Bayi tabung menurut pandangan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan

dokumen-dokumen yang mirip
CONTOH IJTIHAD DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Febriani Rinta (I ) Surrogate mother (Ibu titipan)

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

HAK WARIS ANAK HASIL PROSES BAYI TABUNG DITINJAU DARI KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Al-Quran dan Terjemahannya, Saudi Arabia : 1990

BAB III KEDUDUKAN ANAK YANG DILAHIRKAN MELALUI PROSES KLONING. A. Kedudukan Anak Yang Dilahirkan Melalui Proses Kloning

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS MENGENAI HUKUM PENITIPAN JANIN MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

1. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang masalah etik yang terjadi serta pemecahan masalah tersebut

Surrogate Mother. Kelompok Kontra. Dibuat untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Metodologi. Oleh : Nilna Asyrofatul U.

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

I. PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu hikmah

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Hukum Islam terhadap Status Anak yang Dilahirkan melalui

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS NASAB ANAK HASIL KLONING. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Proses Kloning pada Manusia

Bayi Tabung, Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di

BAB I PENDAHULUAN. dia hasil bayi tabung. Apa si sebenarnya definisi atau pengertian bayi tabung

BAB I PENDAHULUAN. tangga, karena tujuan sebuah perkawinan selain untuk membangun mahligai rumah

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

IV. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

Aborsi pada Kehamilan akibat perkosaan: Ketentuan perundangundangan dan Fikih Islam

BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB III FERTILISASI IN VITRO. yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi

PENERAPAN MAQASHID AL-SYARI AH DALAM KASUS SEWA RAHIM 1. Sarah Sabilah 2

BAB I PENDAHULUAN. sebagai ibu rumah tangga, dan anak atau anak-anak sebagai anggota keluarga.

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN ATURAN HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA TERHADAP PERJANJIAN SEWA RAHIM DAN KEDUDUKAN ANAK YANG LAHIR DARI SEWA RAHIM.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan kesimpulan yang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSPLANTASI RAHIM DAN STATUS ANAK YANG DILAHIRKAN

MENURUT HUKUM DI INDONESIA

Bayi Tabung (Fertilisasi In Vitro) Dengan Menggunakan Sperma Donor dan Rahim Sewaan (Surrogate Mother) dalam Perspektif Hukum Perdata

Pandangan Aksiologi Terhadap Surrogate Mother

Dia menjadikan mandul siapa yang Dia dikehendaki. (QS. 42:50)

BAB IV ANALISIS STATUS HAK KEPERDATAAN ANAK HASIL FERTILISASI IN VITRO PASCA KEMATIAN SUAMI SETELAH PUTUSAN MK NO.

Lex Privatum Vol. V/No. 4/Jun/2017. ASPEK HUKUM TERHADAP BAYI TABUNG DAN SEWA RAHIM DARI PERSPEKTIF HUKUM PERDATA 1 Oleh: David Lahia 2

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG KLONING SEL SOMATIK SUAMI MANDUL

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA

BAB IV ANALISIS GUGATAN SUAMI DALAM HAL MENGINGKARI KEABSAHAN ANAK YANG DILAHIRKAN ISTRINYA

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Persenyawaan Buatan Dan Bayi Tabung Uji

BAB IV. Berdasarkan Hasil Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama dalam menetapkan. hukum aborsi terkait dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 61

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya bertolong-tolongan, bertukar-menukar keperluan dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih dari itu perkawinan merupakan salah satu tanda kekuasaan-nya. Allah

KLONING FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000. Tentang KLONING

Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015. KEBERADAAN SEWA RAHIM DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA 1 Oleh : Khairatunnisa 2

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

Apakah Kawin Kontrak Itu?

BAB III PENYEWAAN RAHIM, ALI AKBAR, & PEMIKIRAN ALI AKBAR TENTANG PENYEWAAN RAHIM

APAKAH ITU MAHRAM. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

KESEHATAN REPRODUKSI KELUARGA BERKUALITAS MENURUT AGAMA ISLAM

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

Fertilisasi In Vitro. Hanya 7 Hari. Memahami

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAYI TABUNG DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA DAN HAK UNTUK MEWARIS

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

BAB III ABORSI PERSPEKTIF FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SURROGATE MOTHER. A. Teknologi Reproduksi Buatan pada Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam diwahyukan dengan memuat aturan (syari'ah) yang. membatasi seminimal mungkin timbulnya mafsadah, meningkatkan seoptimal

KEDUDUKAN HUKUM ANAK YANG DILAHIRKAN MELALUI IBU PENGGANTI (SUBROGATE MOTHER) DITINJAU DARI HUKUM KEKELUARGAAN ISLAM

BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

III. METODE PENELITIAN. serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian hukum merupakan

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

RELEVANSI Skm gatra

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

ANAK LAKI ATAU PEREMPUAN

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

NIKAH SIRI DARI SUDUT PANDANG HUKUM ISLAM*

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

PERNYATAAN KEASLIAN. Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, saya:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah kasus mengenai penetapan asal usul anak:

MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN

di media massa, baik cetak maupun elektronik karena tayangan tak mendidik itu banyak peminatnya dan tinggi ratingnya.

NOMOR : U-287 TAHUN Bismillahirohmanirohimi. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, setelah : MENIMBANG :

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG IMPLIKASI TEKNOLOGI USG TERHADAP IDDAH

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. mengabulkan sebagian permohonan uji materi terhadap Pasal 2 ayat (2) dan

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB V PENUTUP. mengambil kesimpulan bahwa:

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR KAWIN

Surrogate Mother (Ibu Titipan)

BAB IV MORAL AWAL HIDUP MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk beranak, berkembang biak dan melestarikan hidupnya setelah

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

masyarakat Desa Karanganyar terhadap kedudukan anak hasil selingkuh yang lahir dalam perkawinan sah dapat dikategorikan sebagai berikut:

Transkripsi:

Bayi tabung menurut pandangan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan

PENGERTIAN BAYI TABUNG PENGERTIAN BAYI TABUNG In vitro vertilization (IVF) atau yang lebih dikenal dengan sebutan bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur dan sperma di luar tubuh wanita. In vitro adalah bahasa latin yang berarti dalam gelas/tabung gelas dan vertilization berasal dari bahasa Inggris yang artinya pembuahan. Maka dari itu disebut bayi tabung. Proses pembuahan dengan metode bayi tabung dilakukan antara sel sperma suami dengan sel telur isteri, dengan bantuan tim medis untuk mengupayakan sampainya sel sperma suami ke sel telur isteri. Sel sperma tersebut kemudian akan membuahi sel telur bukan pada tempatnya yang alami. Setelah itu, sel telur yang telah dibuahi ini kemudian diletakkan pada rahim isteri dengan cara tertentu sehingga kehamilan akan terjadi secara alamiah di dalamnya.

Bayi tabung menurut pandangan Islam Adapun pandangan islam tentang hukum bayi tabung diantaranya : 1. Islam membenarkan bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan antara sel sperma dan ovum suami istri yang sah dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami), baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami suami istri tidak berhasil memperoleh anak. 2. Sebaliknya, islam mengharamkan kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma dan atau ovum, maka hukumnya sama dengan zina (prostitusi). Sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Oleh karena itu pemerintah harus melarang adanya bank sperma atau donor spema karena itu melanggar hukum islam. Menurut sumber yang saya dapatkan, dalil-dalil syar i yang dapat menjadi landasan hukum untuk mengharamkan inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut : Al-Qur an Surat Al-Isra ayat 70 : Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. Surat Al-Tin ayat 4 : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya. 3. Jika inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri yang sah tetapi embrionya ditransfer ke rahim wanita lain (ibu titipan), diperbolehkan islam dengan catatan keadaan / kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukannya (ada hajat, jadi bukan untuk kelinci percobaanatau main-main). Status anak hasil inseminasi seperti ini sah menurut Islam.

Bayi tabung menurut MUI Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh). Sebab, ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidahkaidah agama. Namun, para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang dititipkan di rahim perempuan lain. "Itu hukumnya haram," papar MUI dalam fatwanya. Apa pasal? Para ulama menegaskan, di kemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan. Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram. "Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan," tulis fatwa itu. Lalu bagaimana dengan proses bayi tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya secara tegas menyatakan hal tersebut hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antarlawan jenis di luar penikahan yang sah alias zina. Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah ini dalam forum Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981. Ada tiga keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah bayi tabung: Pertama, apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim wani ta tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal baginya." Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. "Mani muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara'," papar ulama NU dalam fatwa itu

Menurut ilmu pengetahuan Aspek Medis Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang menyinggung masalah ini. Dalam Undang-Undang No. 23 /1992 tenang Kesehatan, pada pasal 16 disebutkan, hasil pembuahan sperma dan sel telur di luar cara alami dari suami atau istri yang bersangkutan harus ditanamkan dalam rahim istri dari mana sel telur itu berasal. Hal ini menjawab pertanyaan tentang kemungkinan dilakukannya pendonoran embrio. Jika mengacu pada UU No.23/1992 tentang Kesehatan, upaya pendonoran jelas tidak mungkin. Aspek Legal Jika salah satu benihnya berasal dari donor Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps. 250 KUHPer. Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer Aspek Etik(Moral) Pada kasus yang sedang dibahas ini tampak sekali ketidaksesuaiannya dengan budaya dan tradisi ketimuran kita. Sebagian agamawan menolak Fertilisasi invitro pada manusia, sebab mereka berasumsii bahwa kegiatan tersebut termasuk Intervensi terhadap karya Illahi. Dalam artian, mereka yang melakukakan hal tersebut berarti ikut campur dalam hal penciptaan yang tentunya itu menjadi hak prioregatif Tuhan. Padahal semestinya hal tersebut bersifat natural, bayi itu terlahir melalui proses alamiah yaitu melalui hubungan sexsual antara suami-istri yang sah menurut agama. Aspek Human Rigths Dalam DUHAM dikatakan semua orang dilahirkan bebas dengan martabat yang setara. Pengakuan hak-hak manusia telah diatur di dunia international, salah satunya tentang hak reproduksi. Dalam kasus ini, meskipun keputusan inseminasi buatan dengan donor sperma dari laki-laki yang bukan suami wanita tersebut adalah hak dari pasangan suami istri tersebut, namun harus dipertimbangkan secara hukum, baik hukum perdata,hukum pidana,hukum agama, hukum kesehatan serta etika(moral) ketimuran yang berlaku di Indonesia.

C. DILEMA INSEMINASI BUATAN Permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang lain atau orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundangundangan yang secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang dilarang D. KESIMPULAN Tampaknya hal ini akan tetap menjadi suatu dilema. Di satu pihak, teknik inseminasi buatan/bayi tabung atau cryopreservasi embrio manusia merupakan suatu titik terang dalam ilmu kedokteran yang dapat membantu penyelesaian masalah infertilitas Secara khusus, permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang lain atau orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasiin-vitro transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang dilarang