BAB I PENDAHULUAN. budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar (maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. pihak, dan ditingkatkan melalui berbagai macam kegiatan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Penitipan Anak), playgroup/ kelompok bermain dan juga termasuk TK.

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses belajar siswa, tidak dipungkiri lagi bahwa pembelajaran PKn di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Segai sebuah proses sengaja maka pendidikan harus dievaluasi

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

MENINGKATKAN PENGENALAN LAMBANG -LAMBANG PANCASILA MELALUI MEDIA GAMBAR DI KELAS B PAUD MEKAR SARI KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu. manusia dalam mengembangkan dirinya hingga mampu menghadapi setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya. Guru selalu menjadi contoh dan teladan para siswanya dalam melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-Undang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Taman Kanak kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 1 (dalam Samino, 2012: 35)

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari pada manusia yang tidak berpendidikan. dan karsa. Hal itu tidak akan lepas selama manusia ini masih ingin untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini telah menjadi trend untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika (beradab dan berwawasaan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar (maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab), berkemampuan komunikasi sosial (tertib dan sadar hukum, kooperatif dan komunikatif, demokratis), dan beradab sehat sehingga menjadi manusia mandiri, yang dapat memperbaiki mutu pendidikan. Upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti dilakukan. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Bahkan beragam program inovatif pun ikut serta memeriahkan reformasi pendidikan. Selama ini, reformasi pendidikan lebih banyak menitikberatkan pada persoalan kurikulum baik secara struktural maupun prosedural. Padahal, perubahan kurikulum tidak akan bemakna, tanpa adanya perubahan praktik pembelajaran di dalam maupun di luar kelas baik tingkatan dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Perguruan Tinggi. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini yang tertuang pada pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasayarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Selanjutnya pada Bab I pasal 1 ayat 14 bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang di tujukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosio emosional, bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembengan yang dilalui oleh anak usia dini (http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan). Contohnya, ketika menyelenggarakan lembaga pendidikan seperti kelompok bermain (KB), Taman Kanak-Kanak (TK) atau lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang berbasis pada kebutuhan anak. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah upaya unutuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan keterampilan anak. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan sebuah pendidikan pada anak anak yang baru lahir sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada physical, intelligence/cognitive, emotional, dan social education. (http://en.wikipedia,org/wiki/early_childhood_education). Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap

perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Upaya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bukan hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi termasuk upaya pemberian gizi dan kesehatan anak sehingga dalam pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dilakukan secara terpadu dan komprehensif. Pendidikan anak usia dini (PAUD) pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengenal dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Oleh karena anak merupakan pribadi yang unik dan melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang diupayakan oleh pendidik dan orang tua yang dapat memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai suasana, hendaklah memperhatikan keunikan anakanak dan disesuaikan dengan tahap perkembangan kepribadian anak. Berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), terdapat beberapa masa yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi bagaimana seharusnya seorang guru menghadapi anak usia dini. Untuk itu orang tua dan guru lainnnya perlu memberi kesempatan dan menunjukkan permainan serta alat permainan tertentu yang dapat memicu munculnya masa peka/menumbuh kembangkan potensi yang sudah memasuki masa peka, memahami bahwa anak masih berada pada masa egosentris yang ditandai dengan seolah-olah dialah yang

paling benar, keinginannnya harus selalu dituruti dan sikap mau menang sendiri, dan sikap orang tua harus memberi respon secara bertahap kepada anak agar menjadi makhluk sosial yang baik, proses peniruan anak terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya tampak semakin meningkat, biarkan anak bermain di luar rumah bersama-sama temannya. Beberapa waktu kemudian barulah anak diberikan nasihat, akan tetapi kenyataannya sebagian besar orang tua dan guru belum memahami akan potensi luar biasa yang dimiliki anak usia dini. Menurut Rogers (dalam Sujiono, 2009:12) keberhasilan guru yang sebenarnya menekankan pada tiga kualitas dan sikap yang utama, yaitu guru yang memberikan fasilitas untuk perkembangan anak menjadi manusia seutuhnya, membuat suatu pelajaran menjadi berharga dengan menerima perasaan anak-anak dan kepribadian, dan percaya bahwa yang lain dasarnya layak dipercaya membantu menciptakan suasana selama belajar, dan mengembangkan pemahaman empati bagi guru yang peka/sensitif untuk mengenal perasaan anak-anak di dunia. Menurut Catron dan Allen (dalam Sujiono, 2009:13) Peran guru anak usia dini lebih sebagai monitor atau fasilitator dan bukan pentransfer ilmu pengetahuan semata, karena ilmu tidak dapat ditransfer dari guru kepada anak tanpa keaktifan anak itu sendiri. Dalam proses pemebelajran, tekanan harus diletakkan pada pemikiran guru, oleh karenanya, penting bagi guru untuk dapat mengerti cara berpikir anak, mengembangkan dan menghargai pengalaman anak, memahami bagaimana anak mengatasi suatu persoalan, menyediakan dan memberikan materi sesuai dengan taraf perkembangan kongtif anak agar lebih berhasil membantu anak berpikir dan membentuk pengalaman.

Tugas utama guru adalah mengembangkan potensi siswa secara maksimal melalui penyajian mata pelajaran. Setiap mata pelajaran, dibalik materi yang disampaikan secara jelas, memiliki nilai karakteristik tertentu yang mendasari materi itu sendiri, oleh karena itu, pada hakikatnya setiap guru dalam menyampikan materi, harus pula mengembangkan watak dan sifat yang mendasari mata pelajaran itu sendiri. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru, sehingga guru dituntut memiliki berbagai ketrampilan dalam mengajar. Pada praktiknya, tidak sedikit guru yang mengalami hambatan dan permasalahan dalam proses pembelajaran. Kemampuan untuk menyikapi dan mengatasi permasalahan ini merupakan keniscayaan yang harus dimiliki oleh guru sebagai praktisi pendidikan yang secara langsung berinteraksi dengan peserta didik. Pancasila merupakan dasar negara kita dan sebagai sumber dari segala sumber hukum yang tertinggi di negara Indonesia. Pancasila harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia baik sila-silanya, lambangnya maupun makna Pancasila itu sendiri sangat penting untuk diketahui, baik ditingkatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), SD, SMP, SMA maupun sampai pada Perguruan Tinggi. Untuk mengembangkan Pancasila tersebut maka ditiap sekolah di berikan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai

individu maupun sebagai anggota masyarakat, warga negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai suatu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum sekolah, PKn memiliki misi yang harus diemban. Di antara misi yang harus diemban adalah sebagai pendidikan dasar untuk mendidik warga negara agar mampu berpikir kritis dan kreatif, mengkritisi, mengembangkan pikiran. Untuk itu siswa perlu memiliki kemampuan belajar tepat, menyatakan dan mengeluarkan pendapat, mengenal dan melakukan telaah terhadap permasalahan yang timbul di lingkungannya agar tercapai perilaku yang diharapkan. Kita ketahui bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang diwajibkan untuk kurikulum di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan mata kuliah wajib untuk kurikulum pendidikan tinggi, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 37. Berdasarkan hal tersebut PKn tidak bisa dianggap remeh karena merupakan mata pelajaran yang diwajibkan, sehingga upaya-upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran PKn di sekolah-sekolah maupun Perguruan Tinggi harus terus ditingkatkan. Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pelajaran PKn belum sepenuhnya diajarkan karena mengingat kemampuan mereka masih terbatas tetap harus diperkenalkan dengan bentuk lain. Meskipun di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) belum diajarkan secara keseluruhan akan tetapi Pancasila tetap diajarkan yaitu melalui pengenalan lambang-lambang Pancasila dan penghafalan sila-sila Pancasila. Karena dengan pengenalan lambang-lambang Pancasila dan

penghafalan sila-sila Pancasila berarti kita telah mengamalkan dari pada amanah Pancasila yang akan menjadi sebagai warga negara yang baik. Berdasarkan pengamatan di kelas B Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Mekar Sari Paguyaman, Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo menunjukkan bahwa pembelajaran pengenalan lambang-lambang Pancasila sudah dilaksanakan namun belum sepenuhnya diketahui oleh siswa. Dari jumlah siswa Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) kelas B yaitu 26 siswa hanya 7 orang atau 26,92 % yang dapat memahami pengenalan lambang-lambang Pancasila, itupun masih diberikan bantuan sedangkan yang lainnya ada 19 orang atau 73,07 % belum bisa mengenali lambang-lambang Pancasila yang dijelaskan. Hal ini disebabkan karena konsep yang diajarkan cenderung abstrak dengan metode membosankan anak sehingga pengenalan lambang-lambang Pancasila kurang bisa/sulit dipahami. Guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa. Guru belum melakukan pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya kreativitas siswa kurang berkembang dan pola belajar cenderung menghafal. Di samping itu, guru mendominasi kelas sehingga siswa kurang terlibat secara aktif. Jika guru melontarkan pertanyaan kepada siswa, hanya beberapa siswa yang berani atau mau menjawab. Permasalahan lain tampak saat guru menjelaskan materi, beberapa siswa tampak mengantuk, melamun ada pula yang asyik mengobrol dengan teman didekatnya. Guru mengakui kondisi tersebut terjadi diantaranya disebabkan penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan suasana kurang menyenangkan bagi siswa. Guru lebih terpaku pada mengejar target

tersampaikannya semua materi kepada siswa sehingga melupakan pentingnya pembelajaran bermakna. Proses pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan pembelajaran kurang efektif dan menjadikan kreativitas siswa kurang berkembang dalam hal untuk mengenali lambang-lambang Pancasila. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah melalui penerapan media gambar. Pembelajaran dengan mengunakan media gambar merupakan suatu komponen penting dalam pembelajaran dan inovasi pendidikan. Pada pembelajaran dengan media gambar, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dan guru mendorong siswa untuk mengenali pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri. Hal serupa juga diungkapkan oleh Sudjana (2008: 68), pengertian media gambar adalah media visual dalam bentuk grafis. Diharapkan melalui media gambar tersebut akan meningkatkan pengenalan anak terhadap lambang-lambang Pancasila di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Mekar Sari Paguyaman, Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan suatu penelitian ilmiah dengan formulasi judul Meningkatkan Pengenalan Lambang-Lambang Pancasila melalui Media Gambar di Kelas B PAUD Mekar Sari Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo.

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang berhasil peneliti identifikasi dalam pengenalan lambang-lambang Pancasila melalui media gambar adalah sebagai berikut: a) Guru kurang menggunakan media dalam pembelajaran, b) Guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa. Guru belum melakukan pengajaran bermakna, c) Metode yang digunakan kurang bervariasi, d) Kreativitas siswa kurang berkembang dan pola belajar cenderung menghafal, dan Guru mendominasi kelas sehingga siswa kurang terlibat secara aktif. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka smasalah yang ingin di teliti dalam penelitian ini adalah Apakah Dengan Menggunakan Media Gambar Dapat Meningkatkan Pengenalan Lambang-Lambang Pancasila di Kelas B PAUD Mekar Sari Paguyaman, Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengenalan lambang-lambang Pancasila melalui media gamabar di kelas B PAUD Mekar Sari Paguyaman, Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo.

1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat baik sekolah, peneliti maupun siswa. a) Bagi siswa: Penelitian ini dapat membantu mereka dalam meningkatkan pengenalan lambang-lambang Pancasila. b) Bagi peneliti: Hasil penelitian ini merupakan salah satu acuan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan serta profesionalisme guru dalam rangka pemilihan strategi pembelajaran berupa media, metode, teknik atau pendekatan guna meningkatkan kualitas pengajaran di PAUD. c) Bagi sekolah: Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan pengenalan kualitas praktek pembelajaran di sekolah khususnya pada pembelajaran yang berkaitan dengan lambang-lambang Pancasila. d) Bagi guru Menjadi acuan bagi rekan-rekan guru di Pendidikan Anaka Usia Dini(PAUD) dalam memilih media pembelajaran yang dapat menunjang penyajian materi yang relevan.