BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tradisi-tradisi yang memuja roh roh leluhur. Maka telah tercipta sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. Melihat keberadaan manusia di dunia ini, maka kita akan dapat menemukan

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. akan memunculkan sebuah budaya dan musik baru. Walaupun biasanya terkadang

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception

Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia Masyarakat : ( - مشاركة -(شارك kaum/komunitas Budaya : Pola pikir/tradisi/kebiasaan Kebudayaan : Wujud material

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

BAB I PENDAHULUAN. animisme dan dinamisme. Masyarakat tersebut masih mempercayai adanya rohroh

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Suku Bone, Suku Atingola, dan Suku Mongondow. menyebut Gorontalo berasal dari kata hulontalo, yang juga berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. ada suatu peristiwa, tetapi hanya peristiwa yang banyak mengubah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (Koentjaraningrat, 1982:9). Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem, dimana sistem itu terbentuk dari perilaku, baik itu perilaku badan maupun pikiran. Dan hal ini berkaitan erat dengan adanya gerak dari masyarakat, di mana pergerakan yang dinamis dan dalam kurun waktu tertentu akan menghasilkan sebuah tatanan ataupun sistem tersendiri dalam kumpulan masyarakat. Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang sangat kaya dengan beraneka ragam budaya yang menjadi bagian dari suku bangsa atau subsuku bangsa tersebut. Kemajemukan kebudayaan tersebut tentunya akan melahirkan orientasi yang majemuk pula, karenaa salah satu fungsi

kebudayaan bagi masyarakat adalah sebagai sumber nilai yang menjadi objek orientasi (Bangun 1981:12). Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa. Mereka selalu melestarikan kebudayaan dari leluhur mereka terdahulu, masyarakat mengembangkan dan membangun sistem kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu. Sistem keyakinan mempengaruhi dalam kebiasaan bagaimana memandang hidup dan kehidupan. Termasuk di dalamnya adalah menghormati leluhur atau moyangnya. Penghormatan kepada leluhur ini merupakan fenomena budaya yang universal yang terdapat dalam sebahagian besar masyarakat di dunia, termasuk masyarakat Tionghoa (Cina). dalam masyarakat Batak Toba penghormatan kepada leluhur dilakukan dengan cara membuat tugu-tugu bagi para leluhurnya. Dalam masyarakat Jawa penghormatan kepada nenek moyangnya melakukan doa dan disertai dengan sesajian berbagai makanan seperti apem dan lain-lainnya. Begitu juga dengan pembangunan makam dengan bahan-bahan semen, keramik, batu-batuan, nisan, dan lainnya. Dalam kebudayaan Karo, penghormatan kepada leluhur ini, setelah dikubur dalam periode tertentu, maka tulang belulang leluhur dipindahkan ke kuburan baru. Ritual ini disebut dengan ngampaken tulan-tulan. Hampir sama dengan suku karo, orang Toraja di Sulawesi melakukan penghormatan

kepada leluhurnya dengan cara mengangkat jenazah leluhurnya ke kawasan pegunungan yang tinggi, dengan melibatkan upacara dan pemotongan kerbau. Wujud penghormatan kepada leluhur, selain dengan cara upacara, juga menyertakan nama-nama leluhur ke dalam nama seseorang. Misalnya orang Tionghoa dan Korea memakai nama marga di depan namanya. Misalnya di Korea nama Park Jo Bong, berarti ia keturunan marga Park yang diturunkan secara patrialineal (pihak ayah). Begitu juga nama Tionghoa Lim Swie King, berarti ia adalah keturunan marga Lim yang diturunkan secara patrilineal. Demikian juga orang Arab yang selalu menggunakan nama leluhurnya dengan cara memakai bin atau binti. Misalnya Abdullah bin Hasyim bin Amru. Berarti Abdullah adalah anak laki-laki dari Hasyim, dan cucu dari Amru. Dalam masyarakat Minangkabau yang matrilineal pun, penghormatan leluhur ini salah satu caranya adalah menyertakan nama klen atau marga yang ditarik secara matrilineal. Misalnya Hajizar Koto, berarti ia adalah anak dari seorang ibu yang bermarga Koto. Demikian pentingnya penghormatan kepada leluhur ini, sampaisampai agama pun menganjurkan untuk menghormati kedua orang tua. Dalam agama Islam misalnya diajarkan agar seorang anak menghormati ibunya. Ajaran ini sering menggunakan salah satu hadits Nabi Muhammad

yaitu bahwa surga di bawah telapak kaki ibu. Kemudian seorang wanita pun harus menghargai suaminya, bahwa surga seorang isteri terletak pada keridhaan dan keikhlasan seorang suami. Artinya pihak ayah dan ibu haruslah dihormati. Demikian juga yang terjadi dalam masyarakat Tionghoa. Implementasi budaya khas Tionghoa adalah suatu konsekuensi logis, karena orang Tionghoa memposisikan diri sebagai etnik yang mempunyai budaya, kebiasaan dan tradisi sendiri. Apabila kita melihat suatu ekspresi kegiatan budaya di kalangan masyarakat Tionghoa, kita sulit memisahkan dan membedakan dengan jelas apakah itu ekspresi tradisi, agama, atau kepercayaan. Dalam Bahasa Mandarin, kepercayaan disebut sebagai Xin Yang dan agama disebut sebagai Zong Jiau. Kepercayaan tradisional adalah Tri- Dharma yang merupakan gabungan antara Taoisme, Konfusianisme, dan Budhisme. Namun seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat Tionghoa pun telah menganut berbagai agama lainnya seperti Islam yang banyak dianut di kawasan Provinsi Xinjiang republik Rakyat China (RRC). Begitu juga agama Kristen Protestan terutama Methodist dan Katholik, banyak dianut masyarakat Tionghoa di China, Hongkong, Makao, Taiwan (Formosa), dan juga perantauan China di Eropa dan Amerika.

Kepercayaan tradisional yakni hal yang telah ada jauh sebelum agama eksis dan juga bagian dari budaya (sinkretisme budaya). Kepercayaan ini malah mempengaruhi bentuk dan transformasi ketiga agama tadi dalam batas-batas tertentu. Di zaman dulu, ada atau tidaknya agama leluhur orang Tionghoa, mereka tetap memegang teguh kepercayaan tradisional ini. Dalam kepercayaan tradisional ini dikenal konsep tiga alam sebagai inti dari kepercayaan tradisional Tionghoa. Leluhur orang Tionghoa percaya bahwa, tiga alam ini mempunyai peranannya masing-masing dalam menjaga keseimbangan alam semesta. Ketiga alam tersebut tidak dapat dipisahkan dan berdiri sendiri tanpa kedua alam lainnya. Ketiga alam ini terdiri atas Alam Langit, Alam Bumi, dan Alam Baka. Dalam kepercayaan tradisional, leluhur orang Tionghoa mempercayai bahwa kehidupan setelah meninggal lebih kurang sama dengan kehidupan manusia di dunia ini. Dalam perkembangannya, kepercayaan mengenai Alam Baka ini kemudian terpengaruh oleh konsep reinkarnasi dari Budha. Ini ditandai dengan kepercayaan roh yang hidup di Alam Baka dan akan terlahir kembali ke dunia sebagai manusia tapi mereka lupa dengan kehidupan sebelumnya. Perbedaan yang mendasar adalah kepercayaan tradisional ini menganggap manusia hanya akan terlahir

kembali sebagai manusia dan tidak sebagai makhluk lainnya. Tiga alam ini mempunyai hubungan antar satu sama lain dan dapat berinteraksi. (www.wikipedia.com) Secara umum, kepercayaan tradisional Tionghoa mementingkan ritual penghormatan leluhur yaitu penghormatan kepada nenek moyang merupakan intisari dalam kepercayaan tradisional Tionghoa. Hal ini dikarenakan pengaruh ajaran Konfusianisme yang mengutamakan bakti kepada orang tua termasuk leluhur jauh. Leluhur orang Tionghoa sebelum mengenal agama dan filsafat telah terlebih dahulu mengenal penghormatan pada leluhur. Penghormatan leluhur ini kemudian menjadi titik tolak dan dasar daripada kepercayaan tradisional Tionghoa yang muncul lebih dulu daripada semua agama yang ada di Tiongkok. Evolusi kepercayaan tradisional Tionghoa ini kemudian mempercayai bahwa manusia setelah meninggal akan menuju ke alam baka, namun bagi manusia yang dianggap mempunyai kontribusi dan jasa besar bagi masyarakat dapat pengecualian untuk berdomisili di Alam Langit. Alam langit, alam baka juga dipercaya mempunyai pemerintahan, kehidupan interaksi masyarakat yang mirip dengan alam manusia. Atas dasar kepercayaan inilah, uang emas dan uang perak diciptakan. Uang emas (kim cua) adalah diperuntukkan bagi dewa-dewi di alam langit. Uang perak (gin cua) diperuntukkan bagi roh manusia di alam baka. Uang perak juga

diperuntukkan bagi roh manusia yang gentanyangan di alam manusia (hantu). Bangsa Tionghoa merupakan suatu bangsa yang memiliki kebudayaan yang sangat tinggi. Mereka telah mengenal peradaban sejak beberapa ribu tahun sebelum masehi. Kebudayaan, kepercayaan, dan tradisi tetap mereka pelihara. Hal-hal tersebut bahkan dapat kita lihat pada orangorang Tionghoa yang telah menetap di Indonesia pada saat ini. Jika kita mengunjungi rumah keluarga Tionghoa tradisional, diruang tamunya akan terlihat sebuah meja khusus yang diatasnya terletak berbagai jenis peralatan sembahyang serta foto-foto anggota keluarga yang telah meninggal. Dengan menyaksikan benda-benda tersebut akan langsung terpikir oleh kita betapa orang tua serta leluhur yang telah meninggal sangat dihormati dan dihargai oleh keluarga yang masih hidup. Religi tradisional yang merupakan salah satu unsur kebudayaan Tionghoa tetap dipegang hingga saat ini adalah penghormatan leluhur. Penghormatan leluhur dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa merupakan suatu bentuk religi yang menekankan pada pengaruh roh leluhur terhadap kehidupan nyata. Suatu bentuk religi yang merupakan perkembangan dari animisme di mana manusia percaya bahwa mahlukmahluk halus menempati alam sekeliling tempat tinggal manusia. Mahlukmahluk halus tadi, bertubuh halus sehingga tidak dapat tertangkap oleh

pancaindra manusia, yang mampu berbuat hal-hal yang tidak dapat diperbuat manusia, mendapat suatu tempat yang amat penting di dalam kehidupan manusia sehingga menjadi obyek dari penghormatan dan penyembahannya, dengan berbagai upacara berupa doa, sajian atau korban. Penghormatan leluhur pada masyarakat etnik Tionghoa dilakukan berdasarkan beberapa tujuan yaitu: (a) Kelestarian dengan masa lampau. (b) Penghormatan terhadap kebijaksanaan orang-orang tua. (c) Harapan akan berkat yang diberikan oleh orang-orang yang telah meninggal. (d) Meredakan kesedihan, dengan cara merawat dan memelihara roh leluhur dengan memberikan sesajian dan doa bagi kebahagiaan mereka. (e) Ketakutan akan kutukan roh jahat. Prinsip dasar dari hal-hal tersebut diatas adalah: (1) Roh atau jiwa dari orang yang telah meninggal tetap memperhatikan dan tetap mengasihi orang-orang yang masih hidup. (2) Adanya rasa ketidaktentraman dan ketakutan akan orang yang telah meninggal, oleh karena itu mereka berusaha menentramkan roh-roh tersebut.

Praktik penghormatan leluhur di China kemungkinan besar sudah berlangsung sejak zaman Huang Di ( 皇帝 ) dan terus mengalami perkembangan sampai sekarang. Penghormatan leluhur dilakukan dengan kepercayaan akan kelangsungan keluarga dan penghormatan terhadap orangtua yang sudah meninggal. Penghormatan leluhur ini merupakan salah satu kewajiban keluarga yang tidak dapat dipisahkan dari praktek pemberian sesaji, tata ibadah upacara dan doa yang dilakukan dihadapan papan tempat arwah leluhur atau shen wei ( 神位 ) dirumah rumah, kelenteng dan di perkuburan. Dilihat dari segi tata kehidupan moral dalam masyarakat Tionghoa, penghormatan leluhur merupakan suatu bentuk manifestasi dari bakti atau xiao ( 孝 ), penghormatan bagi orang tua xiao jing fu mu ( 孝经父母 ) sebagai ajaran yang ditanamkan Konfusius. Menurut Konfusius, kewajiban dari seorang anak adalah menghormati orang tua, ketika orangtua masih hidup layani mereka menurut tata cara kesopanan, ketika meninggal kuburkan mereka dengan tata cara kesopanan, dan berikan mereka upacara korban menurut tata cara kesopanan. Dengan demikian konfusius menanamkan laku bakti anak terhadap orang tua secara terus menerus walaupun orang tua telah meninggal. Kepercayaan masyarakat Tionghoa tentang kehidupan setelah meninggal sangat kuat. Mereka percaya bahwa roh-roh ini membutuhkan

hal-hal yang sama sebagaimana manusia di dunia ini. Segala kebutuhan tersebut hanya bisa diperoleh dari sanak keluarga yang masih hidup. Demikian sekilas tentang keberadaan penghormatan leluhur pada masyarakat Tionghoa secara umum. Seperti difahami bahwa orang-orang Tionghoa negeri asalnya adalah Daratan Tiongkok, yang kini menjadi negara bangsa yang disebut Dengan Republik Rakyat China (RRC). Selain itu terdapat juga kawasan budaya Tionghoa seperti Hongkong, Makao, Taiwan, dan lainnya. Pada masa sekarang orang-orang Tionghoa juga melakukan migrasi ke seluruh dunia yang disebut sebagai diaspora China (Tionghoa). Termasuk juga keberadaan mereka di Indonesia, dan khususnya kota Medan seperti yang menjadi fokus kajian penulis dalam skripsi ini. Masyarakat Tionghoa di Kota Medan memiliki strategi dalam mempertahankan kebudayaannya, termasuk dalam upacara penghormatan leluhur mereka. Bagaimanapun sedikit banyaknya upacara ini mengalami perkembangan yang disesuaikan dengan kebudayaan di Kota Medan yang heterogen. Sejauh penelitian penulis, perubahan tentang upacara penghormatan kepada leluhur di dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa di Medan adalah sudah semakin berkurangnya pemahaman dan penghayatan nilai-nilai ini di kalangan generasi muda. Menurut penjelasan para informan, kegiatan upacara penghormatan kepada para leluhur hanya dipahami dan dihayati

nilai-nilainya oleh para generasi relatif tua saja. Tidak demikian yang terjadi dalam generasi mudanya. Dari latar belakang di atas, untuk mengetahui lebih dalam penulis tertarik untuk memfokuskan tentang kebudayaan Tionghoa khususnya religi tradisional ini, yaitu penghormatan kepada leluhur. Dengan demikian penulis membuat judul penelitian ini: Kajian Fungsi dan Makna Tradisi Penghormatan Leluhur Dalam Kepercayaan Masyarakat Tionghoa di Medan. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dikemukakan penulis diatas, beberapa masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah untuk memfokuskan pembahasan masalah pada: 1. Bagaimana fungsi sosiobudaya tradisi penghormatan leluhur pada masyarakat Tionghoa di Kota Medan? Pokok masalah ini nantinya akan dijawab oleh penjelasan-penjelasan seputar fungsi sosial dan budaya penghormatan leluhur dalam budaya masyarakat Tionghoa di Kota Medantropologi. Untuk mengkaji fungsi sosiobudaya ini penulis menggunakan teori fungsionalisme yang lazim digunakan dalam disiplin antropologi dan sosiologi.

2. Apa saja makna (budaya) tradisi penghormatan leluhur pada masyarakat Tionghoa di Kota Medan? Pokok masalah ini nantinya akan dijawab dengan menguraikan makna-makna budaya yang terkandung di dalam upacara penghormatan kepada leluhur. Maknamakna yang akan penulis uraikan adalah mencakup makna perilaku budaya, makna benda dan peralatan upacara, makna waktu upcara, dan hal-hal sejenis. Untuk memperkuat dua pokok masalah penelitian di atas, maka penulis juga akan mendeksripsikan bagaimana tata cara pelaksanaan tradisi penghormatan kepada leluhur? Deskripsi ini akan berisi persiapan, pelaksanaan upacara, dan pasca pelaksanaan upacara. Ini penting untuk memberikan dimensi umum bagaimana pelaksanaan upacara penghormatan leluhur dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa di Kota Medan. Ini diperlukan untuk dapat memahami lebih jauh apa yang melatarbelakangi upacara yang dilakukan seperti itu. 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui fungsi sosiobudaya tradisi penghormatan kepada leluhur pada masyarakat Tionghoa. 2. Untuk mengetahui makna tradisi penghormatan kepada leluhur pada masyarakat Tionghoa. Untuk menambah tujuan utama di atas, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tata cara pelaksanaan tradisi penghormatan kepada leluhur. Juga untuk mengetahui nilai religius dan budaya yang terdapat pada tradisi penghormatan kepercayaan masyarakat Tionghoa. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ataupun memberikan informasi bagi masyarakat secara umum tentang upacara religi tradisional ini. Secara keilmuan, penelitian ini akan menyumbangkan datadata etnografis yang dapat digunakan dalam rangka mengembangkan metode teori terhadap ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kebudayaan masyarakat Tionghoa, termasuk di Program Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya,. Penelitian ini juga akan mengungkap makna-makna sosiobudaya yang dapat dijadikan dasar dalam kebijakan pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan masyarakat Tionghoa. Bagaimana pun dalam kegiatan yang penuh makna budaya ini juga mengandung filsafat hidup masyarakat Tionghoa. Penelitian ini juga akan

berguna dalam mengungkapkan sistem alam (kosmologi) dalam kepercayaan tradisional masyarakat Tionghoa.