BAB I PENDAHULUAN. Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan

BAB I PENDAHULUAN. karena sebelumnya pemilihan Calon /wakil Gubernur Sumatera sudah terlaksana

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Artinya. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mungkin belum sepenuhnya dimengerti dan dihayati sehingga perbincangan

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. penentuan strategi komunikasi, jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

WERPEN WENDA NIM : Dosen Pembimbing : 1. Dr. Drs. M. Mamentu, MA 2. Drs. Burhan Niode, MA ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

BAB I PENDAHULUAN. untuk masyarakat seperti kebebasan berpendapat atau freedom of

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB I PENDAHULUAN. Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

DAFTAR ISI. Halaman Pengesahan.. Ii. Daftar Isi... Iii. Daftar Tabel. V. Daftar Gambar. Ringkasan... Viii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang..

Kuasa Hukum Dwi Istiawan, S.H., dan Muhammad Umar, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 29 Juli 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. oleh warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum. politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

IDENTITAS RESPONDEN (KERAHASIAAN TERJAMIN) Nomor Angket :... (Diisi peneliti)

BAB I PENDAHULUAN. sekarang pemilihan Kepala Daerah menggunakan Undang-Undang No. 22 Tahun. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat indonesia di Kabupaten/Kota se-indonesia berdasarkan pada

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Perkara Nomor 5/PUU-V/2007

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 33 TAHUN : 2005 SERI : A NOMOR : 8 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 33 TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

PEMERINTAH DAERAH JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu sarana yang berfungsi sebagai

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN USULAN PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARBARU PEMILU TAHUN 2019

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang

- 2 - pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua, dan Papua Barat;

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam hal ini undang-undang pemerintahan daerah yang tujuannya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa :

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Gubernur, Bupati, dan Walikota yang sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sekarang dipilih secara langsung oleh rakyat, melalui proses pemilihan umum Kepala Daerah yang kemudian dikenal dengan istilah Pemilukada. Mekanisme pemilihan umum Kepala Daerah secara langsung seperti yang dimuat dalam UU No 32 tahun 2004 diharapkan menjadi jembatan antara rakyat dengan pemerintahannya, rakyat dapat leluasa ikut berpartisipasi politik dalam hal pemilihan umum Kepala Daerah. Berkaitan dengan ini, tingkat partisipasi politik masyarakat saat ini nyatanya masih belum sesuai dengan harapan. Di tengah kesempatan dalam mendapatkan hak pilih dalam Pemilukada, sebagian kalangan masyarakat menanggapinya dengan skeptis, pesimistis, bahkan kemudian bersikap apatis untuk tidak memilih dalam Pemilukada. Dengan demikian para pemilih yang memutuskan untuk tidak memilih dalam Pemilukada yang lebih dikenal dengan kalangan golongan putih (golput), secara langsung maupun tidak langsung telah menunjukan bahwa di Indonesia, tingkat partisipasi politik yang ada masih belum berjalan maksimal. Ali Irawan, 2012, Kajian Tentang Partisipasi Politik Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam PemilihanUmum Kepala Daerah Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia upi.edu digilib.upi.edu repository.upi.edu

2 Seperti halnya yang terjadi pada Pemilukada Kabupaten Tasikmalaya yang dilangsungkan pada tanggal 9 Januari 2011, banyak masyarakat Kabupaten Tasikmalaya yang tidak menggunakan hak pilih mereka untuk memilih pimpinan daerahnya, dalam (http://www.pikiran-rakyat.com/node/132457 : 2011) disebutkan sebagai berikut: Dari jumlah hak pilih Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 1.278.364 orang, pada pelaksanaan pemilihan umum Kepala Daerah, diketahui 434.331 yang tidak menggunakan haknya atau golput. Sedangkan jumlah yang menggunakan hak pilih yaitu 844.033 orang, di antaranya 28.209 tidak sah, suara sah sebanyak 815.824 suara, sedangkan pemenang dalam pemilihan itu pasangan Uu Ruzhanul Ulum-Ade Sugianto meraih 263.099 suara. Jumlah suara golput jauh lebih besar dibandingkan dengan suara pemenang. Banyaknya masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Tasikmalaya memang sangat disayangkan oleh berbagai pihak, salah satunya adalah pemerhati politik yang juga dosen perguruan tinggi di Tasikmalaya yaitu Dadi Abdulhadi dalam (http://www.pikiran-rakyat.com/node/132457 : 2011) menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan warga Tasikmalaya tidak menggunakan hak pilihnya. Hasil kajian Dadi, diantaranya sosialisasi oleh penyelenggara pemilihan di tingkat kecamatan dan desa minim. Namun, masalah lain yaitu masyarakat juga sudah jenuh, karena seringnya pemilihan umum, mereka sudah apatis, karena tidak ada perubahan kearah perbaikan. Partisipasi politik merupakan suatu keharusan bagi warga negara sebagai pemilik kedaulatan. Oleh karena itu apabila tidak adanya partisipasi masyarakat dalam kegiatan politik maka kehidupan demokrasi akan terhambat dalam perkembangannya. Darmawan (2008:1) mengemukakan bahwa tidak ada orang yang tidak terlibat dengan politik dan berpolitik adalah penentuan sikap politik

3 terhadap situasi yang sedang berkembang. Oleh karena itu Aristoteles Darmawan (2008:2) menyebutkan bahwa manusia sebagai mahluk politik (zoon politicon or man is by nature a political animal). Partisipasi politik merupakan bagian penting dari proses demokrasi dan merupakan ciri khas adanya modernisasi politik, Budiardjo (2009:367) mengemukakan bahwa yang dinamakan partisipasi politik adalah: Kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, dan sebagainya. Dalam pengertian ini partisipasi politik bukanlah semata-mata kegiatan individu saja, tetapi juga dapat dilakukan secara berkelompok atau organisasi sesuai dengan kondisinya. Tetapi ada suatu titik fokus tertentu bahwa partisipasi politik itu bertujuan untuk memilih pimpinan negara dan untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam rangka pembentukan kebijakan umum dalam setuktur pemerintahan. Sebagai masyarakat yang baik tentunya masyarakat Indonesia ikut serta dalam kehidupan berpolitik, terutama keikutsertaan mereka dalam memilih Kepala Daerah secara langsung. Pemilukada secara langsung membuat semua masyarakat memiliki hak yang sama dalam menentukan Kepala Pemerintahan mereka, meskipun ada sebagian masyarakat yang berpikiran bahwa sistem Pemilukada yang rumit membuat masyarakat menjadi bingung, selain itu mereka juga menganggap bahwa Pemilukada memakan waktu yang lama dan biaya yang

4 cukup besar, apalagi masyarakat yang kurang mendapatkan informasi baik dari sosialisasi pemerintahan maupun media masa. Begitu juga halnya dengan masyarakat Indonesia yang jauh dari pusat pemerintahan, salah satunya adalah masyarakat adat. Masyarakat adat yang hidup dalam sebuah lingkungan adat yang sangat dipatuhinya hidup dalam kelompok yang memisahkan diri secara formal dari tatanan budaya pada umumnya diusahakan untuk ikut dalam kehidupan berpolitik yang berbeda dengan kehidupan mereka sebelumnya. Darwis (2008:102) menyimpulkan pendapat Ter Haar tentang pengertian masyarakat adat, yaitu: Masyarakat adat adalah kesatuan manusia yang teratur, menetap di suatu daerah tertentu, mempunyai penguasa-penguasa, dan mempunyai kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud dimana para anggota kesatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorang pun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah tumbuh atau meninggalkannya dalam arti melepaskan diri dari ikatan untuk selama-lamanya. Dalam Undang-Undang (UU) No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air penjelasan pasal 6 ayat (3) dikemukakan bahwa masyarakat adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum adat yang didasarkan atas kesamaan tempat tinggal atau atas dasar keturunan. Masyarakat adat yang sangat kental dalam mempertahankan tradisi-tradisi nya sekarang dituntut untuk bisa aktif dalam kegiatan politik berupa pemilihan umum Kepala Daerah. Kekhasan budaya masyarakat adat yang dikenal dominan

5 dengan kearifan budaya lokalnya sangat menarik untuk di kaji ketika dikaitkan dengan kondisi politik yang terjadi sekarang ini. Seperti halnya yang terjadi di salah satu daerah di Kabupaten Tasikmalaya yang masih kental dengan kebudayaan aslinya. Daerah yang dimaksud adalah Kampung Naga. Masyarakat adat Kampung Naga memiliki jumlah warga sekitar 306 orang dengan jumlah laki-laki 153 orang dan jumlah perempuan 153 orang, dengan 105 kepala keluarga, seperti bisa kita lihat dari tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Jumlah penduduk masyarakat adat Kampung Naga JENIS KELAMIN JUMLAH Laki-laki 153 Perempuan 153 Jumlah 306 Sumber: Arsip Desa Neglasari Kec.Salawu Kab. Tasikmalaya. Dari jumlah masyarakat sebanyak 306 untuk pendidikannya masyarakat adat Kampung Naga mayoritas lulusan SD/MI, dari data tersebut memang untuk pendidikan masyarakat disana bisa dikatakan masih rendah, meskipun ada sebagian masyarakat yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi, dengan pendidikan yang bisa dibilang masih rendah maka masyarakat adat Kampung Naga dalam segi mata pencaharian tidat banyak yang bekerja di kepegawaian, hampir kebanyakan masyarakat disana mata pencahariannya adalah buruh tani ataupun pengrajin, tetapi peneliti sangat kagum terhadap kehidupan masyarakat Kampung Naga meskipun hidup sederhana tetapi

6 mereka hidup dengan aman, nyaman, dan tentram, ini yang menjadikan masyarakat adat Kampung Naga menjadi masyarakat adat yang sangat dibanggakan oleh pemerintah Kabupaten Tasikmalaya. Kampung Naga menjadi salah satu daerah yang memiliki magnet yang cukup kuat bagi kajian partisipasi politik peneliti, hal tersebut dikarenakan masyarakat disana masih menjaga tradisi-tradisi dan kebudayaannya, meskipun arus modernisasi semakin menyeret daerah-daerah yang ada di Kabupaten Tasikmalaya, ditambah struktur pemerintah dan adat istiadat yang selalu beriringan dengan baik membuat Kampung Naga menjadi lebih istimewa dan unik. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji partisipasi politik masyarakat adat Kampung Naga dengan judul Kajian Tentang Partisipasi Politik Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Tasikmalaya. B. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi perhatian penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk partisipasi politik masyarakat adat Kampung Naga dalam Pemilukada Kabupaten Tasikmalaya? 2. Kendala apa saja yang dihadapi masyarakat adat Kampung Naga dalam Pemilukada Kabupaten Tasikmalaya? 3. Bagaimana cara masyarakat adat dalam menghadapi kendala-kendala yang muncul dalam Pemilukada Kabupaten Tasikmalaya?

7 4. Bagaiamana harapan masyarakat adat Kampung Naga dalam Pemilukada Kabupaten Tasikmalaya? C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti akan membatasi masalah sebagai berikut: 1. Masyarakat adat Kampung Naga dalam hal ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah Kampung Naga itu sendiri. 2. Partisipasi politik dalam hal ini adalah keikut sertaan masyarakat adat Kampung Naga dalam Pemilukada Kabupaten Tasikmalaya. 3. Pemilihan umum Kepala Daerah dalam hal ini adalah Pemilukada pada tanggal 9 Januari 2011. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran secara aktual dan faktual mengenai partisipasi politik masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan umum Kepala Daerah Kabupaten Tasikmalaya pada tanggal 9 Januari 2011. 2. Tujuan Khusus Adapun secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk partisipasi politik masyarakat Adat Kampung naga dalam Pemilukada Kabupaten Tasikmalaya. 2. Untuk mengungkapkan kendala apa saja yang dihadapi masyarakat adat Kampung Naga dalam Pemilukada Kabupaten Tasikmalaya.

8 3. Untuk mengetahui cara masyarakat adat Kampung Naga dalam menghadapi kendala-kendala yang muncul dalam Pemilukada Kabupaten Tasikmalaya. 4. Untuk menggambarkan harapan masyarakat adat Kampung Naga dalam Pemilukada Kabupaten Tasikmalaya. E. Manfaat Penelitian a. Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan pada umumnya dan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang berhubungan dengan partisipasi politik masyarakat adat dalam Pemilukada. b. Praktis 1. Bagi masyarakat adat Kampung Naga Penelitian ini akan sangat berguna dalam memberikan informasi bagi masyarakat adat Kampung Naga tentang Pemilukada Kabupaten Tasikmalaya. 2. Bagi KPUD Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga sebagai masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan terutama Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) dalam sosialisasi tentang Pemilukada. 3. Bagi Jurusan PKn Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk menambah hasanah keilmuan khususnya rumpun ilmu politik yang dapat digunakan oleh dosen jurusan PKn sebagai bahan ajar.

9 F. Definisi Operasional Untuk menghindari kekeliruan dalam mengartikan istilah-istilah, maka peneliti membatasi pengertian dari setiap istilah tersebut sebagai berikut: 1. Partisipasi Politik politik adalah: Budiardjo (2009:367) mengemukakan bahwa yang dinamakan partisipasi Kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, dan sebagainya. Dalam pengertian ini partisipasi politik bukanlah semata-mata kegiatan individu saja, tetapi juga dapat dilakukan secara berkelompok atau organisasi sesuai dengan kondisinya. Tetapi ada suatu titik fokus tertentu bahwa partisipasi politik itu bertujuan untuk memilih pimpinan negara dan untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam rangka pembentukan kebijakan umum dalam setuktur pemerintahan. 2. Masyarakat Adat Darwis (2008:102) menyimpulkan pendapat Ter Haar tentang pengertian masyarakat adat, yaitu: Masyarakat adat adalah kesatuan manusia yang teratur, menetap di suatu daerah tertentu, mempunyai penguasa-penguasa, dan mempunyai kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud dimana para anggota kesatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorang pun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah tumbuh atau meninggalkannya dalam arti melepaskan diri dari ikatan untuk selama-lamanya.

10 Dalam Undang-Undang (UU) No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air penjelasan pasal 6 ayat (3) dikemukakan bahwa masyarakat adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum adat yang didasarkan atas kesamaan tempat tinggal atau atas dasar keturunan. 3. Pemilukada Prihatmoko (2005:71) mendefinisikan Pilkada sebagai pemilihan umum Kepala Daerah yang melibatkan, mendorong dan membuka akses partisipasi seluruh warga yang memenuhi syarat sebagai pemilih dan terbuka kemungkinan sebagai calon, serta pengawal proses pelaksanaan. Pemilukada adalah keleluasaan yang diberikan oleh negara kepada rakyat, khususnya rakyat di daerah untuk memilih Kepala Daerah secara langsung sebagai wujud pelaksanaan kedaulatan rakyat dan sebagai pengembalian hak-hak dasar masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekrutmen politik lokal secara demokratis berdasarkan peraturan yang ada sehingga proses demokrasi di daerah dapat terlaksana. G. Sistematika Penulisan Bab I : Merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, sistematika penulisan. Bab II : Merupakan pengembangan dari landasan teoritis yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji.

11 Bab III : Merupakan bab yang mengkaji tentang metodelogi penelitian yang yang digunakan oleh peneliti. Bab IV : Merupakan bab yang mengkaji tentang hasil penelitian dan menganalisis data yang telah ditemukan. Bab V : Merupakan bab terakhir yang merupakan kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian.