BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Munadi, Ilmu Pengetahua Alam (IPA) atau sains (science) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Susi Ardiyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Muhammad Noor Syam bahwa...nampaknya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang. SD Negeri 2 Tambakboyo mempunyai visi sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pikir seseorang untuk selalu melakukan inovasi dan perbaikan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. cara yang dipilih untuk meraih kemajuan (made of getting forward).

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

Pendidikan merupakan bentuk perkembangnya potensi menjadi. manusia yang peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di negara. Salah satu masalah yang dihadapi dunia

BAB I PENDAHULUAN. berkesimbungan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 Karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena itu merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui perundang-undangan dan pengelolaan pendidikan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. Aturan tersebut dapat kita lihat aplikasinya dalam jalur pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah peradaban manusia terlihat jelas bahwa kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia pendidikan formal seperti sekolah adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. melalui perundang-undangan dan pengelolaan pendidikan. Tujuan pendidikan sebagaimana termuat dalam Undang-undang tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. penting karena dapat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riyanti Dini Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan investasi utama untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut undang undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu unit kerja tidak bisa terlepas dari kegiatan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah suatu uraian yang lengkap dan tersusun tentang

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I. tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang penuh dengan persaingan dalam seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan mampu mencetak sumber daya manusia yang handal tidak hanya secara

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Mujadalah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang system

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai dengan harapan. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru harus

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia yang individual

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral. 1 Dasar pendidikan ditandai akan sebuah kesadaran bahwa setiap muslim wajib menuntut ilmu dan tidak boleh mengabaikannya. Firman Allah Swt dalam Q.S Al- Mujadalah ayat 11 sebagai berikut. 1 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Renika Cipta, 2010), h. 22. 1

Ayat di atas menjelaskan bahwa penguasaan dan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan menrupakan faktor yang sangat penting untuk mencapai kemajuan dan kemuliaan dalam diri seseorang. Semakin jelas bahwa orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt. Sama halnya dijelas dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 menyatakan sebagai berikut. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi menusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Pendidikan nonformal meliputi kursus-kursus keahlian dan keterampilan pada bidang tertentu. Pendidikan informal adalah pendidikan yang berlangsung dalam keluarga. Pada lembaga pendidikan formal yang salah satunya adalah Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dalam pembelajarannya diberikan berbagai mata pelajaran dan salah satunya mata pelajaran tersebut adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). 2 DPR RI, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 3.

Mata pelajaran IPA diajarkan sejak jenjang SD/MI, yang memberikan pemahaman betapa pentingnya mempelajari IPA. Dikatakan IPA memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Menurut Munadi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains (science) adalah hasil eksplorasi ke alam materi. Di dalam sains terdapat ilmu fisika, kimia matematika, biologi, astronomi, sementara meteorologi, oseanologi fisis, dan geografi fisis mempunyai wilayah yang lebih sempit. 3 Semua ilmu itu saling berkaitan dan secara bersama-sama dimanfaatkan untuk mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan kita sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD/MI. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan tentang kumpulan yang berupa fakta-fakta, prinsip-prinsip, konsep-konsep saja tetapi juga merupakan kumpulan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA diarahkan untuk inquiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Al-quran telah bercerita tentang kejadian penciptaan alam. Dan melalui pembelajaran dengan metode eksperimen ini diharapkan kita bisa mencari tahu hal- 3 Bambang Murdaka Eka Jati, Tri Kuntoro Priyambodo, Fisika Dasar untuk Mahapeserta didik Ilmu-ilmu Eksakta dan Teknik, (Yogyakarta: Andi Offset, 2008), h. 2.

hal yang belum diketahui dan memikirkan semua yang diciptakan Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam surah Al- Mu min ayat 57 yang berbunyi: Dan surah Al-A raf ayat 185 yang berbunyi: Ilmu Pengetahuan Alam di SD/MI berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat pengetahuan alam dalam kehidupan sehari-hari, serta bertujuan : 1. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 3. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 4. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 5. Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Allah SWT. 4 Menurut paradigma konstruksivisme, pembelajaran IPA dipahami sebagai proses membangun aktifitas peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan cara membuat hubungan atau keterkaitan antara pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik dengan pengetahuan yang sedang dipelajari melalui interaksi dengan yang lain (kontekstual). 5 Pembelajaran IPA di SD/MI sangat perlu memperhatikan cara berpikir peserta didik. Umumnya anak-anak tingkat usia SD/MI (7 sampai 12 tahun) memiliki sifatsifat khas, yaitu berpikir atas dasar pengalaman yang nyata dan belum dapat membayangkan hal-hal yang masih belum dapat dilihat. Berdasarkan kenyataan itu dalam pembelajaran IPA perlu dirancang dan dilaksanakan suatu pendekatan, metode dan strategi pembelajaran yang dapat membantu peserta didik terlibat dalam proses belajar dan mengalami secara langsung hal-hal yang dipelajarinya. Pembelajaran akan terasa bermakna bagi peserta didik jika guru mengetahui objek yang diajarkan sehingga dapat mengajarkan materi dengan penuh dinamika dan inovasi. Sama halnya dengan pembelajaran IPA di SD/MI guru juga perlu memahami hakekat dari pembelajaran IPA. 4 Departemen Agama RI, Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah (Standar Kompetensi), (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 206. 5 Nana Djumhana, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 42.

Hakekat pembelajaran IPA ditinjau dari tiga segi, yaitu: 1. IPA sebagai produk. Merupakan hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya berupa fakta, konsep teori, hukum, prosedur informasi yang telah tersusun secara lemgkap dan sistematis dalam bentuk buku-buku tesk dan film-film dokumen dalam bentuk CD atau DVD yang semuanya dapat dianggap body of knowledge. 2. IPA sebagai proses. Makna IPA sebagai proses adalah proses untuk mendapatkan IPA yang dilakukan melalui metode ilmiah. Pada anak-anak usia SD/MI, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap, berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh, sehingga harapannya anak-anak SD/MI mampu melakukan penelitian secara sederhana. 3. IPA sebagai pengembangan sikap. Sikap ilmiah yang memungkinkan dapat dikembangkan pada anak-anak SD/MI adalah : (1) sikap ingin tahu; (2) sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru; (3) sikap kerja sama; (4) sikap tidak putus asa; (5) sikap tidak berprasangka; (6) sikap mawas diri; (7) sikap bertanggung jawab; (8) sikap berpikir bebas; (9) sikap disiplin diri. Hakekat pembelajaran IPA menunjukkan bahwa sebaiknya pembelajaran IPA di SD/MI menggunakan rasa keingintahuan peserta didik sebagai titik awal dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penyelidikan atau percobaan. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan untuk menemukan dan menanamkan pemahaman konsep-konsep baru dan mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itu guru dianjurkan memilih menggunakan strategi atau metode yang banyak melibatkan peserta didik aktif dalam proses belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Peserta didik dibawa untuk mengamati, menebak, membuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan dan kalau mungkin berdebat. Penekanan pada pembelajaran IPA tidak hanya melatih keterampilan dan hafalan fakta, tetapi pada pemahaman konsep, sehingga diharapkan proses pembelajaran IPA lebih bermakna. Salah satu metode yang tepat dan sesuai menurut sifat kontruksivis adalah dengan metode eksperimen. Berdasarkan analisis buku paket dan LKS mata pelajaran IPA di kelas tinggi, salah satunya di kelas V pada materi konsep cahaya dalam pelaksanaan pembelajarannya lebih cenderung mengarah pada kegiatan eksperimen. Kegiatan eksperimen membuat peserta didik melakukan praktek atau percobaan sendiri, membuktikan secara langsung, menganalisis, dan kemudian membuat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukannya sendiri. Karena itu metode eksperimen ini sangat tepat untuk diterapkan di kelas tinggi dan juga karena mudah digunakan bagi guru itu sendiri. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul : Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Metode Eksperimen pada Konsep Cahaya di SDN 1 Bongkang Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan penafisiran judul skripsi diatas, maka peneliti merasa perlu menegaskan:

1. Pelaksanaan dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah asal kata dari laksana, kemudian mendapat awalan pe dan akhiran an yang berarti proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan) 6. Yang penulis maksud dengan pelaksanaan disini adalah seluruh proses atau cara pelaksanaan metode eksperimen terhadap materi konsep cahaya di kelas V SDN 1 Bongkang Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong. 2. Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian, dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu. 7 3. Konsep cahaya adalah energi yang dimiliki oleh gerakan foton dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Adapun sifat-sifat cahaya ada lima, yaitu : (1) cahaya merambat lurus; (2) cahaya menembus benda bening; (3) cahaya dapat dipantulkan; (4) cahaya dapat dibiaskan; (5) cahaya dapat diuraikan. Pada pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode eksperimen, yang akan dipelajari yaitu bagaimana cahaya merambat lurus, bagaimana cahaya 6 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Ke-1cet., edisi 3, h. 488. 2002), h. 95. 7 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Renika Cipta,

menembus benda bening, bagaimana cahaya dapat dipantulkan, dan bagaimana cahaya dapat dibiaskan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian, yaitu 1. Bagaimana pelaksanaan metode eksperimen pada konsep cahaya di kelas V SDN 1 Bongkang? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan metode eksperimen pada konsep cahaya di kelas V SDN 1 Bongkang? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah. 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan metode eksperimen pada konsep cahaya di kelas V SDN 1 Bongkang. 2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan metode eksperimen pada konsep cahaya di kelas V SDN 1 Bongkang. E. Alasan Memilih Judul atas, yaitu: Ada beberapa alasan yang mendasari peneliti dalam memilih judul tersebut di

1. Peneliti sebagai calon pendidik merasa penting untuk mengetahui metode, model, media maupun maupun strategi pembelajaran di SDN 1 Bongkang Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA, khususnya pada konsep cahaya. 2. Pelaksanaan metode eksperimen ini selain sangat tepat diterapkan pada pembelajaran IPA, juga mudah untuk digunakan oleh guru. 3. Konsep cahaya ini penting bagi peserta didik untuk lebih dipahami karena sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 4. Peneliti memilih tempat di SDN 1 Bongkang karna melihat prestasi yang pernah diraih, sekolah ini cukup diunggulkan dan cukup representatif. F. Signifikansi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya: 1. Masukan bagi guru untuk menambah ragam metode, strategi, maupun pendekatan pembelajaran sehingga banyak pilihan. 2. Dapat menumbuhkan semangat bekerja sama antar peserta didik, meningkatkan motivasi dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. 3. Sebagai bahan informasi untuk pengembangan penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA terkhusus pada materi konsep cahaya di kelas V SDN 1 Bongkang. G. Sistematika Penulisan Sebagai gambaran dari penelitian ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori yang berisi hakekat pembelajaran dan pembelajaran IPA, macam-macam metode pembelajaran dalam IPA, metode eksperimen dan langkah-langkahnya, kelebihan dan kekurangan metode eksperimen, dan eksperimen dalam konsep cahaya. BAB III Metodologi Penelitian yang berisi jenis dan pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, setting penelitian, data, sumber data dan teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan prosedur penelitian. BAB IV Laporan Hasil Penelitian yang berisi deskripsi lokasi penelitian, penyajian data dan analisis data. BAB V Penutup yang berisi simpulan dan saran.