BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya yang memiliki ciri-ciri yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri.dalam sepanjang rentang kehidupan, dapat dipastikan bahwa manusia tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia peserta didik (siswa-siswi) dengan cara mendorong dan menfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab terakhir ini, peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan hasil dari

BAB I PENDAHULUAN. mendapat tempat terdepan dan terutama. Pendidikan merupakan faktor yang sangat esensial

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang ada pada diri manusia. Pendidikan mampu menyeimbangkan hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan banyak orang dan mutlak dibutuhkan terutama bagi orang yang berusia

BAB I PENDAHULUAN. melalui individu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan juga dengan orang lain yang ada

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB I PENDAHULUAN. agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering kali dialami siswa di sekolah tidak dapat

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat untuk memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB l PENDAHULUAN. untuk bebas atau tidak terkait oleh suatu tugas, dan pekerjaan yang harus dikerjakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KORELASI ANTARA KONSEP DIRI SOSIAL DENGAN HUBUNGAN SOSIAL (Studi Korelasional terhadap Siswa SMP Negeri 2 Padang Panjang)

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

STUDI TENTANG PERILAKU AGRESIF SISWA DI SEKOLAH

Korelasi antara Konsep Diri Sosial dengan Hubungan Sosial (Studi Korelasional Terhadap Siswa SMP Negeri 2 Padang Panjang)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

sebagai makhluk sosial maka manusia akan senantiasa berinteraksi dengan orang lain

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

BAB V PENUTUP. dijadikan sebagai sumbangan pemikiran yang perlu di pertimbangkan demi

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari luar dirinya. Dengan pendidikan inilah peserta didik dapat

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU AGRESIF SISWA DENGAN INTERAKSI SOSIAL. (Studi Deskriptif Kuantitatif Terhadap Siswa Kelas XI IPA 1 SMA

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara sadar atau disengaja yang bertujuan untuk menambah pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak,

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

JURNAL STUDI KASUS PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII DI MTS NEGERI NGRONGGOT, KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2016/2017

BAB II KAJIAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENGATASI PERILAKU BULLYING TEMAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK di KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH LAKITAN ABSTRACT

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Etika Pergaulan Siswa SMK Negeri 1 Kluet Selatan. Novita Anggriani

UPAYA MENGURANGI PERILAKU AGRESIF NON-VERBAL DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PALU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar sekolah, dalam bentuk formal atau pendidikan yang dilaksanakan oleh sebuah lembaga yaitu sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal secara sistematik melaksanakan kegiatan pembelajaran, bimbingan dan latihan untuk membantu siswa agar mampu mengembangkan seluruh aspek di dalam diri siswa baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Di lingkungan sekolah, guru mengemban tugas untuk menstimulir dan membina perkembangan intelektual siswa serta membina pertumbuhan nilai-nilai, sikap, dan perilaku dalam diri siswa. Kenyataan yang ada bahwa tugas yang diemban sekolah tidak selamanya berhasil maksimal, karena masih ditemukan siswa yang berperilaku menyimpang. Salah satu perilaku menyimpang adalah perilaku agresif yang ditunjukkan oleh siswa dan faktor yang menentukan perilaku agresif siswa adalah konsep diri. Konsep diri adalah persepsi seseorang terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi dengan orang lain Brooks, (Sobur, 2003:507). Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Perilaku individu akan sesuai dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai pandangan diri secara positif, akan melakukan perilaku yang positif, sedangkan individu yang mempunyai pandangan negatif tentang dirinya juga akan cenderung melakukan perilaku negatif, dalam hal ini perilaku agresif.

Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan demikian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang diri seseorang yang meliputi kemampuan yang dimilki, perasaan, yang dialami, kondisi fisik diri maupun lingkungan terdekat. Dalam lingkungan sekolah, konsep diri merupakan salah satu sikap yang penting. Siswa yang mempunyai konsep diri yang positif cenderung mampu untuk mengontrol perilakunya terutama dalam berhubungan dengan orang lain; Sebaliknya siswa yang memiliki konsep diri yang negatif cenderung tidak mampu untuk mengontrol perilakunya dalam berhubungan dengan orang lain. Agresif merupakan suatu tindakan yang dapat muncul atau dilakukan oleh seseorang dalam kehidupannya. Perilaku agresif adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk melukai atau menyakiti seseorang. Perilaku agresif dapat terjadi dimana saja dan juga dapat dilakukan oleh siapa saja baik anak-anak maupun orang dewasa. Tindakan/perilaku agresif terjadi dalam dua bentuk, yakni perilaku agresif verbal (mencaci maki, mengolok) maupun perilaku agresif non verbal (memukul, meninju). Perilaku agresif yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, dalam hal ini; teman bergaul di lingkungan tempat tinggal dan melihat model-model agresif tayangan kekerasan di TV. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, dalam hal ini; proses biologis dalam diri, egois, pemarah, dan frustrasi. Proses tersebut mampu membentuk perilaku siswa yang agresif, sehingga dapat dikatakan bahwa konsep diri dapat terbentuk dari adanya sikap atau perilaku yang agresif.

Selama peneliti melaksanakan PLBK (Praktek Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling) di SMP Negeri 1 Kupang khususnya kelas VII G, dan hasil wawancara dengan wali kelas, diperoleh informasi tentang perilaku agresif seperti, sering melakukan tindakan yang mengancam temannya sendiri, ikut tawuran, mengolok teman, dan merusak lingkungan sekolah, sering mengganggu kegiatan belajar di kelas, yang ditunjukkan dengan perilaku suka mengganggu teman yang sedang belajar, mengambil barang milik teman, dan membuat keributan dalam kelas. Berdasarkan kenyataan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Konsep Diri dengan Perilaku Agresif Siswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Pada Siswa Kelas VII G SMP Negeri 1 Kupang tahun pelajaran 2015/2016). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan perilaku agresif siswa kelas VII G SMP Negeri 1 Kupang tahun pelajaran 2015/2016? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasar pada rumusan masalah di atas maka penelitian ini memiliki tujuan: Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara konsep diri dengan perilaku agresif siswa kelas VII G SMP Negeri 1 Kupang tahun pelajaran 2015/2016. 2. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : a. Kepala sekolah

Hasil penelitian ini sebagai masukan dan informasi bagi kepala sekolah sebagai penanggungjawab umum dan pengelola, agar mengkoordinir dan menjalin kerjasama dengan guru-guru, guru BK, wali kelas dalam upaya menciptakan suasana yang kondusif di sekolah agar dapat meningkatkan konsep diri siswa yang positif dan mengurangi perilaku agresif siswa. b. Guru BK Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi bagi guru BK dalam menentukan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk membangun dan mengembangkan konsep diri yang positif. c. Bagi para guru Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dalam membantu mengembangkan konsep diri yang positif dan mengurangi perilaku agresif siswa. d. Bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa-siswi agar memiliki pemahaman tentang pentingnya konsep diri yang positif, sehingga siswa dapat mengurangi perilaku agresifnya terhadap sesama siswa dan guru. D. Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian 1. Anggapan Dasar Seorang peneliti dalam melaksanakan kegiatannya tidak hanya menemukan faktor-faktor, tetapi lebih dari itu peneliti dapat menemukan prinsip-prinsip yang terdapat dibalik fakta itu sendiri. Anggapan dasar merupakan titik tolak dalam pengkajian masalah secara ilmiah, yang telah diyakini kebenarannya oleh peneliti.

Arikunto, (2013:104) anggapan dasar adalah : suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti dan dirumuskan secara jelas, berfungsi sebagai tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Sesuai pendapat di atas, maka anggapan dasar dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Konsep diri siswa sangat dipengaruhi berbagai faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah perilaku agresif. b. Semakin positif konsep diri maka perilaku agresif siswa semakin menurun. Sebaliknya, semakin negatif konsep diri maka perilaku agresif siswa semakin meningkat. 2. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Arikunto (2013:110) merumuskan bahwa berdasarkan isi dan rumusannya yang bermacam-macam hipotesis dapat dibedakan atas dua jenis : a. Hipotesis Nol yang disingkat dengan Ho. Hipotesis nol menyatakan variabel X tidak mempunyai hubungan dengan variabel Y. b. Hipotesis kerja atau disebut hipotesis alternatif yang disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan variabel X mempunyai hubungan dengan variabel Y. Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini yaitu ada tidaknya hubungan konsep diri dengan perilaku agresif siswa kelas VII G SMP Negeri 1 Kupang tahun pelajaran 2015/2016, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

a) Hipotesis Nol (Ho) berbunyi : tidak ada hubungan antara konsep diri dengan perilaku agresif siswa kelas VII G SMP Negeri 1 Kupang tahun pelajaran 2015/2016. b) Hipotesis Alternatif (Ha) berbunyi : ada hubungan antara konsep diri dengan perilaku agresif siswa kelas VII G SMP Negeri 1 Kupang tahun pelajaran 2015/2016. E. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan agar penelitian lebih terfokus pada objek yang diteliti. Sehubungan dengan itu, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada hal-hal sebagai berikut : 1. Variabel penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah konsep diri sebagai variabel bebas yang diberi simbol X dan perilaku agresif sebagai variabel terikat yang biasa diberi simbol Y. 2. Populasi dan Sampel penelitian a. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VII G SMP Negeri 1 Kupang yang berjumlah 34 orang. b. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya mewakili karakteristik populasinya. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang berada di kelas VII G yang berjumlah 34 orang. 3. Lokasi penelitian : SMP Negeri 1 Kupang Jln. Prof. Dr. W. Z. Yohanes Kupang. 4. Waktu penelitian Penelitian dilakukan selama 4 bulan, dari bulan Oktober tahun 2015 sampai Januari tahun 2016. F. Penegasan Konsep Penegasan konsep dimaksudkan untuk mendeskripsikan konsep-konsep penting dalam penelitian serta bertujuan untuk menyamakan persepsi dan menghindari penafsiran yang berbeda dari para pembaca. Adapun konsep-konsep penting yang perlu dijelasakan adalah sebagai berikut: 1. Konsep Diri Konsep diri (self concept) sebagai pendapat atau perasaan atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri baik yang menyangkut materi, fisik (tubuh) maupun psikis (sosial, emosional, moral dan kognitif) yang dimiliki seseorang. Epstein, dkk ( Prayitno, 2006:21). Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7). Dari pendapat kedua ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang seseorang secara menyeluruh tentang diri, yang terbentuk dari evaluasi individu terhadap dirinya dan interaksi dengan lingkungannya.

Terkait dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan konsep diri adalah gambaran seseorang tentang siapa dirinya menyangkut materi, fisik, maupun psikis siswa-siswi kelas VII G SMP Negeri 1 Kupang mengenai dirinya secara menyeluruh tentang aspek diri fisik ( physical self), diri etik-moral ( moral-ethical self), diri pribadi (personl self), diri sosial (social self). 2. Perilaku Agresif Kisni (2001:15) mengungkapkan bahwa perilaku agresif sebagai bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk melukai seseorang (secara fisik atau verbal) atau merusak harta benda. Moore (Kartono, 2000:16) mengatakan bahwa perilaku agresif adalah tingkah laku kekerasan secara fisik atau verbal terhadap orang lain atau objek lain. Berdasarkan kedua pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa perilaku agresif adalah perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik secara fisik maupun verbal. Terkait dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan perilaku agresif adalah tingkah laku kekerasan untuk melukai seseorang baik secara fisik maupun verbal yang ditunjukkan siswa-siswi kelas VII G SMP Negeri 1 Kupang tahun pelajaran 2015/2016 terhadap orang lain yang meliputi perilaku agresif instrumental, verbal, fisik, dan emosional.