BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

BAB I PENDAHULUAN. rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara

RechtsVinding Online. kemudian disikapi KPU RI dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. penentuan strategi komunikasi, jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

- 2 - c) Rekapitulasi DPTb-1 tingkat kecamatan 24 Oktober Oktober 2015

PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH

KOMISI PEMILIHAN UMUMM PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN NOMOR : /Kpts/KPU-Sim/ /IV/ 2015

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 129/PUU-XII/2014 Syarat Pengajuan Calon Kepala Daerah oleh Partai Politik dan Kedudukan Wakil Kepala Daerah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

KUASA HUKUM Muhammad Sholeh, S.H., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Oktober 2014.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BELITUNG

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara, baik ekonomi, sosial dan budaya. Tidak terkecuali

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LANDAK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LANDAK. NOMOR: 42/Kpts/KPU-Kab /2016

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA

PENGKODIFIKASIAN UNDANG-UNDANG PEMILU

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik.

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO

I. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik

PERENCANAAN PROGRAM DAN ANGGARAN 22 Mei a. SOSIALISASI KEPADA MASYARAKAT 30 April Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

ADVOKASI HUKUM SENGKETA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN IDA BUDHIATI ANGGOTA KPU RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

Memperhatikan : Berita Acara Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Cilacap Nomor 08/BA/V/2016 Tanggal 22 Mei 2016.

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BARITO UTARA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BARITO UTARA Nomor : 1/HK.03.1-Kpt/6205/KPU-Kab/VII/2017

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 60/PUU-XIII/2015 Persyaratan Menjadi Calon Kepala Daerah Melalui Jalur Independen

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

2 inkonsistensi dan menyisakan sejumlah kendala apabila dilaksanakan, sehingga perlu disempurnakan. Beberapa penyempurnaan tersebut, antara lain: a. P

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh :

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

Budi Evantri Sianturi 1, Fifiana Wisnaeni 2. Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro ABSTRAK

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

LIST WAWANCARA. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

LAMPIRAN PKPU NO 7 TAHUN 2016

PERSIAPAN 1. PERENCANAAN PROGRAM DAN ANGGARAN 18 Februari April PENYUSUNAN PERATURAN PENYELENGGARAAN 23 Februari April 2015

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

- 3 - Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota;

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 115/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilukada Serentak Akibat Calon Tunggal

BAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan

RechtsVinding Online. Naskah diterima: 17 Februari 2016; disetujui: 25 Februari 2016

BAB III PERALIHAN KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG KEPADA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILUKADA

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gelombang Demokrasi abad 21 melanda berbagai Negara dibelahan dunia termasuk Indonesia. Diambilnya prinsip demokrasi oleh Indonesia sebagai sebuah konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi keberlangsungan proses politik di Indonesia. Setelah orde baru runtuh lahirlah reformasi sebagai penanda perubahan mendasar dari bangsa Indonesia termasuk mengamandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan beberapa hal warisan orde baru yang dirubah. Proses politik yang dimaksud ialah keterlibatan masyarakat dalam mempengaruhi keputusan politik pemerintah yang tidak didapatkan masa orde baru. Selain itu,keterlibatan rakyat yang paling menonjol pada Negara demokrasi ialah adanya pemilihan umum (selanjutnya disingkat pemilu). Kedaulatan berada di tangan rakyat sesuai dengan pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hal ini berarti rakyat memiliki hak untuk berpartisipasi aktif menentukan wakil rakyat di pemerintah dan mengawasi jalannya pemerintahan. Perwujudan dari kedaulatan rakyat dilakukan melalui Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif oleh rakyat dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Banyak Negara yang menggunakan Demokrasi menjadikan Pemilu sebagai pengejewantahan maka dari itu berhasil tidaknya sebuah Negara dalam berdemokrasi salah satunya dilihat dari Pemilihan Umum di Negara tersebut. 1

2 Persaingan dalam memperoleh suara dalam pemilihan adalah sebuah keharusan bagi partai politik yang ikut bersaing dalam pemilu legislative 2014 lalu dan tak terkecuali dalam pemilihan Bupati/Walikota. Hal ini ditegaskan dalam penjelasan Undang-Undang No.1 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang (Selanjutnya disingkat UU No.1 Tahun 2015) yang menegaskan bahwa kedaulatan rakyat dan demokrasi tersebut perlu ditegaskan dengan pelaksanaan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota secara langsung oleh rakyat, dengan melakukan beberapa perbaikan mendasar berbagai permasalahan pemilihan langsung yang selama ini telah dilaksanakan. Pelaksanaan Pilkada bertujuan melakukan penyelenggaraan sistem demokrasi ditingkat lokal untuk menghasilkan penyelenggara pemerintahan di daerah, dalam hal ini eksekutif yang benar-benar merupakan hasil kesepakatan bersama melalui Pilkada dalam menentukan pemimpinnya didasarkan pada asas Pancasila dan berdasar pada konstitusi. Kebebasan dari perjuangan reformasi diatas telah menciptakan kebebasan berpolitik publik sehingga menciptakan pasar politik. Pada tahun 2015 dinamika politik di Indonesia telah menunjukkan beberapa perubahan yang sudah lama di rencanakan yakni diadakannya Pilkada Serentak diseluruh daerah di Indonesia.. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak ini melaksanakan apa yang terdapat pada pasal 201 ayat (1) peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Pasal tersebut menyatakan pemungutan suara serentak

3 dalam pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2015 dilaksanakan pada hari dan bulan yang sama pada tahun 2015. Pilkada serentak juga mengakomodir pemilihan umum yang efisien dan hemat dari sisi pelaksanaannya. Salah satu daerah yang akan melaksanakan pilkada adalah Kota Pematang Siantar. Menurut KPU Pematangsiantar(data diakses dari situs www.kpupematangsiantarkota.go.id, diakses tanggal 10 februari 2016 pukul 14.00 wib) tercatat ada 5 pasangan calon yang akhirnya ditetapkan sebagai pasangan yang akan bertarung pada Pilkada Siantar 9 Desember 2015 yakni Nomor urut (1) adalah pasangan Sujito/Djumadi SH (calon perseorangan dengan dukungan 24.065 KTP), nomor urut (2) pasangan Hulman Sitorus SE/Hefriansyah SE,MM (Partai Demokrat,), nomor urut (3) pasangan Drs.Teddy Robinson Siahaan MM/Zainal Purba (Partai Nasdem, Partai Amanat Nasional, Partai Hanura,) nomor urut (4) pasangan Wesly Silalahi SH,M.Kn/H.Sailanto (PDI Perjuangan, Partai Keadilan Persatuan Indonesia, Partai Keadilan Sejahtera). Dan nomor urut (5) pasangan Supernov Sirait/Parlindungan Sinaga. (walau dalam perjalanan selanjutnya pasangan ini dicoret oleh KPU Pematangsiantardikarenakan pasangan ini maju dengan dukungan Golkar versi Agung Laksono yang nyatanya Golkar juga masih dalam keadaan sengketa). Dinamika politik lokal di Kota Pematangsiantar menjelang pemungutan suara 9 Desember semakin sangat menarik karena Pilkada yang seyogyanya diselenggarakan serentak tanggal 9 Desember 2015 itu ditunda akibat keluarnya putusan PTUN Medan yang memenangkan gugatan pasangan Supernov

4 Sirait/Parlindungan Sinaga sesuai surat No. 98/G2015 pada 08 Desember 2015 yang intinya meminta pencoretan pasangan Supernov Sirait/Parlindungan Sinaga oleh KPU Pematangsiantardi tunda. Surat tersebut dikuatkan dengan adanya surat KPU RI Nomor : 1020/KPU/XII/2015 tentang penundaan pemungutan suara di Kota Pematang Siantar. (www.kpu-pematangsiantarkota.go.id, diakses tanggal 10 Februari pukul 14.00 wib) Penundaan Pilkada Serentak dikota Pematangsiantar ini cukup berpengaruh terhadap terhadap partisipasi pemilih nantinya dan juga biaya yang lebih besar lagi untuk pilkada susulan. Pilkada di Kota Pematangsiantar bisa jadi akan dilaksanakan pada gelombang kedua pada Februari Tahun 2017. Hal ini mengacu pada ketentuan di UU No. 1 Tahun 2015 tentang penetapan Perppu No.1 Tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota. Disana diatur PT TUN punya permohonan waktu 21 hari untuk mengeluarkan putusan ke MA paling telat tujuh hari sejak keluarnya putusan PT TUN. Sementara, MA wajib mengeluarkan putusan paling telat 30 hari setelah inkrah dalam waktu paling lama tujuh hari. Dengan demikian, jika KPU atau pasangan calon yang bersengketa mengajukan kasasi, maka sulit berharap pilkada Simalungun, Manado dan Siantar bisa di gelar Desember 2015. Sementara sesuai ketentuan, tidak ada pilkada di tahun 2016 (kalteng.prokal.co/read.news.25314-pilkada-susulan-bisa-jadi-dilaksanakanserentak-2017.html, diakses tanggal 24 Februari 2016 pukul 18.45) Kemenanganan tentunya adalah hal ingin dicapai dari masing-masing calon pasangan, tak terkecuali pasangan Hulman Sitorus-Hefriansyah yang merupakan pasangan petahana. Hulman Sitorus yang 5 tahun lalu memenangkan

5 pemilihan tentu ingin mengulangi keberhasilannya dalam memengangi pilkada untuk kedua kalinya. Hulman Sitorus sendiri didukung oleh partai Demokrat. Upaya pemenangan pasangan tersebut adalah mutlak dilakukan. Untuk mencapai kemenangan, pasangan Hulman Sitorus-Hefriansyah dan tim pemenanganya haruslah melakukan upaya, salah satu yang dapat dilakukan yakni dengan menggukan marketing politik (pemasaran politik). Marketing politik sebagai sebuah strategi pemasaran pasangan Hulman Sitorus-Hefriansyah misalnya mengenai produk unggulan apa yang ditawarakan pasangan ini atau hal yang lainnya. Karena penerapan marketing politik dalam pilkada dapat membantu kandidat kepala daerah dan masyarakat untuk menyukseskan pilkada. Melalui marketing politik kandidat kepala daerah berusaha menyakinkan pemilih bahwa suatu kandidat layak untuk dipilih atau tidak. Dalam hal ini kandidat dan tim pemenangannya berupaya untuk menyakinkan pemilih dengan menawarkan produk politik yang sesuai dengan keinginan para pemilih dan bagi masyarakat sendiri, penerapan marketing politik dalam pilkada dapat membantu dan memudahkan msayarakat dalam mendapatkan informasi yang lebih luas tentang kehidupan politik. Upaya menyakinkan pemilih dan meraih suara dapat dilakukan dengan strategi-strategi baik dalam masa kampanye maupun sebelum pilkada dilaksanakan. Strategi itu disebut marketing atau pemasaran politik. Selain penting bagi kandidat, marketing politik merupakan bagian dari masyarakat dengan ciri lebih khas. Pada intinya marketing politik adalah segala carra yang dipakai dalam kampanye politik untuk mempengaruhi pilihan para pemilih.

6 Dimana cara yang digunakan akan membentuk suatu rangkaian makna politik secara otomatis didalam pikiran para pemilih dalam menjatuhkan pilihannya. Makna politis inilah yang menjadi output penting marketing politik yang menentukan pihak mana yang akan dicoblos. (Pito,dkk, 2006:204) Pasangan Hulman Sitorus-Hefriasnyah merupakan pasangan yang menarik untuk diteliti bagaimana marketing politik mereka dalam mendapatkan suara dari masyarkat terlebih lagi Hulman Sitorus-Hefriansyah merupakan pasangan petahana yang menarik untuk dilihat upaya karena secara psikologis dan sosiologisnya masyarakat Pematangsiantartentu berbeda dari 5 Tahun sebelumnya, selain itu banyaknya kandidat yang ikut dalam pada pemilukada kota Pematangsiantar membuat semakin menarik strategi apa yang dilakukan dan juga penundaan Pilkada Kota Pematangsiantar juga setidaknya memberikan waktu yang panjang bagi setiap kandidat untuk memberikan berbagai pilihan politik melalui berbagai kebijakan atau bahkan dapat merubah pemilih. Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis memberi judul penelitan ini MARKETING POLITIK DALAM PEMILUKADA KOTA PEMATANGSIANTAR(Studi Kasus Strategi Pemasaran Politik Pasangan Hulman Sitorus dan Hefriyansah dalam Pemilukada Kota Pematangsiantar2017)

7 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas timbul beberapa masalah yang akan diindentifikasi dalam penelitian ini, yakni : 1. Banyaknya pasangan kandidat yang mencalonkan diri dalam pemilukada kota Pematangsiantar membuat pasangan Hulman Sitorus- Hefriansyah harus membuat strategi 2. Sebagai pasangan petahana Pasangan Hulman Sitorus-Hefriansyah tentu ingin menang kembali dalam pilkada ini. 3. Penundaan pilkada yang terjadi dikota Pematangsiantar sehingga tidak dapat melihat sejauh mana keberhasilan pasangan Hulman Sitorus- Hefriansyah C. Batasan Masalah Mengingat keterbatasan waktu dalam penelitian dan mencegah terjadinya kesalahan dalam penelitian, maka diperlukan batasan masalah. Batasan maslah yang akan diteliti yaitu : Penerapan Konsep Marketing Politik dalam penerapan Strategi pemasaran politik Pasangan Hulman Sitorus-Hefriansyah dalam Pemilukada Kota Pematangsiantar 2017. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni bagaimana pasangan Hulman Sitorus-Hefriansyah dalam menerapakan konsep marketing politiknya dalam pemilukada Kota Pematangsiantar 2017 dilihat dari Produk, Promosi, Harga dan Penempatan.

8 E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana strategi marketing politik Pasangan Hulman Sitorus- Hefriansyah dalam pemilukada Kota PematangsiantarTahun 2017. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah 1. Partai Politik Bagi Partai Pendukung Pasangan Hulman Sitorus-Hefriansyah memberikan masukan dalam upaya memasarkan produk politik dan kandidatnya pada pilkada secara langsung 2. Perguruan Tinggi Memberikan sumbangna pemikiran yang dapat keluasan dan kedalaman ilmu dibidang pemasaran, komunikasi dan politik 3. Kandidat Memberikan masukan untuk dapat lebih memupuk dan membangun halhal yang menjadi kebutuhan pemilih bagi para kandidat 4. Penelitian Lain Memberikan kontribusi informasi awal bagi penelitian lebih lanjut dalam marketing politik agar para pemilih lebih rasional dalam menentukan pilihan kepala daerah.