BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan kinerja perusahaan. Rahman, Moniruzzaman dan Sharif (2013)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB II LANDASAN TEORI. corporate governance dan earning management. Agensi teori mengakibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Adanya praktik manajemen laba dapat dikaitkan dengan teori keagenan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal) ( Jensen dan Meckling,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Pearce and Robinson,2013 : 38). Teori keagenan mengansumsikan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. menerima wewanang (agen). Teori keagenan merupakan basis teori yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB I PENDAHULUAN. prespektif teori tradisional, bahwa aktivitas perencanaan pajak untuk mentransfer

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

ISNI WIYATMI B

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan

adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer)

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori agensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prespektif agency theory merupakan dasar yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah laba, karena laba mengandung informasi potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Putu Putri Suriyani, Gede Ani Yunita, Ananta Wikrama T. A. (2015)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. perusahaan. Kinerja keuangan merupakan suatu hasil pelaporan yang menunjukkan kondisi serta

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mencurahkan perhatian terhadap CG. Skandal-skandal korporasi tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis selain untuk memaksimumkan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Teori keagenan menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan wewenang pengelolaan perusahaan kepada manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa pemisahan kepemilikan atau pengelolaan antara principal dan agent bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan (principal) karena perusahaan dikelola oleh tenaga profesional (manajemen). Pemisahan pengelolaan perusahaan tersebut menimbulkan biaya keagenan (agency cost). Biaya keagenan terdiri dari 3 jenis, yaitu (1) biaya yang terkait dengan fungsi pemantauan terhadap agen atau monitoring cost, (2) biaya untuk menjamin bahwa agen akan bertindak sesuai dengan keinginan pemilik atau bonding cost, dan (3) berkurangnya kesejahteraan pemilik sebagai dampak dari perbedaan kebijakan antara pemilik dan manajemen atau residual loss. Pemisahan pengelolaan tersebut berpotensi memunculkan masalah. Salah satunya adalah adanya kemungkinan manajemen bertindak oportunis sehingga tidak sesuai dengan keinginan atau kepentingan pemilik. Manajemen perusahaan dalam kenyataannya cenderung mementingkan kesejahteraannya sendiri. Manajemen cenderung bertindak oportunis dengan 9

melakukan manipulasi laba untuk menunjukkan prestasinya dalam meningkatkan laba perusahaan. Selain itu, kebijakan pajak dalam rangka menghindari pajak dan kebijakan lainnya yang mengarah pada earning management tentu menyimpang dari kebijakan pemilik dalam mencapai tujuan perusahaan. Hal tersebut menimbulkan residual loss yang berdampak pada berkurangnya kesejahteraan pemilik. Langkah yang diambil manajemen tersebut dalam jangka panjang jelas akan merugikan pemilik, perusahaan bahkan negara. Potensi dilakukannya penyimpangan oleh manajemen dapat dicegah melalui monitoring terhadap kinerja manajemen. Penerapan good corporate governance merupakan langkah dalam mengawasi manajemen perusahaan. Good corporate governance juga bertujuan untuk menjamin aset pemegang saham. Hal tersebut sejalan dengan Nasution dan Setiawan (2007) yang menyatakan bahwa corporate governance merupakan konsep yang bertujuan untuk menjamin pemegang saham mengenai akuntabilitas manajemen melalui fungsi supervisi dan pengawasan kinerja manajemen berdasarkan kerangka peraturan. 2.1.2. Corporate Governance Corporate governance merupakan sarana untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara efisien. Corporate governance menjadi isu yang sangat penting dikalangan principal, organisasi-organisasi, konsultan suatu perusahaan, dan regulator (pemerintahan) karena berbagai fenomena yang terjadi. Saat ini, corporate governance telah berkembang menjadi suatu 10

prinsip yang berlaku secara internasional. Penerapan prinsip good corporate governance dapat mencegah terjadinya bentuk kecurangan dan penyimpangan yang dapat merugikan emegang saham. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menyebut good corporate governance sebagai salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Praktik corporate governance di Indonesia diatur dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh KNKG. Good Corporate Governance menurut KNKG harus meliputi 5 (lima) asas, yaitu transparansi (transparency), independensi (independency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), kewajaran dan kesetaraan (fairness). Pemerintah menjadikan penerapan peraturan corporate governance sebagai alat untuk mengatasi kecurangan yang merugikan negara. Selain itu, penerapan good corporate governance juga digunakan sebagai penjamin aset yang dimiliki pemegang saham serta menjaga karakter relevance dan faithful representation dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. 2.1.2.1. Dewan Komisaris Dewan komisaris memiliki peran sebagai supervisor atau melakukan pengawasan (monitoring) terhadap kinerja dewan direksi atau manajemen. Dewan komisaris dan dewan direksi bertanggung jawab serta menjadi otoritas dalam pengambilan keputusan atau menetapkan kebijakan berkaitan dengan tujuan perusahaan. Dewan komisaris memiliki otoritas dan posisi lebih tinggi daripada dewan direksi, Namun, dewan komisaris memiliki kelemahan yaitu hanya sedikit mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan 11

dibandingkan dewan direksi. Oleh karena itu, dewan komisaris harus mengawasi kinerja dewan direksi. Fama dan Jensen (1983) mengatakan bahwa dewan komisaris merupakan elemen vital dalam menerapkan corporate governance yang bertujuan untuk melindungi dan mengawasi aset pemegang saham yang diberikan kepada perusahaan. Selain itu, tidak ada mekanisme pengawasan kinerja manajemen yang lebih efektif daripada pengawasan yang dilakukan oleh pemangku kepentingan atau pemegang saham. 2.1.2.2. Komisaris Independen Dewan komisaris independen di Indonesia diatur melalui Ketentuan Peraturan Bapepam No. I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat ekuitas dan Pedoman Umum Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh KNKG. Jumlah dewan komisaris independen minimal adalah 30%. Aturan tersebut berpengaruh terhadap pengendalian dan pengawasan kinerja manajemen dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Komisaris independen mampu mencegah manajemen melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan yang dapat memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan perusahaan. Klein (2002) menyatakan bahwa dewan yang independen yang berasal dari luar perusahaan mampu manjadi alat pengawasan yang lebih efektif. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang bukan merupakan pegawai atau orang yang berurusan langsung dengan organisasi tersebut dan tidak mewakili pemegang saham. Nugroho dan Eko (2011) 12

menyatakan bahwa komisaris independen harus memiliki kontribusi terhadap corporate governance. 2.1.2.3. Komite Audit Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dan bertanggung jawab langsung kepada dewan komisaris dengan tugas melakukan pengawasan dan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Selain itu, menurut Trisnawati (2009) komite audit adalah penghubung antara manajemen perusahaan, dewan komisaris dan pemegang saham dalam menangani masalah pengendalian dalam perusahaan. Komite audit memiliki tugas khusus dan dibentuk dengan tujuan untuk mengatasi masalah-masalah penting yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh dewan komisaris. Kusumaning (2004) menyebutkan bahwa keberadaan komite audit diharapkan mampu segera mengatasi permasalahan perusahaan yang signifikan atau penting karena komite audit memiliki tugas untuk mengatasi masalah-masalah perusahaan yang membutuhkan integrasi dan koordinasi. Komite audit memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap laporan keuangan, audit eksternal maupun internal dan sistem pengendalian internal. 2.1.2.4. Kepemilikan manajerial Kepemilikan saham manajerial yang tinggi akan mendorong manajemen melakukan fungsinya dengan baik, karena hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan untuk 13

kepentingannya sendiri sebagai pemegang saham. Secara teoritis, rendahnya kepemilikan manajerial berdampak pada meningkatnya cost untuk melakukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya perilaku opportunistik manajer. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial yang meningkat menyebabkan manajer perusahaan memiliki kedudukan yang sejajar dengan pemegang saham. Kepemilikan manajerial diukur dengan perbandingan antara porsi saham biasa yang dimiliki oleh pihak manajemen dengan jumlah lembar saham yang diterbitkan oleh perusahaan. Menurut Putri dan Nasir (2006), kepemilikan manajerial merupakan proporsi kepemilikan saham oleh manajer terhadap total saham yang beredar. Iturriaga dan Sanz (2000) berpendapat bahwa struktur kepemilikan manajerial dapat menjadi alat untuk mengurangi konflik keagenan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik (pemegang saham) dan sebagai cara untuk mengurangi konflik kepentingan. Meningkatnya kepemilikan saham manajerial akan mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga mendorong manajer untuk meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu, konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham berkurang karena resiko bisnis perusahaan bukan hanya menjadi tanggungan pemilik utama, namun manajer juga akan ikut menanggungnya. 2.1.3. Tax Avoidance Tax avoidance adalah usaha menghindari pajak yang dilakukan dengan cara yang legal atau tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang 14

ada. Menurut Prakosa (2014) Penghindaran pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu a) Memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara-negara yang memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning). b) Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang paling rendah (formal tax planning). c) Ketentuan Anti Avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization, treaty shopping, dan controlled foreign corporation (Specific Anti Avoidance Rule), serta transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti Avoidance Rule). Uppal (2005) menjelaskan bahwa tax avoidance yang sering dilakukan di negara berkembang adalah melaporkan pendapatan kena pajak menjadi lebih rendah sehingga tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Penghindaran pajak berdampak pada anggaran negara karena pajak merupakan pemasukkan terbesar bagi negara. Dampak tersebut disebabkan oleh menyempitnya basis pajak sehingga potensi pendapatan pajak menurun. 2.1.4. Earning Management Manajemen laba adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk menaikan atau menurunkan laba periode berjalan yang didasari oleh kepentingan pribadi ataupun kepentingan tertentu perusahaan. Nuryaman (2008) menjelaskan bahwa manajemen laba merupakan intervensi oleh kepentingan manajemen perusahaan dalam proses penyusunan laporan keuangan. Widyaningdyah (2001) menyebut manajemen 15

laba sebagai tindakan mengubah pelaporan laba oleh manajer dengan cara meningkatkan atau mengurangi laba tanpa adanya peningkatan ataupun penurunan manfaat ekonomi jangka panjang. Rahman, Moniruzzaman dan Sharif (2013) membagi motivasi manajemen dalam melakukan manajemen laba menjadi 3 (tiga). Motivasi manajemen laba tersebut adalah sebagai berikut. a. Bonus Plan Hypothesis Bonus Plan Hypothesis menyatakan bahwa bonus yang dijanjikan kepada manajer perusahaan menjadi memotivasi manajer melakukan kecurangan. Manajer melakukan kecurangan dengan cara memanipulasi laporan keuangan dengan tujuan seolah-olah kinerja manajemen meningkat sehingga mendapatkan bonus yang dijanjikan. b.debt (Equity) Hypothesis Debt (equity) hypothesis menyatakan bahwa perusahaan dengan rasio Debt to equity yang lebih besar cenderung memilih metode akuntansi yang memberikan laba lebih tinggi. Hal ini dilakukan demi menjaga reputasi perusahaan. Selain itu, tindakan tersebut dilakukan supaya perusahaan lebih mudah dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditur. a. Political Costs Political cost hypothesis menyatakan bahwa perusahan memiliki kecenderungan untuk memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi tertentu dengan tujuan membuat laba lebih rendah dari seharusnya. Tindakan tersebut dilakukan untuk meminimalkan beban pajak. 16

2.2. Pengembangan Hipotesis 2.2.1. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Earning Management Good Corporate governance memiliki berbagai komponen yang digunakan untuk memberikan pengawasan terhadap kinerja manajemen sehingga mengurangi resiko dilakukannya earning management. Ukuran dewan komisaris menjadi salah satu komponen yang berpengaruh. Menurut KNKG, dewan komisaris merupakan pemegang kendali sistem pengelolaan internal sebuah perusahaan yang berperan menjalankan aktivitas pengawasan. Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa dewan komisaris memiliki peran penting dalam efektivitas proses monitoring kinerja manajemen. Keberadaan dewan komisaris diharapkan mampu membatasi celah yang dapat digunakan manajemen untuk melakukan kecurangan. H1: Ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap earning management. 2.2.2. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Earning Management Selain dewan komisaris, keberadaan komisaris independen juga merupakan elemen penting dalam proses monitoring atau pengewasan terhadap kinerja manajemen. Nasution dan Setiawan (2007) mengemukakan bahwa semakin banyak komisaris independen maka proses pengawasan yang dilakukan semakin berkualitas karena adanya pihak independen dalam perusahaan yang akan lebih menuntut transparansi pelaporan keuangan perusahaan. Komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan 17

keefektifan pengawasan terhadap kualitas pelaporan keuangan sehingga praktik earning management di perusahaan dapat ditekan. H2: Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap earning management. 2.2.3. Pengaruh Komite Audit terhadap Earning Management Dewan komisaris independen masih tergolong terlalu kecil untuk melakukan pengawasan terkait pihak internal saja, namun pihak eksternal juga termasuk. Oleh karena itu, keberadaan komite audit akan lebih membantu kerja dewan komisaris. Kusumaning (2004) menyatakan bahwa komite audit bertugas untuk mengatasi masalah-masalah perusahaan yang membutuhkan integrasi dan koordinasi. KNKG menerangkan bahwa komite audit bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap laporan keuangan, audit internal dan eksternal, serta memastikan sistem pengendalian internal berjalan dengan baik. Pengawasan yang dilakukan komite audit pada laporan keuangan adalah menjamin laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum (PABU). Keberadaan komite audit diharapkan mampu memperketat pengawasan sehingga memperkecil peluang terjadinya penyimpangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dirumuskan hipotesis berikut. H3: Komite audit berpengaruh negatif terhadap earning management. 2.2.4. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Earning Management Monitoring kinerja yang dilakukan oleh dewan komisaris yang di dalamnya terdapat komisaris independen dan dibantu oleh komite audit dapat 18

berdampak positif pada perusahaan. Selain hal tersebut, dalam melakukan monitoring kinerja terdapat beberapa opsi dan salah satunya adalah pemberian saham kepada pihak manajemen. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial yang meningkat menyebabkan manajer perusahaan memiliki kedudukan yang sejajar dengan pemegang saham. Kepemilikan saham oleh pihak manajemen mampu mengurangi konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham karena resiko bisnis perusahaan bukan hanya menjadi tanggungan pemilik utama, namun manajer juga akan ikut menanggungnya. Manajemen perusahaan akan lebih berhati-hati dalam menentukan kebijakan akuntansi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dirumuskan hipotesis berikut. H4: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap earning management. 2.2.5. Pengaruh Tax Avoidance terhadap Earning Management Pajak menjadi beban bagi perusahaan. Hardika (2007) menyatakan bahwa perusahaan menganggap pajak sebagai beban yang akan mengurangi laba bersih. Oleh karenanya, manajemen termotivasi melakukan berbagai cara untuk menurunkan beban pajak. Namun, manajemen lebih memilih cara yang aman dalam melakukannya. Tax avoidance merupakan cara aman untuk menghindari pajak karena tidak dilarang oleh regulasi (legal) dan memiliki pengaruh besar pada laba bersih yang dihasilkan (Prakosa, 2014). Rahman, Moniruzzaman dan Sharif (2013) salah satu motivasi dari earning management adalah meminimalkan pajak. Penelitian Wang dan Chen 19

(2012) membuktikan adanya hubungan positif antara earning management dan tax avoidance. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dirumuskan hipotesis berikut. H5: Tax Avoidance berpengaruh positif terhadap earning management. 2.3. Kerangka Teoritis Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Hubungan Antar Variabel Variabel Independen Variabel dependen Corporate Governance 1. Ukuran Dewan Komisaris 2. Komisaris Independen 3. Komite Audit 4. Kepemilikan manajerial Tax Avoidance H1(-) H2(-) H3(-) H4(-) H5(+) Earning management 20