BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN GARAM TIDAK BERYODIUM DI KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN MASALAH GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)

Perda No. 9 / 2004 tentang Pelarangan Peredaran Garam Konsum Tida Beriodium di Kab Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2004

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM WALIKOTA SERANG,

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 23 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 15 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PRODUKSI, PEREDARAN GARAM DAN PENANGGULANGAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PRODUKSI DAN PEREDARAN GARAM

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PENGGILINGAN PADI, HULLER DAN PENYOSOHAN BERAS

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN MALINAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Walikota Tasikmalaya

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 09 TAHUN 2006 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH NEGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG LARANGAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN BERBAHAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LOGAM TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN BULUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS TENTANG PENGELOLAAN HIBURAN KARAOKE DAN PELARANGAN HIBURAN DISKOTIK, KELAB MALAM DAN PUB

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PEREDARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 07 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT BUPATI LAMPUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 74 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 37 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 03 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN RETRIBUSI USAHA RUMAH MAKAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGENDALIAN PENEBANGAN DAN PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA BUPATI LAMPUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 10 TAHUN 2015 RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI E NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU LINTAS KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 6 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAN TEMPAT BERJUALAN PEDAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI PERAIRAN UMUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 08 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN USAHA BIDANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BURU Dan BUPATI BURU MEMUTUSKAN :

Transkripsi:

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN GARAM NON YODIUM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu peningkatan kecerdasan dan daya pikir anak serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat, maka penggunaan garam beryodium perlu dimasyarakatkan karena gangguan akibat kekurangan yodium merupakan masalah gizi yang sangat serius yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas SDM pada aspek kecerdasan, perkembangan sosial dan ekonomi; b. bahwa garam yang beredar di masyarakat sebagian besar garam non yodium baik untuk kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan industri bukan pangan sehingga dikhawatirkan cakupan konsumsi garam untuk Kabupaten Lombok Timur tidak mencapai target Nasional; c. bahwa kekurangan yodium secara terus menerus didalam tubuh manusia akan mengakibatkan terganggunya kesehatan, sehingga perlu dilakukan penanggulangan secara cepat dan terpadu;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c di atas perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengendalian Peredaran Garam di Kabupaten Lombok Timur; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656); 5. Undang-Undang nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), Sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844 ); 7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHP (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1991 tentang Standar Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesian Nomor 4593); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesian Nomor 4424); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesian Nomor 4593); 12. Peraturan Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Pengendalian Peredaran Garam di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Provinsi NTB Tahun 2006 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 15); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008 Nomor 2 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 1); 14. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat

Daerah Kabupaten Lombok Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008 Nomor 4 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 3); sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lombok Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2009 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 10). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR dan BUPATI LOMBOK TIMUR M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN GARAM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Lombok Timur. 2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistim dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 4. Bupati adalah Bupati Lombok Timur.

5. Dinas Energi Sumber Daya Mineral Perindustrian dan Perdagangan adalah Dinas Energi Sumber Daya Mineral, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Timur. 6. Petani Garam adalah individu atau kelompok yang melakukan pengambilan dan pengumpulan garam secara tradisional. 7. Pengumpul/Pengepul Garam adalah individu atau kelompok yang melakukan aktifitas pembelian garam langsung kepada petani garam yang kemudian diperdagangkan kembali kepada pedagang yang lebih besar. 8. Distributor adalah setiap orang dan/atau badan usaha yang berperan menyalurkan garam dari pabrik kepada pengecer. 9. Pengecer adalah setiap orang dan/atau badan usaha yang berperan menyalurkan garam dari distributor kepada konsumen. 10. Konsumen adalah setiap orang dan/atau Badan Usaha pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. 11. Pelaku Usaha adalah setiap orang atau badan usaha baik yang berbentuk Badan Hukum maupun bukan Badan Hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 12. Produsen adalah setiap orang dan/atau Badan Usaha yang memproduksi, mengedarkan dan memperdagangkan garam baik garam beryodium dan/atau garam yang tidak beryodium. 13. Badan Usaha adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Persekutuan Komoditer, BUMN/BUMD, Persekutuan, Perkumpulan, firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau Organisasi sejenisnya, Lembaga, Dana Pension, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya. 14. Garam Beryodium adalah Garam yang mengandung Kalium Iodat (Kio3) yang diproduksi melalui prosess yodisasi yang memenuhi Standar Nasional Indonesia

(SNI) yang dapat diperdagangkan untuk konsumsi manusia atau ternak, industri pangan atau bahan penolong industri pangan. 15. Garam Baku adalah garam yang belum melalui proses iodisasi. 16. Peredaran Garam adalah Garam yang diedarkan/dijual oleh perorangan atau Badan Usaha. 17. Pengendalian peredaran garam adalah upaya yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam mengatur, membatasi, distribusi dan mengawasi peredaran garam di Daerah. 18. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan pengolahan, dan/atau pembuatan makanan dan minuman. 19. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) adalah Badan Pelayanan Terpadu (BPPT) Kabupaten Lombok Timur. 20. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PPNS adalah PPNS dilingkungan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. BAB T U J U A N DAN RUANG LINGKUP II Pengendalian peredaran garam bertujuan: Bagian Kesatu Tujuan Pasal 2 a. Menjamin peredaran garam agar tepat sasaran dalam upaya penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium; b. Mendorong setiap orang dan/atau Badan Usaha yang memproduksi dan mengedarkan garam untuk konsumsi manusia dan ternak serta garam untuk bahan penolong industri pangan agar dilakukan Iodisasi terlebih dahulu sebelum dipasarkan sesuai ketentuan yang berlaku (standar kandungan Yodium yang dipersyaratkan 30-80 ppm);

c. Melarang peredaran Garam baku untuk konsumsi manusia, ternak dan industri pangan. Bagian Kedua Ruang Lingkup Pasal 3 Ruang Lingkup pengendalian peredaran garam sebagaimana dimaksud Pasal 2 meliputi : aspek produksi, perdagangan, dan pembinaan. BAB III PENGENDALIAN PEREDARAN GARAM Bagian Kesatu Peredaran Garam beryodium Pasal 4 (1) Garam beryodium diproduksi melalui proses iodisasi baik secara mekanik maupun manual; (2) Garam yang diperdagangkan untuk keperluan konsumsi manusia atau ternak dan bahan penolong industry pangan adalah garam beryodium yang telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI); (3) Garam beryodium yang memenuhi syarat kandungan yodium untuk garam konsumsi apabila mengandung 30 (tiga puluh) sampai dengan 80 (delapan puluh) ppm (part per million); (4) Garam beryodium yang diperdagangkan wajib dikemas dan diberi label setelah diberikan pengesahan dari Dinas Kesehatan; (5) Garam non yodium yang diperdagangkan untuk keperluan bahan baku industry wajib mencantumkan garam industry non yodium pada kemasannya; (6) Materi yang tercantum pada label kemasan akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati; (7) Peredaran garam non yodium untuk keperluan bahan baku industry dan jumlah garam non yodium yang dibutuhkan baik di dalam maupun di luar kabupaten harus mendapat rekomendasi dari pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Bagian Kedua Perijinan Pasal 5 (1) Setiap orang dan/atau Badan Usaha yang melakukan kegiatan peredaran dan/atau perdagangan Garam Baku di dalam wilayah dan di luar wilayah Kabupaten Lombok Timur wajib memperoleh izin dari Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT); (2) Setiap orang dan/atau Badan Usaha yang melakukan kegiatan peredaran dan/atau perdagangan garam baku di luar wilayah Kabupaten Lombok Timur harus mendapat rekomendasi dari Gubernur dalam hal ini Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi; (3) Tata cara pengajuan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur dengan Peraturan Bupati. Bagian Ketiga Distribusi Garam Pasal 6 (1) Setiap orang dilarang mengedarkan dan/atau memperdagangkan garam baku untuk konsumsi manusia dan ternak, industri pangan, dan bahan baku penolong industri pangan; (2) Peredaran garam baku hanya diperdagangkan kepada perorangan dan/atau badan yang melakukan iodisasi garam dan/atau kepada industri bukan pangan; (3) Garam baku yang diproduksi oleh petani garam dapat ditampung dan diolah menjadi garam beryodium oleh perusahaan industri iodisasi. BAB PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN IV Pasal 7 (1) Pembinaan kepada petani garam, dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur;

(2) Pembinaan kepada produsen garam baku dan garam beryodium dilaksanakan oleh Dinas Energi Sumber Daya Mineral Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Timur, Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur, dan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Lombok Timur; (3) Pembinaan kepada distributor garam baku dan garam beryodium dilakukan oleh Dinas Energi Sumber Daya Mineral Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Timur. (4) Pembinaan kepada masyarakat terhadap penggunaan garam beryodium dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur. Pasal 8 Pembinaan terhadap petani, produsen, distributor, pelaku usaha garam dan konsumen sebagaimana dimaksud dalam pasal 7, dilaksanakan melalui kegiatan : a. penyuluhan dan promosi oleh Dinas Energi Sumber Daya Mineral Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Timur dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur; b. pelatihan dan magang oleh Dinas Energi Sumber Daya Mineral Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Timur dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur; c. bantuan modal, alat dan bahan oleh Dinas Energi Sumber Daya Mineral Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Timur dan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Lombok Timur; d. standarisasi dan sertifikasi oleh Dinas Energi Sumber Daya Mineral Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Timur; e. pemeriksaan sarana produksi dan distribusi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur dan Dinas Energi Sumber Daya Mineral Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Timur Pasal 9 (1) Pengendalian peredaran Garam Baku dan Garam Beryodium di Kabupaten Lombok Timur, dilakukan melalui pemantauan dan pengawasan secara terpadu oleh Tim dan Instansi Teknis. (2) Pelaksanaan pemantauan dan pengawasan oleh Tim dan Instansi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan prosedur tetap (protap).

BAB V PENYIDIKAN Pasal 10 Selain oleh Penyidik Umum, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten. Pasal 11 (1) Penyidik sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 berwenang : a. menerima laporan/pengaduan tentang adanya tindak pidana peredaran garam non yodium; b. melakukan tindakan pertama, penindakan saat ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan terhadap tindak pidana peredaran garam non yodium; c. menerima, mencari, mengumpulkan keterangan dan meneliti laporan berkenaan dengan tindak pidana peredaran garam non yodium; d. meneliti, mencari, mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi/ Badan Usaha tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana peredaran garam non yodium; e. meminta bahan keterangan dan/atau barang bukti dari orang pribadi/badan Usaha sehubungan dengan tindak pidana peredaran garam non yodium; f. memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana peredaran garam non yodium; g. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan, dokumen lain serta melakukan penyidikan terhadap barang bukti tersebut; h. meminta tenaga ahli untuk membantu penyidikan dalam rangka tugas penyidikan tindak pidana peredaran garam non yodium;

i. menyuruh berhenti, dan atau melarang orang pribadi /Badan Hukum meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung; j. dan memeriksa identitas orang, benda dan/atau dokumen yang dibawa orang tersebut; k. memotret seseorang/badan Hukum terkait tindak pidana peredaran garam; l. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka/saksi; m. menghentikan penyidikan; dan / atau n. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana peredaran garam non yodium. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan saat dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 12 (1) Setiap orang dan/atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 4 dan/atau Pasal 5 dan/atau Pasal 6, dipidana dengan kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 13 Setiap orang dan/atau badan usaha yang telah memiliki ijin sebelum diundangkannya Peraturan Daerah ini wajib menyesuaikan paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini.

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur. Ditetapkan di Pada tanggal Selong BUPATI LOMBOK TIMUR M. SUKIMAN AZMY Diundangkan di Selong Pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR, LALU NIRWAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2011 NOMOR

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN GARAM NON YODIUM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR I. UMUM Bahwa garam merupakan salah satu komoditas strategis, selain sebagai kebutuhan pokok masyarakat, juga dapat digunakan sebagai bahan baku penolong industri. Sebagai kebutuhan pokok masyarakat, garam dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat sebagai bumbu dalam masakan maupun dikonsumsi langsung oleh ternak. Sementara sebagai bahan baku penolong industri, garam digunakan dalam industri pengolahan, makanan manusia dan ternak dan industri non makanan manusia dan ternak. Oleh karena itu, garam yang dikonsumsi oleh manusia dan ternak, baik langsung maupun sebagai bahan baku pengolahan makanan, harus memenuhi standar tertentu agar dapat digunakan dalam upaya penanggulangan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI). Agar tidak terjadi kerancuan antara garam untuk konsumsi langsung manusia dan ternak maupun garam sebagai bahan baku penolong industri manusia dan ternak dengan garam untuk bahan baku industri non makanan manusia dan ternak, maka perlu dilakukan pengendalian peredaran garam di Kabupaten Lombok Timur. Gagasan terhadap upaya pengendalian peredaran garam-garam lahir karena rasa keprihatinan berbagai elemen masyarakat Kabupaten Lombok Timur terhadap gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI). GAKI dipandang sebagai masalah gizi yang sangat serius bagi upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang meliputi aspek perkembangan kecerdasan, aspek perkembangan sosial, dan aspek aspek perkembangan ekonomi. GAKI adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Yodium adalah mineral yang terdapat di alam, baik tanah maupun air yang mempunyai zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk menghasilkan hormon tiroid yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasan manusia. Kekurangan yodium pada manusia akan menimbulkan kelainan, antara

lain : Pembesaran kelenjar gondok pada leher; gangguan perkembangan fisik, gangguan mental yang dapat berpengaruh terhadap kehilangan IQ point yang identik dengan kecerdasan dan produktifitas. Kenyataan ini membuka permasalahan terhadap peredaran dan penggunaan garam, (baik garam beryodium maupun garam bukan yodium) di Kabupaten Lombok Timur yang dapat diidentifikasi, antara lain : masyarakata belum sepenuhnya memahami manfaat garam beryodium; mekanisme distribusi atau pemasara garam (baik garam beryodium maupun garam baku) belum tepat sasaran. produsen garam beryodium belum mampu memproduksi sesuai dengan kapasitas terpasang, dan penyaluran serta peredaran garam baku (non yodium) di pasaran masih dilakukan secara bebas. Pembentukan Peraturan Daerah tentang Pengendalian Peredaran Garam merupakan wujud kepedulian semua pihak yang terlibat pada kepentingan jangka panjang bagi perkembangan sumber daya manusia. Kerangka hukum ini bermaksud menjamin kepastian hukum dalam bidang pengendalian peredaran garam, melindungi dan memberikan rasa aman bagi konsumen, petani garam, baik perorangan maupun badan hukum, serta sebagai instrument untuk mengembangkan rasa tanggung jawab bagi para pihak yang mendapat kepercayaan dalam pengelolaan garam. Garam adalah sekumpulan senyawa kimia dengan kandungan terbesar terdiri dari natrium chloride dan impurities berupa kalsium sulfat (Gips), magnesium sulfat, magnesium chloride dari zat besi. Proses lodisasi garam menjadi garam beryodium meliputi proses penambahan larutan kalium lodat (KIO3) ke dalam garam dengan cara mencampur menggunakan mesin lodisasi maupun peralatan sederhana (manual). PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Yang dimaksud dengan aspek produksi adalah pengendalian garam dalam hal memproduksi, mengolah, pengemasan dan pelabelan baik untuk garam beryodium maupun garam baku.

Yang dimaksud dengan perdagangan adalah upaya pengendalian mengenai kegiatan peredaran maupun perdagangan garam baik untuk garam beryodium maupun garam baku di Kabupaten Lombok Timur Yang dimaksud pembinaan adalah upaya yang dilakukan terusmenerus, terencana dan sistematis mengenai pemantauan dan pengawasan peredaran garam, pelaporan dan evaluasi Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan pemantauan dan pengawasan adalah upaya yang dilakukan secara terencana dan sistimatik dalam mengatur, membatasi, distribusi dan mengawasi kualitas garam dalam peredarannya di wilayah Kabupaten Lombok Timur. Keanggotaan Tim Pemantau dan Pengawasan Garam terdiri atas unsur Pemerintah Daerah, Kejaksaan, Kepolisian, Akademisi dan Unsur Masyarakat yang peduli pada kualitas sumber daya manusia.

Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR