KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG DALAM MENGENDALIKAN PEMBANGUNAN VILLA

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Regil Julian Pandie I Ketut Sudiartha Kadek Sarna Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana

PENGATURAN KEWENANGAN DESA DALAM PENGELOLAAN PARIWISATA

PENERTIBAN PENEBANGAN POHON PERINDANG SECARA LIAR DI KOTA DENPASAR

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TERKAIT PENGAWASAN ATAS IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH DI KECAMATAN KUTA SELATAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. secara material dan spiritual sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

KEWENANGAN PENGELOLAAN WISATA BAHARI OLEH PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN BADUNG (SUATU STUDI PENGELOLAAN WISATA BAHARI DI DESA PECATU)

PENGATURAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG

PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR

PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK PERUMAHAN DI KOTA DENPASAR

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG USAHA HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEMBANGUNAN HOTEL PADA KAWASAN SEMPADAN JURANG DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN SARANA AKOMODASI PARIWISATA DI KABUPATEN BADUNG

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP RENCANA PENGEMBANG DALAM MELAKUKAN PERLUASAN AREA DIHUBUNGKAN DENGAN

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR PM.90/HK

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

PELAKSANAAN PENERTIBAN PEDAGANG ACUNG DI KAWASAN PARIWISATA KUTA KABUPATEN BADUNG

TINDAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG DALAM MENEGAKKAN IZIN GANGGUAN (HO) UNTUK CLUB MALAM

STATUS KEPEMILIKAN ATAS SATUAN RUMAH SUSUN

SKRIPSI OLEH : I GUSTI NGURAH AGUNG DARMASUARA NIM

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IJIN BANGUN-BANGUNAN DI KOTA DENPASAR

PEMUNGUTAN PAJAK PADA RESTORAN YANG TIDAK MEMILIKI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KAWASAN KINTAMANI BANGLI

UPAYA PENCAPAIAN IKLIM USAHA KONDUSIF BAGI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...

LEGAL MEMORANDUM TENTANG KEABSAHAN BIDANG USAHA PENGINAPAN DALAM APLIKASI DUNIA MAYA ABSTRAK

INVESTASI ASING PADA SEKTOR PARIWISATA DI BIDANG PERHOTELAN DI BALI

ANALISIS PENGATURAN DAN TUJUAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN GUBERNUR NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA TANPA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH

ABSTRACT. A. Name : Nyoman Andika Widiastra B. Title : Development Study Area Tourism Buleleng Lovina With Butler Talc Theory Approach. C.

PENGATURAN SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA DALAM PENATAAN RUANG DI KABUPATEN KLUNGKUNG

Keywords : entrepreneur, traditional medicine

PENGATURAN TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI UNTUK MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA DENPASAR

RESOR PANTAI WEDI OMBO DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

SEA SIDE HOTEL DI KAWASAN WISATA PANTAI PANGANDARAN

PELAKSANAAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DALAM MEWUJUDKAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA DENPASAR

Keywords: Permission, Permission System, Living Environment ABSTRAK

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN JALUR HIJAU

UPAYA HUKUM PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG DALAM MEMPERTAHANKAN TANAH PERTANIAN DI DAERAH BADUNG

PENERAPAN PERDA TATA RUANG KABUPATEN BANGLI TERKAIT KETENTUAN SEMPADAN JURANG DI SEPANJANG JALAN RAYA PENELOKAN KINTAMANI

KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DALAM PENGENDALIAN PERIZINAN PEMBANGUNAN SARANA AKOMODASI PARIWISATA 1

LARANGAN PENGGUNAAN TENAGA PROFESIONAL KESEHATAN SEBAGAI MODEL IKLAN

Poerwadarminta W.J.S, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, h.741.

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) KOPENG RESORT AND EDUCATION PARK (PENDEKATAN GREEN ARCITECTURE)

PENGATURAN MENGENAI PRAMUWISATA ASING DI BALI

HOTEL RESORT DI KOTA BATU MALANG

RINGKASAN SKRIPSI AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN PERKAWINAN TERHADAP STATUS ANAK

Keywords: Position, Authority, Governor, Local Government Administration


PELAKSANAAN PERIZINAN PEMBANGUNAN RUMAH IBADAT VIHARA TRI DHARMA KELURAHAN KEDAMAIAN KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR BANDAR LAMPUNG SKRIPSI

PENGATURAN PENGKAPLINGAN TANAH UNTUK PERUMAHAN DI KABUPATEN TABANAN

KEWENANGAN KEPALA DAERAH DALAM PENETAPAN IZIN PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN BADUNG

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i. ABSTRAK...iii. ABSTRACK..iv. DAFTAR ISI..v. DAFTAR GAMBAR.ix. Bab I Pendahuluan... 1

KEPEMILIKAN HAK PAKAI ATAS TANAH BAGI WARGA NEGARA ASING DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN BERKAITAN DENGAN KENYAMANAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA PENELOKAN KINTAMANI BANGLI

TANGGUNG JAWAB BIRO PERJALANAN WISATA TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI OLEH KONSUMEN PENGGUNA JASA

PENGATURAN PENYUSUNAN DATABASE PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PADA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA SINGARAJA

TESIS. Oleh : INON BEYDHA / PWD PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2000

SURAT IZIN MENGEMUDI SEMENTARA BAGI WISATAWAN ASING YANG BERKENDARA DI BALI

PENGATURAN MENGENAI PENGENDALIAN, PEREDARAN, DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL GOLONGAN A DI KOTA DENPASAR

TINDAKAN HUKUM PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM MELINDUNGI KEBERADAAN AIR TANAH DI KOTA DENPASAR

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGATURAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GIANYAR DALAM PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA ALAM AIR TERJUN TEGENUNGAN

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN TERHADAP KASUS PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH SABLON DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

PENYELENGGARAAN RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN DI KOTA DENPASAR

PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Seminar Tugas Akhir 2015 Penataan Pantai Purnama Gianyar 1

Abstrak. Kata kunci : kompetensi, kapabilitas, keunggulan kompetitif dan kinerja perusahaan.

KATA PENGANTAR. Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nyalah penulisan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWENANGAN DAN PERIZINAN VILLA. pemerintahan dan fungsi pelayanan pemerintahan, namun dalam melakukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua

PERKEMBANGAN ASAS PARTISIPASI DALAM PERATURAN USAHA PENYEDIAAN SARANA WISATA TIRTA

TINDAKAN ADMINISTRATIF KEIMIGRASIAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL TERBATAS BAGI TENAGA KERJA ASING DI WILAYAH BALI

Kata Kunci: Ekspresi budaya tradisional, Tarian tradisional, Perlindungan Hukum

PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI DALAM KAITANNYA DENGAN TRANSAKSI YANG MENGGUNAKAN INTERNET

PERANCANGAN APLIKASI KAWASAN BALI TOURISM DEVELOPMENT CORPORATION (BTDC) DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOCATION-BASED SERVICE (LBS) BERBASIS ANDROID

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

5. Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TERKAIT BANGUNAN DI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DENPASAR

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring majunya perkembangan jaman, seiring itu pula perkembangan terjadi di

KINERJA KEPOLISIAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESORT GIANYAR

UPAYA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM MENGATASI LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA DENPASAR

KETERTIBAN UMUM. Oleh I Gusti Agus Yuda Trisna Pramana I Ketut Sudiarta Kadek Sarna Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SWASTA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang diunggulkan sebagai

Oleh : Putu Ayu Satya Mahayani I Ketut Sujana Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGGUNA JASA ANGKUTAN TRANS SARBAGITA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HARMONISASI KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) TERHADAP BANK INDONESIA

PENGATURAN PROSPEKTUS PENAWARAN WARALABA DALAM PERJANJIAN WARALABA. Oleh Calvin Smith Houtsman Sitinjak Desak Putu Dewi Kasih.

LISENSI BAGI PEMANDU WISATA DALAM MENJALANKAN PROFESI KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN BADUNG

BAGIAN HUKUM PEMERINTAHAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA. Abstrak :

JURNAL. Diajukan oleh : ELVI MORINA SITEPU. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH KARENA JUAL BELI DI KABUPTEN BANGLI (STUDY KASUS DI BPN KABUPATEN BANGLI)

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG MEMUNGUT BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

Transkripsi:

KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG DALAM MENGENDALIKAN PEMBANGUNAN VILLA Oleh: Ngurah Angga Narendra I Made Arya Utama I Ketut Suardita Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Pesatnya perkembangan pariwisata berbanding lurus dengan pembangunan akomodasi sebagai penunjang kegiatan kepariwisataan. Villa merupakan alternatif penginapan yang lebih dipilih wisatawan terutama wisatawan asing daripada hotel sebagai tempat peristirahatan. Namun satu tahun terakhir, di Buleleng banyak bermunculan villa tanpa izin. Hal ini jelas mengganggu tata ruang dan tata kota di Kabupaten Buleleng. Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif. Dimana akan membahas mengenai pengaturan lokasi di Kabupaten Buleleng yang menjadi tempat untuk mendirikan villa dan syarat-syarat yang ditentukan Pemerintah Kabupaten Buleleng dan masyarakat dalam menetapkan izin mendirikan villa. Pengaturan mengenai lokasi pembangunan villa terdapat pada Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033, dimana dijelaskan bahwa lokasi pembangunan villa harus berada pada kawasan peruntukan pariwisata. Syarat akomodasi pariwisata secara umum (hotel dan pondok wisata) dari pemerintah lebih menitikberatkan pada persyaratan teknis mendirikan villa yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 11 Tahun 2007, sedangkan persyaratan dari masyarakat lokal lebih menitikberatkan pada syarat yang mampu memberikan keuntungan bagi masyarakat, tertuang dalam peraturan desa. Tidak ada syarat khusus untuk mendirikan villa Kata Kunci: Pengendalian, Pembangunan, Villa. ABSTRACT The rapid development of tourism is directly proportional to the construction of accommodation as supporting tourism activities. Villa is a preferred alternative lodging tourists, especially foreign tourists than the hotel as a resting place. But the past year, in Buleleng many emerging villa without permission. It is clearly disturbing spatial and town in Buleleng. This research uses normative legal research. Where will discuss the location setting in Buleleng as the place to build villas and conditions specified Buleleng regency government and society in setting permit villa. Settings on the construction site of a villa located on Buleleng District Regulation No. 9 Year 2013 About the Spatial Plan Buleleng Year 2013-2033, which explained that the construction site of the villa must be at the allotment area of tourism. General terms of tourism accommodation ( hotel and cottage ) from the government is focused on establishing the technical requirements set out in the villa in Buleleng District Regulation No. 11 of 2007, while the requirements of the local community is more focused on the conditions 1

that can provide benefits for the community, set out in village regulations. There is no specific requirement to establish villa Keywords: Control, Development, Villa. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Villa merupakan alternatif penginapan yang lebih dipilih wisatawan terutama wisatawan asing daripada hotel sebagai tempat peristirahatan, karena villa memberikan pelayanan yang lebih personal dan villa juga memberikan keamanan dan tingkat kenyamanan lebih pada wisatawan dari beberapa ancaman kriminal maupun teror. Namun satu tahun terakhir, di Buleleng banyak bermunculan villa tanpa izin. Hal ini jelas mengganggu tata ruang dan tata kota di Kabupaten Buleleng. Tidak adanya peraturan yang secara khusus mengatur tentang perizinan villa di Kabupaten Buleleng menyebabkan sulitnya melakukan kontrol terhadap pembangunan villa. Sejauh ini, pengaturan tentang perizinan villa hanya berpatokan pada Perda RTRW Kabupaten Buleleng serta Perda Kabupaten Buleleng Tentang Retribusi Izin Usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata di Kabupaten Buleleng. 1.2 Tujuan Penelitian Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui pengaturan tentang lokasi di Kabupaten Buleleng yang dapat menjadi tempat untuk mendirikan villa dan syaratsyarat yang ditetapkan Pemerintah Daerah maupun masyarakat lokal dalam penetapan izin mendirikan villa di Kabupaten Buleleng. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian hukum normatif, karena penelitian hukum normatif merupakan suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum yang dihadapi. 1 Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) dan Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach). 1 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 34. 2

2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1 Pengaturan Mengenai Lokasi yang Dapat Menjadi Tempat Untuk Mendirikan Villa di Kabupaten Buleleng. Pembangunan pariwisata secara berkelanjutan harus didukung oleh faktor ekologis, sosial dalam masyarakat dan memberi pengaruh pada pertumbuhan ekonomi masyarakat. 2 Oleh sebab itu dibutuhkan suatu pengaturan mengenai lokasi untuk mendirikan villa di Kabupaten Buleleng untuk mengendalikan pembangunan. Pengaturan mengenai lokasi tersebut terdapat pada Pasal 39 Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033 yang selanjutnya disebut dengan Perda RTRW Kabupaten Buleleng. Lokasi yang dapat digunakan dalam membangun villa yakni harus berada pada kawasan peruntukan pariwisata, yang di klasifikasikan sebagai berikut: a. Kawasan Pariwisata, yang terdiri dari Kawasan Pariwisata Kalibukbuk, Kawasan Pariwisata Batu Ampar dan Kawasan Pariwisata Air Sanih. b. Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK), yang terdiri dari Desa Pancasari dan Desa Wanagiri di Kecamatan Sukasada, Desa Munduk, Desa Gesing, dan Desa Gobleg di Kecamatan Banjar dan Desa Umejero di Kecamatan Busungbiu. c. Daya Tarik Wisata (DTW), terdiri dari Wisata alam, Wisata budaya/sejarah dan Wisata buatan. 2.2.2 Syarat-Syarat yang Ditetapkan Pemerintah Daerah Maupun Masyarakat Lokal dalam Penetapan Izin Mendirikan Villa di Kabupaten Buleleng Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam membuat ketetapan terdiri dari Syarat Formal dan Syarat Material. 3 Persyaratan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng yang harus dipenuhi pemohon izin agar pemerintah mengeluarkan izin mendirikan akomodasi pariwisata dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Retribusi Izin Usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata di Kabupaten Buleleng, yaitu Persetujuan prinsip yang ditujukan kepada Bupati, izin lokasi, rencana gambar denah, arsitektur bangunan dan RAB pembangunan hotel dan/atau pondok wisata, kajian lingkungan baik UKL/UPL maupun AMDAL. 2 Helmi, 2011, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Cet. I, Sinar Grafika, Jakarta, h. 59. 3 Kuntjoro Purbopronoto, 1981, Beberapa Catatan Hukum Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara, Alumni, Bandung, h. 48. 3

Persyaratan yang ditetapkan masyarakat untuk dipenuhi oleh pengusaha diantaranya, akomodasi pariwisata yang dibangun tidak melanggar sempadan pura, sempadan pantai, sempadan danau, sempadan jalan serta tidak melanggar jalur hijau, akomodasi pariwisata tidak merusak lingkungan hidup dan sumber daya alam di sekitar tempat pembangunan, akomodasi pariwisata tidak menimbulkan kegaduhan dan mengganggu keyamanan warga, akomodasi pariwisata memberikan kontribusi nyata dan pemasukan bagi daerah, akomodasi pariwisata mampu meningkatkan potensi desa itu sendiri, sehingga mampu menjadikan daerah lebih maju. Namun tidak semua desa memberikan syarat untuk mendirikan akomodasi. Desa yang sudah memiliki syarat untuk mendirikan villa dituangkan dalam peraturan desa. Persyaratan-persyaratan yang disebutkan diatas adalah syarat-syarat untuk mendirikan akomodasi pariwisata secara umum. Dimana akomodasi di Kabupaten Buleleng saat ini hanya digolongkan berupa hotel melati dan pondok wisata. Tidak ada syarat khusus yang ditentukan untuk mendirikan villa. Padahal dapat dilihat jika villa memiliki fasilitas tersendiri dan berbeda jika dibandingkan dengan hotel melati maupun pondok wisata. Villa juga memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda dalam pelayanannya, villa lebih mengutamakan privacy dan kenyamanan wisatawan, sedangkan pondok wisata dan hotel melati hanya berupa penyediaan kamar. III. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaturan tentang lokasi di Kabupaten Buleleng yang dapat menjadi tempat untuk mendirikan villa terdapat pada Perda RTRW Kabupaten Buleleng. Bahwa lokasi yang dapat digunakan untuk melakukan pembangunan villa yakni harus berada pada kawasan peruntukan pariwisata, yang di klasifikasikan sebagai berikut: Kawasan Pariwisata, yang terdiri dari Kawasan Pariwisata Kalibukbuk, Kawasan Pariwisata Batu Ampar dan Kawasan Pariwisata Air Sanih. Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK), yang terdiri dari Desa Pancasari dan Desa Wanagiri di Kecamatan Sukasada, Desa Munduk, Desa Gesing, dan Desa Gobleg di Kecamatan Banjar dan Desa Umejero di Kecamatan Busungbiu. Daya Tarik Wisata (DTW), terdiri dari Wisata alam, Wisata budaya/sejarah dan Wisata buatan. 4

2. Syarat-syarat yang ditentukan Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng dan masyarakat lokal, hanya berupa syarat umum untuk mendirikan suatu akomodasi pariwisata, syarat dari pemerintah lebih menitikberatkan pada persyaratan teknis mendirikan villa yang dituangkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng No. 11 Tahun 2007, sedangkan persyaratan dari masyarakat lokal lebih menitikberatkan pada syarat yang mampu memberikan keuntungan bagi masyarakat, namun peran masyarakat dalam memberikan syarat untuk mendirikan villa belum maksimal karena masih ada desa yang tidak menetapkan persyaratan. Persyaratan-persyaratan yang disebutkan diatas adalah syarat-syarat untuk mendirikan akomodasi pariwisata secara umum (hotel dan pondok wisata). Tidak ada syarat khusus yang ditentukan untuk mendirikan villa. Padahal villa, hotel dan pondok wisata memiliki kriteria, tujuan dan kepentingan yang berbeda baik dalam segi bangunan maupun pelayanannya. DAFTAR PUSTAKA Buku: Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Helmi, 2011, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Cet. I, Sinar Grafika, Jakarta. Kuntjoro Purbopronoto, 1981, Beberapa Catatan Hukum Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara, Alumni, Bandung. Peraturan Perundang-Undangan: Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Retribusi Izin Usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata di Kabupaten Buleleng (Lembaran Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2007 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 6). Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buleleng Tahun 2013 2033 (Lembaran Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2013 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 6). 5