BAB I PENDAHULUAN. satu dengan lainnya sehingga perlunya kemampuan dalam memahami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah siswa mempunyai aktivitas dalam bergaul dengan temantemannya,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu periode pendidikan yang lebih tinggi setelah masa Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk evaluasi yang sering di laksanakan oleh guru di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu periode transisi dari fase anak hingga fase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai umur dan lapisan masyarakat. Kebahagiaan bukan hanya berkisar pada

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun), dan fase remaja akhir (usia 18 tahun sampai 21 tahun) (Monks,

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki rasa minder untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002)

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fase perkembangannya memiliki keunikan tersendiri. Papalia (2008) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan oleh seluruh mahasiswa baru di perguruan tinggi. Rata-rata usia

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. moyang, teman teman, milik, uang dan lain lain. Kalau semuanya bagus, ia

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan berperan dalam lingkungan hidup yang selalu berubah

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Ketrampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk bergaul dan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki dunia kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup seorang mahasiswa (Santrock, 2006). Mahasiswa baru merupakan status saat mahasiswa yang sudah terdaftar ditahun pertamanya kuliah dan merupakan masa awal perkenalan dengan lingkungan kampus. Mahasiswa baru memiliki latarbelakang budaya, sekolah, karakter yang berbeda antara mahasiswa yang satu dengan lainnya sehingga perlunya kemampuan dalam memahami lingkungan sekitar kampus dan mandiri karena segala hal akan dilakukan sendiri. Masuk kedalam sebuah Perguruan Tinggi bukanlah hal yang mudah bagi sebagian besar orang, hal ini menyangkut keyakinan atas kemampuan yang ada di dalam dirinya. Menurut Santrock (2012) menyatakan transisi dari sekolah menengah atas ke perguruan tinggi melibatkan pergerakkan ke arah struktur yang lebih besar dan impersonal; interaksi dengan teman-teman dari latarbelakang geografis dan etnis yang lebih beragam; dan peningkatan khusus terhadap pencapaian asesmennya. Sehingga perubahan ini dialami oleh mahasiwa baru di perguruan tinggi. Diawal perkuliahan, mahasiswa baru merasa asing dengan lingkungan kampus. Segala hal masih terasa baru seperti teman-teman baru,lingkungan baru, gedung-gedung baru,tempat baru dan dosen yang mengajar. Perasaanasing ini merupakan hal wajar yang dirasakan mahasiswa baru. 1

Mahasiswa baru akan merasa gugup, takut, dan malu sehingga membuat mahasiswa baru tidak percaya diri bila berhadapan dengan orang disekitarnya. Mahasiswa baru mengawali interaksi sosialnya di kampus untuk dapat mendukung dalam menyesuaikan diri dengan tugas-tugas baru di kampus. Kemampuan membangun hubungan dengan teman di lingkungan kampus akan membuat mahasiswa baru mempunyai sumber dukungan sosial bila mengalami kesulitan dalam memahami mata kuliah, tugas yang diberikan dosen dan buku yang wajib dimiliki oleh mahasiswa. Menurut Santrock (2003) dukungan dari teman sebaya berpengaruh kuat terhadap rasa percaya diri remaja dibandingkan dengan hal yang lain. Salah satu hal yang perlu dimiliki oleh mahasiswa baru adalah mempunyai wawasan tentang lingkungan kampus dan mengerti tentang tata etika yang berlaku dalam lingkungan yang berkembang dilingkungan masyarakat kampus. Etika kehidupan kampus ini ingin mengantarkan mahasiswa baru memiliki sikap dan perilaku yang tertib, teratur, dan kondusif bagi mahasiswa untuk mengikuti pendidikan selama duduk sebagai mahasiswa. Pengetahuan mengenai etika di kampus akan menjadi modal bagi mahasiswa untuk membangun hubungan sosial dengan mahasiswa lain. Dengan pengertian tersebut, mahasiswa baru dapat menyesuaikan perilakunya dengan standar yang berlaku. Penyesuaian diri akan berkembang selama proses interaksi sosial di lingkungan kampus sehingga terbangun kepercayaan diri

untuk membangun jaringan sosial dan akademis yang kuat diantara teman sebaya (Montgomery & Cote 2003). Ketika mahasiswa baru mampu menyesuaikan dirinya di lingkungan kampus maka timbulrasa senang, terpenuhnya kebutuhan sosiopsikologi, dan perasaan dapat diterima di lingkungan kampus sehingga ia merasa yakin dengan dirinya. Bila penyesuaian diri tidak berhasil maka dapat mengakibatkan mahasiswa baru tersebut menarik diri, mudah tertekan dalam berinteraksi dan perasaantidak diterimakeberadaanya oleh lingkungan teman sebaya sehingga menimbulkan rasa tidak percaya diri. Menurut Hurlock (1980) mengungkapkan bahwa salah satu tugas perkembangan masa remaja yang paling sulit berhubungan dengan penyesuaian sosial. Meskipun tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Hal ini tentunya memicu timbulnya berbagai permasalahan bagi mahasiswa baru sebagai remaja. Seorang yang mempunyai rasa percaya diri terhadap lingkungan kampus memiliki kompetensi yakni terhadap kemampuannya melakukan kontak sosial yang baik, mempunyai kepribadian positif, sedangkan yang tidak percaya diri menunjukkan adanya perasaan cemas, merasa tidak berharga, mempunyai konsep diri rendah dan tidak dapat diterima di lingkungan teman sebaya.menurut Thantaway (2005) percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk

berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya akan kemampuannya, sehingga orang tersebut sering menutup diri. Seorang akan mudah melakukan interaksi bila memiliki rasa percaya diri sedangkan yang tidak memiliki rasa percaya diri akan merasa minder dengan menjauhkan diri dari teman-teman dan membuat dirinya tertutup dengan lingkungan teman sebayanya sehingga membuatnya menyendiri dan tidak mempunyai teman. Percaya diri merupakan keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri, percaya diri, dengan begitu percaya diri akan membuat seseorang lebih mudah mendapatkan teman sebaya di lingkungan teman sebayanya. Seorang yang tidak memiliki percaya diri maka merasa mempunyai pemikiran negatif atas dirinya dan merasa orang lain mempunyai kelebihan dari pada dirinya dengan begitu seorang yang tidak memiliki percaya diri akan sulit mendapatkan teman. Percaya diri merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh Mahasiswa baru, karena dengan adanya percaya diri sumber keyakinan seorang agar dirinya dapat tampil percaya diri di lingkungan teman-temannya dan Mahasiswa baru akan mudah bergaul dengan teman-teman di lingkungan kampus. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti hal ini dapat dilihat ketika mahasiswa baru berjalan sendiri di koridor Fakultas Psikologi dengan menundukkan kepalanya tanpa menoleh arah kanan maupun kiri dan memasuki kantor untuk mencari dosen yang berinisial ER tetapi mahasiswa

baru tersebut bingung karena tidak mengenal dosen tersebut sehingga beberapa menit kemudian mahasiswa baru tersebut pergi dengan langkah kaki cepat. Berikut ini hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap mahasiswa baru di Universitas Medan Area Awalnya adanya rasa penasaran seperti apa dunia kuliah, saya merasa canggung karena tidak kenal sama sekali dengan teman-teman diperkuliahan ini apalagi ketemu dengan kakak-kakak senior juga dosennya. Saat pertama awal perkuliahan dengan firasat siapa yang menjadi teman juga bagaimana lingkungannya juga dapatkah menyesuaikan diri dengan teman sebaya. Itulah terlintas dibenak saya sehingga ada timbul rasa tidak percaya diri. (pada tanggal 23 Agustus 2016 pada pukul 02.00 WIB) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa pandanganmengenai penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi kepercayaan diri mahasiswa baru. Hal ini sejalan dengan penelitian (Trina, 2011) menyatakan bahwa penerimaan teman sebaya merupakan salah satu faktor mempengaruhi kepercayaan diri. Penerimaan teman sebaya adalah sejauh mana seseorang dapat diterima dilingkungan teman-teman sebayanya. Diterima dilingkungan teman sebaya merupakan kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diakui keberadaannya. Menurut Santrock (2003) teman sebaya adalah individu yang tingkat kematangan dan umurnya kurang lebih sama.kelompok teman sebaya adalah teman yang berusia sama dan sering menghabiskan waktu bersama sehingga dapat menimbulkan aktivitas tertentu.kelompokteman sebaya adalah tempat untuk membentuk hubungan dekat yang berfungsi sebagai latihan bagi hubungan yang akan mereka bina dimasa dewasamenurut Buhrmester, 1996

Gecas & Seff, 1990; Laursen, 1996 (dalam Papalia, 2013). Menurut Havingurst (dalam Ekasari, 2009) bahwa teman sebaya didefenisikan sebagai suatu kumpulan orang yang kurang lebih berusia sama yang berfikir dan bertindak sama. Penerimaan itu merupakan persepsi tentang diterimanya individu tersebut menjadi anggota suatu kelompok tersebut. Akibat langsung adanya penerimaan teman sebaya bagi seorang remaja adalah adanya rasa berharga dan berarti serta dibutuhkan oleh kelompoknya sebagai partner sehingga adanya suatu aktivitas dalam kelompok. Hal ini akan menimbulkan rasa gembira dan merupakan indeks keberhasilan yang digunakan individu dalam kelompok teman sebaya yang selanjutnya menghasilkan rasa percaya diri. Penerimaan teman sebaya akan berdampak positif juga bagi mahasiswa baru dalam menumbuhkan kepercayaan dalam dirinya. Hal yang sebaliknya dapat terjadi bagi remaja yang diabaikan ataupun ditolak oleh kelompoknya. Adanya frustasi yang menimbulkan rasa kecewa akibat penolakan atau pengabaikan itu, mungkin sekali membuat seorang remaja bertingkah laku yang luar biasa; baik yang bersifat pengunduran diri (withdrawal) maupun agresif menurut Mappiare (1982). Penerimaan ataupun penolakan teman sebaya dalam kelompok bagi seorang remaja adalah bahwa hal itu mempengaruhi yang kuat/besar terhadap pikiran, sikap, perasaan, perbuatan-perbuatan dan penyesuaian diri remaja. Akibat langsung adanya penerimaan teman menimbulkan rasa senang, rasa gembira, puas bahkan rasa bahagia; yang pada gilirannya memberi rasa percaya

diri menimbulkan keberanian dan kesukaan-kesukaan berinisiatif memberi sumbangan pikiran atau membantu teman-teman kelompoknya yang kemudian dapat membuat lebih populer menurut Mappiare (1982). Keadaan diterimanya oleh lingkungan teman sebaya akan membuat remajamerasa percaya diri. Dari penelitian sebelumnya (Irma, 2012) diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara penerimaan peer group dengan kepercayaan diri pada siswa.dengan demikian penerimaan teman sebaya dapat mempengaruhi kepercayaan diri bagi mahasiswa baru. Sehubungan dengan uraian diatas timbul permasalahan, bagaimana hubungan antara penerimaan teman sebaya dengan kepercayaan diri pada siswa, maka permasalahan ini akan diteliti dengan judul Hubungan Penerimaan Teman Sebaya Dengan Kepercayaan Diri Pada Mahasiswa Psikologi di Universitas Medan Area. B. Identifikasi Masalah Pada mahasiswa barudiperlukan penyesuaian diri agar dapat diterima dilingkungan yang dapat membentuk rasa kepercayaan diri pada individu. Menurut Angelis (2000) menayatakan mengenai percaya diri berawal dari tekad pada diri sendiri, untuk melakukan segalanya yang individu inginkan dan kebutuhan dalam hidup. Percaya diri terbina dari keyakinan diri sendiri, sehingga individu mampu menghadapi tantangan hidup apapun dengan berbuat sesuatu. Fenomena yang diamati oleh peneliti adalah fenomena mengenai kepercayaan diri mahasiswa baru, dimana kepercayaan diri merupakan modal

awal yang dibutuhkan oleh setiap mahasiswa baru didalam menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Mahasiswa baru yang berada didalam Fakultas Psikologi UMA memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda antara mahasiswa satu dengan yang lain, atas dasar latar belakang tersebut mahasiswa dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru. Salah satu modal yang diperlukan oleh mahasiswa dalam menyesuaikan diri adalah kepercayaan diri. C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah antarapenerimaan teman sebayadengan kepercayan diri pada mahasiwa tingkat Pertama jurusan Psikologi. Percaya diri adalah penilaian positif terhadap dirinya dengan memandang dirinya dengan keyakinan adekuat untuk memberanikan diri mengaktualisasikan kemampuannyayang bertujuan seperti yang diharapkan realitas terhadap dirinya. Penerimaan teman sebaya merupakan sejauh mana seseorang dapat diterima oleh sekelompok teman sebaya, penerimaan ini dapat menyenangkan dan memberikan positive reinforcement bagi sekelompok teman sebaya. Penelitian ini menggunakan populasi mahasiswa Semester I pada tahun 2016 di FakultasUniversitas Medan Area dengan populasi yang digunakan berjumlah 517 orang.

D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian berikut: Apakah ada hubungan penerimaan teman sebaya dengan kepercayaan diri Mahasiswa tingkat pertama di Fakultas Psikologi Universitas Medan Area? E. Tujuan Peneliti Dalam hal ini ingin menguji hubungan penerimaan teman sebaya dengan kepercayaan diri mahasiswa tingkat pertama di Fakultas Psikologi Universitas Medan Area. F. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu pengetahuan di psikologi perkembangan yang berkaitan dengan kepercayaan diri sekaligus juga untuk memperkaya sumber perpustakaan yang dapat dijadikan penelitian lebih lanjut tentang hubungan penerimaan teman sebaya dengan kepercayaan diri. 2. Manfaat Praktis Hasil Penelitian ini diharapkan pada Perguruan Tinggi dapat menangani kesulitan menjadi mahasiswa baru yang dapat diterima oleh teman sebaya sehingga adanya rasa percaya diriberada di lingkungan teman sebaya.