BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan sangatlah penting. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peneriman di negara Indonesia yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak diadakannya reformasi perpajakan tahun 1983, sebagaimana telah diubah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan utama negara yang masih terus digali potensinya oleh

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk kepentingan rakyat yang tidak wajib membayar pajak. pajak, yaitu dengan memperluas subyek dan obyek pajak atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudannya melalui pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan penerimaan negara yang yang berasal dari dalam negeri tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. internal adalah pajak. Dalam Undang-undang Perpajakan No. 28 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dan sumber dana yang penting bagi pembiayaan nasional. Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang. sangat penting dan paling besar dalam menopang pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil, makmur dan sejahtera. Pemerintah membutuhkan dana yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk kepentingan negara seperti halnya menyediakan infrastruktur yang

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1, Pajak adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. internal adalah pajak, sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. utama yang digunakan untuk kepentingan negaranya masing-masing Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. . Di indonesia salah satu satu penerimaan negara yang sangat penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pajak merupakan masalah yang tidak henti-hentinya dibicarakan

BAB I PENDAHULUAN. Belanja negara(apbn) berasal dari sektor pajak, maka tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa pajak. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna

BAB I PENDAHULUAN. Sumber-sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari berbagai sektor,

BAB I PENDAHULUAN. nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik. Negara kita Negara Indonesia ini mempunyai sebuah landasan atau sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan kepada Negara, hibah, wasiat, dan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan peningkatan jumlah dan kebutuhan masyarakat. (Lubis, 2015)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah pusat maupun daerah. Bagi masyarakat pajak dirasakan sebagai beban, sedangkan bagi negara pajak memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah disempurnakan dengan UU No.16 tahun 2009 adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sektor pajak memiliki peranan yang sangat besar dalam menghasilkan penerimaan bagi negara dan sangat diperlukan guna mewujudkan kelangsungan serta peningkatan. Hal ini sejalan dengan usaha yang dilakukan fiskus dalam meningkatkan penerimaan pajak, antara lain fiskus melakukan ekstensifikasi yang ditempuh dengan meningkatkan jumlah wajib pajak yang aktif dan intensifikasi penerimaan pajak yang ditempuh dengan meningkatkan kepatuhan wajib pajak, pembinaan kualitas aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap wajib pajak,

2 dan pembinaan kepada para wajib pajak, pengawasan administratif, pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pasif dan aktif serta penegakan hukum (Alena, 2010:1). Penyelenggaraan pemungutan pajak ditetapkan dalam peraturan perundangundangan perpajakan yang menjamin hak dan kewajiban wajib pajak serta pemungut pajak (fiskus). Sistem pemungutan pajak di Indonesia menganut self assessment system yang dapat diartikan sebagai kewajiban oleh wajib pajak dalam menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak yang terutang berada pada wajib pajak sendiri (Zain, 2008:113). Sistem perpajakan yang telah diatur dalam Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan memberikan kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada masyarakat wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakanya. Sementara pemerintah dalam hal ini aparat perpajakan, berkewajiban memberikan pelayanan, penyuluhan, dan pembinaan serta pengawasan dan penegakan hukum, agar masyarakat wajib pajak dapat melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kepercayaan pada wajib pajak untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri pajak terutang, dalam praktiknya sulit berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban pajak seperti melaporkan SPT. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo, rendahnya kepatuhan dan kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari kecilnya jumlah wajib

3 pajak yang melaporkan surat pemberitahuan (SPT) tahunannya, seperti yang di tunjukan dalam tabel 1 berikut. Tabel 1: Kepatuhan Wajib Pajak dalam Memasukkan SPT se Provinsi Gorontalo No Wajib Pajak Keterangan Tahun 2009 2010 2011 Terdaftar 5.035 5.555 6.627 1. Badan Efektif 4.794 5.313 6.627 Yang Menyampaikan SPT 1.975 772 1.783 Terdaftar 47.232 56.043 66.941 2. OP Efektif 46.412 56.043 66.941 Yang Menyampaikan SPT 29.422 10.017 29.592 Terdaftar 3.908 4.117 4.705 3. Bendaharawan Efektif 3.826 4.035 4.705 Yang Menyampaikan SPT - - - Sumber data: KPP Pratama Gorontalo Tahun 2011 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perubahan jumlah kepatuhan wajib pajak dari tahun 2009 sampai 2011, dimana tahun 2010 jumlah wajib pajak orang pribadi yang menyampaikan SPT mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009 yaitu dari 29.422 menjadi 10.017 sedangkan tahun 2011 mengalami kenaikan yaitu menjadi 29.592 tetapi kenaikan tersebut tidak sebanding dengan jumlah wajib pajak yang terdaftar yaitu sebanyak 66.941 itu artinya kepatuhan wajib pajak pada tahun 2011 hanya sebesar 44,21 %. Adapun perkembangan kepatuhan wajib pajak untuk orang pribadi di Provinsi Gorontalo dilihat per kabupaten dan kota sejak tahun 2009 sampai dengan 2011 dapat dilihat pada tabel 2 halaman berikut:

4 No Tabel 2: Kepatuhan dalam Memasukkan SPT orang pribadi per Kabupaten dan Kota sejak tahun 2009-2011 Kabupaten / Kota 1. Bone Bolango 2. Gorontalo Utara 3. Boalemo 4 5 Kab. Gorontalo Kota Gorontalo 6 Pohuwato Ket Tahun 2009 2010 2011 Terdaftar 4.124 5.429 7,504 Yang Menyampaikan SPT 3.063 3.026 2,694 Yang Tidak Menyampaikan SPT 1.061 2.403 4,810 Terdaftar 1.271 2.129 3,379 Yang Menyampaikan SPT 549 1.305 1,186 Yang Tidak Menyampaikan SPT 722 823 2,193 Terdaftar 3.741 4.589 5,388 Yang Menyampaikan SPT 2.345 1.985 1,841 Yang Tidak Menyampaikan SPT 1.396 2.604 3,547 Terdaftar 11.904 13.852 17,167 Yang Menyampaikan SPT 7.601 9.329 8,475 Yang Tidak Menyampaikan SPT 4.303 4.523 8,692 Terdaftar 19.042 22.360 27,311 Yang Menyampaikan SPT 11.854 13.988 13,027 Yang Tidak Menyampaikan SPT 7.188 8.372 14,284 Terdaftar 3.661 4.688 6,192 Yang Menyampaikan SPT 2.595 2.961 2,369 Yang Tidak Menyampaikan SPT 1.066 1.727 3,823 Sumber: KPP Pratama Gorontalo tahun 2011 Berdasarkan data di atas, wilayah Kota Gorontalo merupakan wilayah yang memiliki tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi terbesar dalam melaporkan SPT tepat waktu jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya dimana pada tahun 2009 wajib pajak patuh dalam melaporkan SPT sebanyak 11.854 orang, tahun 2010 sebanyak 13.988 orang, dan tahun 2011 sebanyak 13,027 orang. Selain itu wilayah yang memiliki tingkat ketidakpatuhan tertinggi dalam penyampaian SPT juga terdapat di wilayah Kota Gorontalo. Hal ini juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah wajib yang terdaftar. Kepatuhan pajak adalah memasukkan dan melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan, mengisi secara benar jumlah pajak terutang dan membayar pajak pada waktunya tanpa adanya tindakan pemaksaan (internal

5 revenue (IRS) dalam Laksono, 2011:27). Menurut Ismawan dalam Supadmi (2008: 6) pada umumnya kepatuhan sebagai fondasi self assessment dapat dicapai apabila elemen kunci telah diterapkan secara efektif. Elemen-elemen kunci tersebut yaitu program pelayanan yang baik kepada wajib pajak, prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib pajak, program pemantauan kepatuhan dan verifikasi yang efektif, pemantauan law enforcement secara tegas dan adil. Seiring dengan upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan modernisasi administrasi perpajakan, sebagai dasar dari konsep modernisasi administrasi perpajakan adalah pelayanan prima dan pengawasan intensif dengan pelaksanaan good governance (Pandiangan, 2007: 7). Dengan berpedoman pada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang merupakan penyempurnaan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana pelayanan Umum. Hal tersebut juga ditegaskan melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-84/PJ/2011 mengenai pelayanan prima. Hal ini sejalan dengan pendapat Martinez and Torgler (2009) yang menyatakan bahwa tingkat semangat pajak adalah variabel endogen yang dipengaruhi oleh antara lain, kebijakan pajak dan reformasi administrasi perpajakan. Reformasi dalam administrasi pajak termasuk reorganisasi teritorial lembaga perpajakan, komputerisasi pelayanan, karir profesional ditingkatkan bagi para pejabat pajak, dan mengatur instrumen lain untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak sukarela dan memerangi penggelapan pajak.

6 Penelitian yang dilakukan oleh Supadmi (2008) menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya kualitas pelayanan harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan yang berkualitas harus diupayakan dapat memberikan 4K yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Ariesta (2011) menyimpulkan ketiga variabel independen yaitu tingkat pengetahuan wajib pajak, tingkat penghasilan wajib pajak, dan pelayanan fiskus memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Yulianti (2010) yang menyimpulkan bahwa pengenaan sanksi denda tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian Murphy (2003) menunjukkan bahwa jika wajib pajak merasa buruk diperlakukan oleh otoritas pajak sebagai akibat dari pelanggaran mereka, ini dapat menyebabkan mereka mempertanyakan keabsahan kewenangan pajak. Hal ini kemudian dapat mempengaruhi kesediaan mereka untuk mematuhi, dan dapat menyebabkan resistensi aktif. Berdasarkan uraian latar belakang dan fenomena tersebut, serta didasari oleh penelitian-penelitian terdahulu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Pada KPP Pratama Gorontalo, Wilayah Kota Gorontalo).

7 1.2 Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat di rumuskan apakah pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Gorontalo, Wilayah Kota Gorontalo? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Pada KPP Pratama Gorontalo, Wilayah Kota Gorontalo). 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Diharapkan penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu perpajakan, khususnya menyangkut kepatuhan wajib pajak orang pribadi, b. Sebagai bahan acuan/referensi bagi penelitian sejenis atau yang berhubungan dengan masalah penelitian ini 2. Manfaat Praktis Dijadikan masukan bagi fiskus dalam upaya pengambilan kebijakan untuk meningkatkan kepatuhan wajib orang pribadi.