan Tilango kabupaten Gorontalo. 1.4 Tujuan Penelitian Secara umum peneliti bertujuan untuk mengembangkan dan menjaga penggunaan bahasa Gorontalo dan secara khususnya sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan bentuk konjungsi korelatif bahasa Gorontalo. 2) Mendeskripsikan makna konjungsi korelatif bahasa Gorontalo. 3) Mendeskripsikan penggunaan kalimat konjungsi korelatif bahasa Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait. Manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan kesadaran bagi pembaca, khususnya masyarakat Gorontalo tentang keberadaan konjungsi korelatif dalam bahasa Gorontalo. Dengan ini pembaca diharapkan dapat turut berperan dalam upaya melestarikan bahasa Gorontalo. 2) Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat Gorontalo untuk menggunakan bahasa Gorontalo sebagai bahasa daerahnya sendiri. Penggunaan bahasa Gorontalo secara aktif ini, akan membangkitkan kembali semangat untuk

mempertahankan keberadaan bahasa Gorontalo sebagai identitas masyarakat Gorontalo. 3) Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang bahasa Gorontalo berdasarkan kaidah-kaidahnya. Selain itu, melalui penelitian ini penulis pun dapat menerapkan berbagai ilmu kebahasaan yang telah diperoleh di bangku kuliah.