BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang mengetahui. Mulut merupakan bagian yang penting dari tubuh kita dan dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi karena banyak penyakit umum mempunyai gejala-gejala yang dapat dilihat dalam mulut. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk dan anak lebih banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies (Machfoedz dan Zein, 2005). Masalah utama dalam rongga mulut anak adalah karies gigi. Di Negaranegara maju prevalensi karies gigi terus menurun sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia ada kecenderungan kenaikan prevalensi penyakit tersebut (Supartinah, 1999). Data menunjukkan sekitar 80 persen penduduk Indonesia memiliki gigi rusak karena berbagai sebab, namun yang paling banyak ditemui adalah karies atau gigi berlubang dan periodontal atau kerusakan jaringan akar gigi (Mangoenprasodjo, 2004). Menurut Achmad (2004), pada hampir setiap mulut orang Indonesia akan ditemukan dua hingga tiga gigi berlubang. Karies gigi sejauh ini menjadi masalah kesehatan anak yang sangat memerlukan perhatian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 menyatakan angka kejadian karies pada anak masih sebesar 60-90%. Demikian halnya dengan pemasalahan Negara Indonesia yang berkaitan dengan kesehatan gigi, terdapat 89% anak dengan usia di bawah 12 tahun menderita penyakit yang berhubungan dengan gigi dan mulut (Rahardjo, 2006). 1
2 Hal tersebut di atas dapat memberi dampak pada derajat kesehatan anak seperti timbulnya nyeri, penanggalan gigi, infeksi hingga berbagai kasus berbahaya berkaitan dengan tumbuh kembang anak hingga menyebabkan kematian. Hal ini memerlukan perhatian yang sangat luas dari berbagai pihak terutama instansi kesehatan untuk melakukan berbagai upaya yang lebih optimal untuk menangani permasalahan ini (Astoeti, 2006). Karies gigi sendiri merupakan kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin (tulang gigi). Terjadinya karies gigi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti mikroorganisme, struktur gigi, substrat, dan waktu. Penjalaran karies gigi dimulai dari email, dan apabila tidak segera dibersihkan maka dapat menjalar hingga ke bawah hingga sampai ruang pulpa yang berisi pembuluh saraf dan pembuluh darah yang menyebabkan rasa nyeri (Hermawan, 2010). Kejadian karies gigi ini banyak diderita oleh anak-anak usia sekolah. Usia yang paling rentan terhadap kejadian karies gigi adalah antara 4-8 tahun yaitu pada gigi primer, sedangkan pada gigi sekunder adalah antara usia 12-18 tahun (Wong, dkk, 2008). Anak-anak menjadi usia yang paling rentan terhadap kejadian karies gigi karena pola makan dan pola kebersihan anak yang kurang baik. Anak-anak sangat menyukai makanan sejenis gula-gula yang apabila dikonsumsi terlalu banyak dan tidak dibersihkan makan akan berpotensi terjadinya karies gigi (Herman, 2010). Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka peran orangtua sangat diperlukan untuk pemeliharaan kesehatan gigi anak. Pola pengasuhan dan pendidikan tentang kebersihan gigi dan mulut yang diajarkan oleh orangtua sejak dini akan memberi dampak terhadap perilaku anak. Berkaitan dengan pola pengasuhan ini maka pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut pada anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak
3 Penelitian yang dilakukan oleh Kawuryan (2008), yang berjudul hubungan pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut dengan kejadian karies anak SDN Kleco II kelas V danvi Laweyan Surakarta. Penelitian ini mendapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi. Hasil penelitian di atas tersebut menunjukkan bahwa kejadian karies gigi sangat terkait dengan pengetahuan, namun dalam penelitian ini khusus dibahas mengenai pengetahuan orangtua dengan kejadian karies gigi pada anak. Penelitian lain yang dilakukan oleh Saputra (2009) yang berjudul hubungan antara sikap dan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus Kabupaten Lebong Propinsi Bengkulu. Berdasarkan penelitian tersebut dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara sikap individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas serta ada hubungan yang bermakna antara perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus. Berdasarkan survey pendahuluan yang peneliti lakukan di SD Mangunharjo Kecamatan Tembalang terhadap anak kelas II yang berjumlah 40 siswa ditemukan 30 diantaranya mengalami karies gigi. Berdasarkan hasil tanya jawab dengan anak-anak ini menyatakan bahwa mereka menyukai dan terbiasa untuk mengkonsumsi jajanan yang dijual di sekitar lingkungan sekolah. Para siswa ini juga sangat menyukai makanan gula-gula atau permen yang dijual dengan berbagai macam variasi atau bentuk. Ketika peneliti menanyakan kepada para siswa ini tentang bagaimana orangtuanya mengajarkan cara pemeliharaan gigi ternyata sebagian besar anak-anak menyatakan bahwa orangtua hanya mengingatkan untuk menggosok gigi pagi hari saja sementara pada malam hari jarang diperhatikan. Orangtua juga tidak memperhatikan jajanan yang dikonsumsi anak, bahkan ketika anak terlalu banyak mengkonsumsi permen pun tidak menjadi masalah. Anak-anak ini mengaku bahwa orangtua kurang memperhatikan kebersihan gigi anaknya.
4 Orangtua juga tidak pernah mengajari anak cara menggosok gigi dengan benar. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa kejadian karies gigi pada anak di SD Mangunharjo ini dapat disebabkan karena kurangnya siswa menjaga kebersihan gigi, sementara orangtua juga kurang memberikan perhatian terhadap kesehatan gigi dan mulut pada anaknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua murid menyatakan bahwa orangtua memang sudah menganjurkan kepada anak untuk menggosok gigi. Namun demikian, orangtua tidak dapat memantau setiap hari bagaimana anak membersihkan gigi setiap pagi dan malam hari. Orangtua yang tidak mampu mengawasi anaknya dalam menggosok gigi karena kesibukan orangtua yang harus bekerja di luar rumah sehingga sangat berpacu dengan waktu di pagi hari, sementara di malam hari orangtua yang sudah capek merasa malas jika harus selalu mengawasi anaknya untuk menggosok gigi sebelum tidur. B. Rumusan masalah Kejadian karies gigi masih banyak ditemukan di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Bahkan ditemukan dua hingga tiga gigi berlubang pada hampir setiap mulut orang Indonesia. Kejadian karies gigi ini terutama sekali banyak ditemukan pada anak-anak yang mencapai 60-90%. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi seperti mikroorganisme, struktur gigi, substrat, dan waktu. Pola makan dengan makan-makanan yang manis dapat mempercepat proses karies gigi. Hal ini kurang disadari oleh orangtua betapa pentingnya menjaga kesehatan gigi sejak dini yaitu terhadap anak-anaknya. Terabaikannya masalah kesehatan gigi ini dapat disebabkan oleh rendahnya pengetahuan orangtua mengenai karies gigi baik berkaitan dengan faktor penyebab maupun dampak yang akan ditimbulkan di masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan orangtua dengan kejadian karies gigi pada anak SD Mangunharjo Kecamatan Tembalang Semarang?
5 C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan orangtua dengan kejadian karies gigi pada anak SD Mangunharjo Kecamatan Tembalang Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan orangtua anak SD Mangunharjo tentang karies gigi b. Mendeskripsikan kejadian karies gigi pada anak SD Mangunharjo tentang karies gigi. c. Menganalisis hubungan pengetahuan orangtua dengan kejadian karies gigi anak SD Mangunharjo tentang karies gigi D. Manfaat penelitian 1. Anak sekolah Hasil penelitian diharapkan dapat mencegah terjadinya karies gigi pada anak. 2. Orangtua, keluarga dan masyarakat Penelitian ini diharapkan supaya orang tua, keluarga atau masyarakat mampu memberikan perhatian lebih, khususnya terhadap karies gigi sehingga dapat mencegah terjadinya karies gigi pada anak. E. Bidang ilmu Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan yang difokuskan dalam bidang ilmu keperawatan komunitas dan anak.
6 F. Orisinalitas penelitian No Nama pengarang 1 Uji Kawuryan (2008 2 Dhendi Novianto Saputra (2009) 3 Agustina Elyana Judul Hubungan pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut dengan kejadian karies anak SDN Kleco II kelas V danvi Laweyan Surakarta hubungan antara sikap dan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus Kabupaten Lebong Propinsi Bengkulu. Hubungan antara pengetahuan, perilaku, dan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada siswa SDN 011 tanah grogot kalimantan timur Hasil Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi Berdasarkan penelitian tersebut dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara sikap individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas sebesar RR = 1,690, p = 0,001 dan 95% CI : 1,244 2,295 serta ada hubungan yang bermakna antara perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus sebesar RR = 2,608, p = 0,002 dan 95% CI : 1,671 4,069 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian karies gigi sebesar RR = 1,424, p=0,001 dan 95% CI: 1.111-1.826. Ada hubungan yang bermakna antara perilaku dengan kejadian karies gigi sebesar RR = 1,481, p=0,001 dan 95% CI: 1,107-1,982. Ada hubungan yang bermakna antara frekuensi konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi sebesar RR = 1,335, p = 0,001 dan 95% CI: 1,107-1,610