BAB I PENDHULUAN. Infark miokardium merupakan proses rusaknya jaringan. jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

PENGARUH TEKHNIK HIPNOTHERAPI TERHADAP NYERI KLIEN POST APPENDICTOMY DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

LEMBAR PENGESAHAN. Tesis PENGARUH PEMBERIAN HIPNOTERAPI DAN EDUKASI TERHADAP SKALA NYERI PADA PASIEN ST ELEVASI MIOCARD INFARK (STEMI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pijat telah digunakan untuk pengobatan dan menjadi bagian rutin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat Penelitian dilakukan di ICVCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen, yaitu. tertentu (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberikan pretest (sebelum perlakuan) dan. penelitian kuasi eksperimental dengan metode non-randomized

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TERHADAP PERILAKU MOBILISASI DINI PADA PASIEN AMI DI RUANG ICU RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

Clinical Science Session Pain

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

Transkripsi:

BAB I PENDHULUAN A. Latar Belakang Infark miokardium merupakan proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli/trombus atau adanya penurunan aliran darah (Smeltzer & Bare, 1996). World Health Organization (WHO) memprediksi bahwa penyakit kardiovaskuler, terutama sindrom koroner akut (SKA) akan menjadi penyebab utama mordibitas dan mortalitas di Negara-negara berkembang sebelum tahun 2020 (Katz, 2006). Pada tahun 2013, kurang lebih 478.000 pasien di Indonesia didiagnosa Penyakit Jantung Koroner. Prevalensi ST elevasi miocard infark (STEMI) meningkat dari 25% ke 40% dari prosentase Infark Miokard (Depkes, 2013) Data dari Global Registry Acute Coronary Event (GRACE 2001), menunjukkan pasien yang datang ke rumah sakit dengan 1

2 keluhan nyeri dada ternyata yang terbanyak adalah Infark Miocard Akut dengan ST Elevasi (34%), Infark Miocard Akut tanpa ST Elevasi (31%) dan Angina Pektoris Tidak Stabil (29%) (Luepker, 2003 ; Budaj dkk, 2003). Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak dibagian bawah sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat, bisa menyebar ke bahu dan lengan biasanya lengan kiri. Nyeri ini muncul secara spontan (bukan setelah bekerja berat atau gangguan emosi) dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan hilang dengan istirahat maupun nitrogliserin (Smeltzer & Bare, 1996). Nyeri pada pasien ST elevasi miocard infark (STEMI) yang tidak tertangani dapat menyebabkan kecemasan, distres emosional, dan tidak dapat beristirahat sehingga perawat perlu memberikan intervensi untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada pasien dalam mengatasi nyeri. Kolcaba (2007) menyatakan bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Kenyamanan tersebut merupakan nyaman secara fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosiokultural,

3 sehingga terbebas dari nyeri. Seseorang yang merasakan nyeri berarti dia tidak terpenuhi kebutuhan rasa nyamannya, disinilah peran perawat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya. Intervensi keperawatan dalam upaya peningkatan kenyamanan. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen nyeri, yaitu pendekatan farmakologi dan non farmakologi. Pendekatan farmakologi merupakan tindakan kolaborasi antara perawat dengan dokter, yang menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan sensasi nyeri, sedangkan pendekatan non farmakologi merupakan tindakan mandiri perawat untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri, dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari teori comfort Kolcaba dalam upaya meningkatkan kenyamanan pasien dengan ST elevasi miocard infark, yaitu coaching adalah pemberian edukasi psikospiritual dan comfort food yaitu berupa pemberian hipnoterapi (McCloskey & Bulechek, 2000). Edukasi merupakan intervensi kenyamanan menurut Kolcaba, yaitu pemberian informasi terkait STEMI, dan edukasi psikospiritual. Dimana menurut Haruyama (2013) edukasi akan membuat pasien berfikir positif terhadap nyeri yang dialami, pikiran

4 positif adalah syarat terbaik untuk membantu pengeluaran endorfin. Selain itu edukasi psikospritual yaitu dengan mengajak berdzikir dan berdoa, hal tersebut akan dapat memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa. Hipnoterapi merupakan salah satu teknik manajemen nyeri non farmakologi dengan membantu pasien pada keadaan rileks sehingga dapat menstimulir otak untuk melepaskan neurotransmiter yaitu enchepalin dan endorphin. Endorphin berfungsi meningkatkan mood sehingga dapat merubah penerimaan individu terhadap nyeri. Hipnoterapi dapat mengalihkan perhatian klien dengan sugesti yang diberikan sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang dirasakan. (Nurindra, 2009) Penelitian tentang hipnoterapi dan edukasi untuk nyeri STEMI belum pernah dilakukan. Dewi (2011) menyebutkan dari hasil penelitiannya bahwa hipnoterapi efektif sebagai salah satu alternative untuk mengatasi nyeri akut dan kronis. Nyeri STEMI disebabkan oleh adanya plak arterosklerosis yang mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan mengakibatkan oklusi arteri koroner. Kerusakan jaringan pada lokasi ruptur plak akan menyebabkan sintesa prostaglandin, sehingga akan menimbulkan sensitisasi dari

5 reseptor-reseptor nosiseptif dan mengeluarkan zat-zat mediator nyeri seperti serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri (Sudoyo, 2006). Hipnoterapi dapat meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh dengan membantu pada kondisi rileks atau tenang. Endophin merupakan analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh, dan akan berinteraksi dengan input nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Endorphin dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan nyeri. (Antman dan Braunwald, 2005). Dari latar belakang tersebut peneliti merasa perlu dan tertarik untuk mengetahui pengaruh pemberian hipnoterapi dan edukasi terhadap skala nyeri dada pada pasien STEMI. B. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh pemberian hipnoterapi dan edukasi terhadap skala nyeri pada pasien ST elevasi miocard infark (STEMI)?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis pengaruh pemberian hipnoterapi dan edukasi terhadap skala nyeri pada pasien ST elevasi miocard infark (STEMI). 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis perbedaan skala nyeri ST Elevasi Miocard Infark (STEMI) sebelum dan sesudah pemberian hipnoterapi dan edukasi pada kelompok eksperimen. b. Menganalisis perbedaan skala nyeri ST Elevasi Miocard Infark (STEMI) sebelum dan sesudah pemberian edukasi pada kelompok kontrol. c. Menganalisis perbedaan skala nyeri ST Elevasi Miocard Infark (STEMI) pada kelompok kontrol dan eksperimen setelah pemeberian hipnoterapi dan edukasi D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teori Mengembangkan batang tubuh kelimuan keperawatan dengan memperkaya teori tentang hipnotherapi dan edukasi pada

7 penanganan nyeri pada pasien STEMI (ST elevasi miocard infark. 2. Manfaat Praktik a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan hipnoterapi dan edukasi dalam pelayanan keperawatan dan diharapkan dapat memberi masukan kepada peneliti lain untuk meningkatkan ilmu pengetahuan tentang hipnoterapi dan edukasi yang merupakan bagian dari intervensi keperawatan untuk mengurangi skala nyeri pada pasien dengan STEMI. b. Bagi praktisi klinik keperawatan Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi yang berarti dalam pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah, dan dapat dijadikan salah satu acuan dalam penerapan menangani masalah nyeri pada pasien STEMI c. Bagi Rumah Sakit Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan dapat dijadikan sebagai rujukan dalam pembuatan

8 regulasi penanganan masalah nyeri khususnya pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler (STEMI) E. Penelitian Terkait 1. Dewi dan Putri (2011) Judul : Pengaruh Teknik Hipnoterapi Terhadap Nyeri Klien Post Appendictomy di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi Metode: Penelitian ini menggunakan desain Pra-Eksperimen dengan rancangan One-Group Pre and Post-Test Design. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 10 responden di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi, Sampling penelitian ini menggunakan Purposive Sampling. Uji statistik yang dipakai dalam penelitian ini adalah Paired T-Test. Hasil: Terdapat pengaruh hipnoterapi terhadap nyeri post appendectomy di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi dengan uji statistik Paired T-Test dengan tingkat kemaknaan p = 0,00

9 2. Mulyadi (2011) Judul: Pengaruh Hipnosis terhadap Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman (Penurunan Nyeri Sendi dan Disabilitas) pada Lansia di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya Metode: Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen karena tidak dapat mengendalikan variabel pengggangu dan tidak dapat melakukan randomisasi sampel. Total populasi lansia di panti Werdha Hargodedali sebanyak 40 lansia. Jumlah populasi penelitian sebanyak 20 lansia, yaitu lansia yang menderita nyeri sendi dan disabilitas saat penelitian di Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya. Analisis data dengan chi square dengan confidence interval 95% untuk membandingkan tingkat nyeri dan disabilitas antara kelompok kontrol dan perlakuan, sedang untuk membandingkan tingkat nyeri dan disabilitas sebelum dan sesudah perlakuan digunakan uji tanda dengan confidence interval 95% Hasil: hipnosis dapat menurunkan tingkat nyeri namun belum dapat menurunkan tingkat disabilitas

10 3. Astari (2010) Judul: Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Femur di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Ortopedi Surakarta Metode: Penelitian ini adalah penelitian Experiment dengan rancangan pretest-postest Design. Teknik pengambilan sampel dengan cara Non Probability Sampling dan Purposive Sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 27 klien di rawat inap bedah Rumah Sakit Ortopedi Surakarta. Uji statistik yang dipakai dalam penelitian ini adalah Wilcoxon Signed Ranks Test. Hasil: uji statistic dengan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan nilai Z score = -460 dengan p-value = 0,001, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi fraktur femur di ruang rawat inap bedah Rumah Sakit Ortopedi Surakarta. 4. Nugroho, dkk (2012) Judul: efektifitas pijat refleksi kaki dan hipnoterapi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Sumpiuh dan klinik terapi pijat refleksi kaki pak Lilik. Metode:

11 Penelitian ini merupakan eksperimen dengan two group pre testpost test design. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 responden, dan terbagi menjadi dua group. Group pertama berjumlah 30 responden untuk perlakuan pijat refleksi dan group kedua berjumlah 30 responden mendapatkan perlakuan hipnoterapi. Uji statistic yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Mann Whitney Test dengan nilai kemaknaan sig = 0,05. Hasil: ada peningkatan yang signifikan antara pengukuran pertama-kedua pada fleksi sendi lutut kanan dan kiri dan antara pengukuran pertama-ketiga pada fleksi sendi lutut kiri. Simpulan pada penelitian ini adalah latihan ROM selama dapat meningkatkan fleksibilitas sendi lutut kiri sebesar 35 atau 43,75%. 5. Hastuti, (2011) Judul: Pengaruh Hipnoterapi terhadap perubahan skala nyeri pasien fraktur ekstermitas diruang bedah RSU Muntilan. Metode: penelitian kuantitatif dengan jenis eksperimental Eksperimental Randomized pre test post test control design. Sampel yang digunakan sejumlah 32 pasien dengan fraktur

12 ektremitas, 16 pasien sebagai kelompok perlakuan dan 16 pasien sebagai kelompok kontrol. Sampel diambil diambil melalui quota sampling. Penelitian ini menggunakan uji statistik Wilcoxon Hasil: rata rata skala nyeri sebelum hipnoterapi kelompok perlakuan 6,94 dan setelah dilakukan hipnoterapi rata rata menjadi 3,56. Uji non parametrik Wilcoxon test menunjukkan nilai Z -3, 475 signifikansi (p = 0,001) yang berarti sig <α=(0,05). Disimpulkan bahwa ada perbedaan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan hipnoterapi pada pasien ftaktur di RSU Muntilan. 6. Mohammadpour, 2014 Judul : The effects of topical heat therapy on chest pain in patients with acute coronary syndrome : a randomized doubleblind placebo-controlled clinical trial. Metode: Penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain randomized double-blind placebo-controlled clinical trial. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 66 responden dengan sindrom koroner akut di unit perawatan jantung Rumah Sakit Pendidikan, Gonabad, Iran. Responden pada kelompok perlakuan dan kelompok placebo mendapatkan terapi panas lokal

13 menggunakan paket panas 50 0 C dan 37 0 C. Peneliti akan menilai intensitas nyeri, durasi, dan frekuensi, serta kebutuhan untuk terapi analgesik opioid baik sebelum dan sesudah penelitian Hasil: Terapi placebo panas tidak secara signifikan mengurangi intensitas, durasi, dan frekuensi episode nyeri. Namun intensitas nyeri, durasi dan frekuensi pada kelompok eksperimen menurun secara signifikan setelah penelitian.