III. BAIIAN DAN METODE 3.1. Tcmpat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Kebun Percobaan Organik (KPO) Fakultas Pertanian Universitas Riau, kampus Bina Widya, Kelurahan Simpang Baru, Panam, Pekanbaru. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2009. 3.2. Bahan dan alat Balian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ulat S.litiira F instar 111, benih kedelai varietas Willis, ekstrak akar tuba, aquades steril, rhizogen, pupuk kandang dan sabun krim. Sedangkan alat yang digunakan adalah hand sprayer, tabung erlenmeyer 1000 ml. kotak penetasan ulat grayak S.litiira F, pinset. kain tile atau kain kasa warna hitam, gelas ukur, timbangan, Termohygromcter, polynet atau kawat nyamuk, pisau, paku, kayu, tali plastik dan alat-alat tulis. 3.3. Mctode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 kali ulangan sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 10 ekor ulat instar III. Perlakuan yang dicobakan adalah konsentrasi beberapa ekstrak tuba yang terdiri dari 5 taraf yailu : Pi = Konsentrasi ekstrak akar tuba 10 g/liter air P2 = Konsentrasi ekstrak akar tuba 20 g/1 iter air P3 = Konsentrasi ekstrak akar tuba 30 g/liter air P4 = Konsentrasi ekstrak akar tuba 40 g/iiter air. P5 = Konsentrasi ekstrak akar tuba 50 g/liter air.
10 Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam dan uji lanjut dengan Duncan's New Multiple Range 7"e.i7 (DNMRT). Metode linier yang digunakan sebagai berikut: Yij = ^ + Ti + ij Dimana:, u. r; ' ; ^ Yjj = Pengamatan pada satuan percobaan pada perlakuan ekstrak akar tuba ke-i yang mendapatkan ulangan ke-j. }.i = Nilai tengah umum. xi = Pengaruh ekstrak akar tuba ke-i. 8ij = Pengaruh galat pada satuan percobaan pada perlakuan ekstrak akar tuba ke-i yang mendapatkan ulangan ke-j. Semua tanaman yang ada dalam sungkup dijadikan tanaman sample. 3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Persiapan Lapangan. a 3.4.1.1. Areal Penanaman ' ' *' Sebelum tanah diolah, terlebih dahulu aeal dibersihkan dari kotoran-kotoran yang dapat mcnjadi media sumber hama dan penyakit. Pengolahan tanah dilakukan dua kali, pengolahan tanah pertama membalikan tanah dengan cangkul. Selanjutnya pengolahan tanah kedua menggemburkan tanah dan membentuk plot percobaan serta diberi pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Plot percobaan berukuran 80x60 cm. Jarak antara waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar 2 minggu. 3.4.1.2. Penibuatan Sungkup. i ;, ' ; h, ts ^ ;, ; Sungkup terbuat dari kayu segi empat dibuat menjadi sebuah kerangka kubus dengan ukuran panjang satu meter, lebar satu meter dan tinggi 0,8 meter ditutup dengan polynet atau kawat nyamuk berwama hitam pada permukaan atas dan permukaan samping, sedangkan permukaan bawah dibiarkan terbuka. Hal ini dilakukan agar tanaman bisa masuk kedalam sungkup. Sungkup dibenamkan sekitar 5 cm kedalam tanah untuk mencegah ulat tidak keluar dan diletakkan pada saat tanam
11 3.4.1.3. Penanaman. Sebelum ditanam benih Icedelai diberi Rhizogen sebanyak 0,6 g super rhizogen untuk 10 g benih kedelai. Benih yang sudah diberi Rliizogen dikering anginkan selama 15 menit selanjutnya benih dapat ditanam. Benih yang telah diinokulasi segera ditanam. Penanaman dilakukan pada pagi hari, dengan jarak tanam 30.\20 cm, tiap lubang ditanam sebanyak 3 benih. Setiap unit / sungkup terdiri dari dua rumpun tanaman. \.,-i 3.4.1.4. Pemeliharaan 3.4.1.4.1. Pcnyulaman. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur satu minggu setelah tanam dengan menggunakan tanaman yang telah disediakan untuk penyulaman. 3.4.1.4.2. Penyiangan. r - ' Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut semua gulma yang tumbuh disekitar bedengan maupun disekitar tanaman dengan menggunakan Penyiangan dilakukan apabila areal bedengan telah ditumbuhi gulma. tangan. 3.4.1.4.3. Penyiraman. r a;;: Tanaman kedelai termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan. Penyiraman dilakukan sebanyak satu kali pada sore hari apabila diperlukan. 3.4.1.4.4. Infestasi Ulat grayak {Spdoptera litura) ke Tanaman Kedelai Ulat grayak diinfestasikan ke tanaman kedelai setelah tanaman berumur 4 minggu. Infestasi ulat instar III sebanyak 10 ekor setiap unit perlakuan atau 5 ekor setiap rumpun, setiap unit diberi sungkup. Selanjutnya diistirahatkan selama 2 jam kemudian dilanjutkan dengan penyemprotan pestisida nabati ekstrak akar tuba sesuai perlakuan. icrb.^'^u. d;;'.:nibui-, Jiri;^;:; ctrauc'sa:. uii:-
12 3.4.1.4.4. Pemberian Perlakuan. Aplikasi dilakukan setelah infestasi hama ketanaman. Ekstrak akar tuba sesuai konsentrasi perlakuan dimasukkan kedalam hand sprayer dengan ukuran 200 ml. kemudian disemprotkan diseleluruh permukaan daun kedelai. Volume semprot yang digunakan adalah 150 ml/unit percobaan (hasil kalibrasi). Saat perlakuan, handsprayer sering dikocok agar larutan tidak mengendap. Penyemprotan dilakukan pada sore hari. u,ci ^ 3.4.2. Di Laboratorium. 3.4.2.1. Pcmbiakan S.litiira untuk Perlakuan. Telur hama S.litura F. yang akan dijadikan perlakuan diperoleh dari tanaman pepaya (permukaan bawah daun) pada areal pertanian Unit Pelaksanaan Tekhnis Fakultas Pertanian Universitas Riau (UPT FAPERTA UNRl). Telur-telur tersebut dimasukan kedalam kotak pembiakan yang berukuran 32,5 cm x 23,5 cm X 7 cm dengan menyertakan sebagian daunnya. Pada bagian atas kotak diberi lobang yang ditutup dengan kain kasa dan dasarnya dialasi dengan kertas saring yang sudah dipcrcikan air agar lembab kemudian telur ditutup dengan daun kedelai. _.,.. Setelah telur menetas menjadi ulat instar I, ulat-ulat tersebut di pisahkan sebanyak 2-3 kotak agar populsi ulat dalam kotak pembiakan tidak terlalu padat. Pada kotak pembiakan diberi daun kedelai segar tanpa pestisida yang diganti tiap harinya scbagai pakan ulat. Setelah ulat mcncapai instar 111, yang ditandai dengan perubahan bagian kepala yang memerah menjadi hitam, maka ulat ini siap digunakan sebagai bahan penelitian sebanyak 10 ekor tiap unit perlakuan. 3.4.1.5. Pcnibuatan Ekstrak Akar Tuba Akar tuba yang masih segar dengan garis tengah 4 cm dicuci bersih, kemudian dipotong-potong sepanjang ± 5 cm lalu dikering anginkan. Potonganpotongan akar tuba tersebut ditumbuk hingga lunak, kemudian ditimbang lalu dilambahkan air 100 ml masing perlakuan selanjutnya dibelender hingga halus. Ekstrak tersebut ditambah sabun krim sebanyak satu gram setiap perlakuan, kemudian ditambah 900 ml diaduk-aduk agar tercampur rata dan sesuai dengan
13 konsentrasi perlakuan. Selanjutnya disaring dengan kain kasa yang halus. Ekstrak akar tuba didiamkan selama 12 jam dan baru dapat digunakan. 3.5. Pengamatan. 3.5.1. Awal Kcmatian ulat/12 jam Pengamatan di lakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mematikan paling awal salah satu ulat uji dan diamati setiap 12 jam. Perhitungan di mulai pada hari setelah pemberian perlakuan (aplikasi ekstrak akar tuba) sampai ada salah satu ulat uji mati. 3.5.2. Pcrscntase Mortalitas llarian Ulat (%). Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah ulat yang mati setiap hari setelah pemberian perlakuan sampai ulat uji mati semua. Persentase mortalitas harian ulat di hitung dengan formula: ' ^ M =X-Yv 100% ' M = Persentase mortalitas harian ulat. X = Jumlah ulat yang di uji. Y = Jumlah ulat uji yang masih hidup. 3.5.3. Persentase Mortalitas Ulat Kumulatif (%) Pengamatan di lakukan dengan menghitung pertambahan ulat uji yang mati setiap hari (kumulatif) dengan formula : P= A^xlOO% n P = Persentase mortalitas ulat kumulatif A'^^ Pertambahan ulat uji yang mati secara kumulatif n = Jumlah awal ulat uji (10 ekor). 3.5.4. Lethal Time (LT) 50 %/12 jam. Pengamatan dilakukan untuk menghitung waktu yang dibutuhkan setiap konsentrasi perlakuan dapat mematikan 50 % ulat uji. Pengamatan dilakukan setiap 12 jam.
14 3.5.5. Lethal Conscntrasi (LC) 50%.? Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung konsentrasi ekstrak akar tuba yang dapat mematikan 50 % ulat uji. Pengamatan ini dihitung pada satu hari setelah pemberian perlakuan dengan waktu 48 jam. 3.5.6. Lama Plidup Ulat Setelah Pemberian Perlakuan. Apabila ada ulat yang masih hidup diamati jumlah waktu yang dibutuhkan ulat instar III untuk menyelesaikan siklus hidupnya sampai instar akhir. 3.5.7. Pengamatan Perubahan Tingkah Laku dan Morfologi Ulat Uji (Tidak dianalisis) Pengamatan dilakukan dengan memperhatikan tingkah laku dan morfologi ulat grayak setelah diberi perlakuan. Pengamatan dilakukan setiap 12 jam. 3.6. Pengamatan Pendukung. 3.6.1. Jumlah hclaian daun (Hclai) ^^^---i-n Jumlah helaian daun yang dihitung adalah jumlah helaian daun sebelum dan sesudah infestasi ulat. 3.6.2. Suhu dan Kelembaban Udara Tcmpat Penelitian (Tidak Dianalisis) Pengamatan suhu dan kelembaban menggunakan termohygromcter ditempat penelitian. Suhu dan kelembaban akan diamati pagi dan sore hari, dimulai pada saat aplikasi perlakuan sampai terakhir pengamatan. Data disajikan dalam bentuk tabel.