Hubungan antara Ketuban Pecah Dini dengan Asfiksia Neonatorum

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

Latviya Rahmani Husein Putri 1, Supriyatiningsih 2. Yogyakarta ABSTRACT

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana starata-1 kedokteran umum

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah observasional analitik komparatif kategorik

INSIDENSI INFEKSI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN LAMA KETUBAN PECAH DINI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

ABSTRAK. Nabila Mazaya Putri, 2017 : Rimonta F. Gunanegara, dr., SpOG., M.Pd.Ked.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian Metode

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

Perdarahan Post Partum Akibat Anemia pada Ibu Hamil di RSUD Tugurejo Semarang

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

ABSTRAK GAMBARAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2014

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN RISIKO ASFIKSIA NEONATORUM ANTARA BAYI KURANG BULAN DENGAN BAYI CUKUP BULAN PADA BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

STUDI DESKRIPTIF PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG. Enderia Sari 1), Mardalena 2)

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE NASKAH PUBLIKASI

Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Tingkat Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Plered, Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2014

PERNYATAAN. diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

ABSTRAK. HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

HUBUNGAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 25 per-1000 kelahiran hidup dengan Bayi Berat Lahir. Rendah (BBLR) penyebab utamanya. 2 Kematian bayi baru lahir di

ABSTRAK. Yuliana Elisabeth Eluama, 2015 Pembimbing I : dr. Dani, M.Kes Pembimbing II: dr. Jeanny E. Ladi, M.Kes., PA

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

HUBUNGAN PREEKLAMSIA DAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA. Endang Wahyuningsih, Saifudin Zukhri 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

Bina Marsasi

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

ABSTRAK. Audylia Hartono Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara, dr., Sp.OG. Pembimbing II : July Ivone, dr., MKK., MPd.Ked.

BAB III METODE PENELITIAN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI NEONATORUM DI RSUD UNGARAN TAHUN 2014 ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dengan mengukur variabel

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH. Karakteristik Ibu Hamil yang Melahirkan Bayi Prematur Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Pada Tahun 2012.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

Analisis Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Bahteramas

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur)

INDUKSI PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR LABOR INDUCTION WITH THE INCIDENT OF ASPHYXIA NEWBORN

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD WATES KULON PROGO

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

KARAKTERISTIK DAN LUARAN PREEKLAMPSI DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

Relationship between Gestational Age and Incident of Macrosomia

PERBEDAAN SKOR APGAR PADA KETUBAN PECAH DINI USIA KURANG DARI 34 MINGGU YANG DIBERI DAN TIDAK DIBERI DEKSAMETASON JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI IBU HAMIL DAN BBLR DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH, PREMATUR DAN KEJADIAN IKTERUS DENGAN INFEKSI NEONATORUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TESIS

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

PERBANDINGAN LUARAN BAYI (BERAT BADAN DAN APGAR SCORE) PADA PREEKLAMSIA BERAT DAN PREEKLAMSIA BERAT DENGAN KOMPLIKASI HELLP SYNDROME SKRIPSI

HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT KATOLIK ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA TAHUN 2013

Tingkat Pengetahuan Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2012

HUBUNGAN BAKTERIURIA DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI VINA EKA WULANDARI G2A PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERSALINAN SUNGSANG DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan antara Ketuban Pecah Dini dengan Asfiksia Neonatorum 1 Fujiyarti, 2 Hidayat Wijayanegara, 3 Wida Purbaningsih 1 Fakultas Kedokteran Unisba, 2 Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Unisba, 3 Bagian Ilmu Histologi Kulit Fakultas Kedokteran Unisba Jl. Hariangbangga No.20 Bandung 40116 email : fujiyarti.yarti@gmail.com Abstract. The Incidence of premature rupture of membranes (PROM) in developing countries, especially in Indonesia ranges from 4.5% to 7.6% of all pregnancies and can lead to birth asphyxia as complications. Infant deaths due to asphyxia in Indonesia reached 41.94% when not given optimal treatment. This study was conducted to determine the relationship between premature rupture of membranes with asphyxia neonatorum at the General Hospital of Ujung Berung Bandung. This was an Analytic Observational research with Cross Sectional methods. Medical records was used as the sources of data. The subjects were parturients who had been diagnosed as premature rupture of membrane in Ujung Berung General Hospital Bandung in 2013-2014. 180 parturients as samples were examined and the data were analyzed by Chi Square test using SPSS and presented by tabular form. The result showed that parturients with premature rupture of membranes who suffered asphyxia is 64.4%, and parturients with premature rupture of membranes who did not suffered asphyxia is 35.6%. These results showed a significant association which obtained p-value <0.001. Based on the results, it can be concluded that there is a relationship between premature rupture of membranes with asphyxia neonatorum. Keywords: Asphyxia, Parturients, Premature Rupture of Membranes. Abstrak. Insidensi Ketuban Pecah Dini (KPD) di Negara berkembang khususnya di Indonesia berkisar 4,5% sampai 7,6% dari seluruh kehamilan dan dapat menyebabkan komplikasi kehamilan salah satunya adalah kelahiran Bayi Asfiksia. Kematian bayi karena Asfiksia di Indonesia mencapai 41,94% bila tidak diberikan penanganan yang optimal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan antara ketuban pecah dini dengan Asfikisa Neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Ujung Berung Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Observasional Analitik potong silang atau Cross- Sectional dengan data rekam medis yang dijadikan sumber data penelitian. Subjek penelitian ini adalah parturien yang telah di diagnosis ketuban pecah dini di RSUD Ujung Berung Bandung Tahun 2013 2014. Sampel yang diteliti yaitu sebanyak 180 parturien yang kemudian dianalisis dengan cara uji Chi Square menggunakan SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian didapatkan bahwa parturien dengan ketuban pecah dini yang mengalami bayi asfiksia sebanyak (64,4%), dan parturien dengan ketuban pecah dini yang tidak mengalami bayi asfiksia sebanyak (35,6%). Hasil ini menunjukan hubungan yang bermakna dimana didapatkan Kata Kunci: Asfiksia, ibu melahirkan, ketuban pecah dini A. Pendahuluan Ketuban Pecah Dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban pada saat pembukaan kurang dari 3-4 cm. Ketuban pecah disebut sebagai Ketuban Pecah Dini preterm jika membran ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu. 8 KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. 9 Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dengan cavum uteri, sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan cavum uteri, sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Semakin lama periode laten, maka semakin besar kemungkinan infeksi dalam cavum uteri yang meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi dalam rahim. Ketuban pecah dini dapat memberikan dampak terhadap kematian ibu terutama bila terjadi komplikasi yang juga memberikan dampak pada bayi. Keadaan Infeksi, 422

Hubungan antara Ketuban Pecah Dini dengan Asfiksia Neonatorum 423 asfiksia dan Intra Uterine Fetal Death (IUFD) merupakan ancaman apabila ketuban pecah dini tidak segera ditangani. 3 Komplikasi pada kelahiran dengan keadaan Ketuban Pecah Dini adalah Asfiksia yaitu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan secara teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan. 4 Rentang waktu ketuban pecah dini atau biasa disebut dengan istilah lag period merupakan waktu antara pecahnya ketuban sampai bayi lahir. Hal tersebut sering dikaitkan dengan kelahiran bayi dengan nilai APGAR yang rendah, sehingga bayi dapat dikatakan asfiksia. 10 Keadaan ini merupakan salah satu penyebab penyulit persalinan, sehingga seringkali bayi kurang mendapatkan oksigen yang memberikan dampak buruk pada bayi. 4 Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara ketuban pecah dini dengan asfiksia neonatorum di RSUD Ujung Berung Bandung periode 1 Januari 31 Desember 2014 dan juga menganalisis hubungan antara rentang waktu terjadinya ketuban pecah dini sampai persalinan dengan Asfiksia neonatorum di RSUD tersebut. B. Metode Penelitian ini merupakan penelitian Observasional Analitik potong silang atau cross-sectional terhadap hubungan antara karakteristik ibu dengan ketuban pecah dini yang di sertai Asfiksia. Data yang diambil adalah data sekunder dari catatan rekam medis kasus Ketuban Pecah Dini di sertai Asfiksia Periode 1 Januari 2014 31 Desember 2014 di RSUD Ujungberung Bandung. Analisis Data dimulai dengan pengambilan data berupa rekam medis. Data yang telah terkumpul akan di kelompokan menjadi katagorik berpasangan, kemudian di analisis dengan menggunakan metode chi-square. Kemudian data akan disajikan dalam bentuk table. C. Hasil Berdasarkan data yang didapatkan selama periode 1 Januari 31 Desember 2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Ujungberung Bandung terdapat 3873 persalinan yang didalamnya terdapat 348 parturien yang mengalami ketuban pecah dini. Jumlah tersebut kemudian diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dengan pengelompokan secara consecutive sampling sehingga didapatkan 180 parturien untuk sampel penelitian. Data ini kemudian dianalisis dengan menggunakan metode penelitian secara Cross-Sectional. Hasil penelitian yang telah dilakukan akan dijelaskan secara terperinci pada tabel dibawah ini. Tabel 1 Distribusi Parturien yang mengalami Ketuban Pecah Dini di RSUD Ujungberung Bandung Periode 1 Januari 31 Desember 2014 Parturien Frekuensi Prevalensi (%) Ketuban Pecah Dini 348 9 Tidak Ketuban Pecah Dini 3525 91 Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

424 Fujiyarti, et al. Total 3873 100 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa angka kejadian Ketuban Pecah Dini adalah sebesar 348 kasus atau 9 %. Tabel 2 Karakteristik Parturien Ketuban Pecah Dini berdasarkan kelompok Usia No Kelompok Usia Frekuensi Prevalensi (%) 1 < 20 tahun 6 3,3 2 2 0-29 tahun 104 57,8 3 3 0-39 tahun 66 36,7 4 4 0 49 tahun 4 2,2 Total 180 100 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa parturien yang mengalami Ketuban Pecah Dini yang menjadi responden dalam penelitian ini umumnya berusia 20 29 tahun sebanyak 104 orang (57,8%), hanya sebagian kecil yang berusia <20 tahun (3,3%) dan paling sedikit terjadi pada usia 40-49 tahun (2,2%). Hal ini menunjukan bahwa kehamilan diusia 20-29 tahun lebih berisiko mengalami Ketuban Pecah Dini. Tabel 3 Karakteristik berdasarkan waktu awal terjadinya Ketuban Pecah Dini No Rentang waktu Frekuensi Prevalensi (%) 1 < 6 jam 168 64,4 2 > 6 jam 15 35,6 Total 180 100 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa ketuban pecah dini dengan rentang waktu < 6 jam lebih banyak terjadi sebesar 64,4%. Tabel 4 Hubungan antara Ketuban Pecah Dini dengan Asfiksia Neonatorum Ketuban Pecah Dini Asfiksia Tidak Nilai P Asfiksia N % N % Total Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

Hubungan antara Ketuban Pecah Dini dengan Asfiksia Neonatorum 425 Ya 116 64,4 64 35,6 180 <0,001 Tidak 52 28,9 128 71,1 180 Berdasarkan tabel 4 didapatkan nilai P dari uji Chi Square adalah <0,001 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Ketuban Pecah Dini dengan Asfiksia Neonatorum (nilai P < 0.05). Tabel 5 Hubungan antara awal waktu terjadinya Ketuban Pecah Dini dengan Asfiksia Neonatorum Rentang Waktu Asfiksia Tidak Nilai P Asfiksia N % N % Total > 6 jam 13 92,9 1 7,1 14 0,02 < 6 jam 103 62 63 38 166 Total 116 64 180 Berdasarkan tabel 5 didapatkan bahwa nilai p dari uji Fisher exact test sebesar 0,02. Yang berarti dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara awal waktu terjadinya ketuban pecah dini dengan asfiksia (p <0,05). D. Pembahasan Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah persalinan pada tahun 2014 adalah sebesar 3873 persalinan, dari jumlah tersebut terdapat 348 Parturien (9%) yang mengalami ketuban pecah Dini. Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 2 bahwa parturien yang mengalami Ketuban Pecah Dini yang menjadi responden dalam penelitian ini umumnya berusia 20 29 tahun sebanyak 104 orang (57,8%) hanya sebagian kecil yang berusia <20 tahun (3,3%) dan paling sedikit terjadi pada usia 40-49 tahun (2,2%). Hal ini menunjukan bahwa kehamilan diusia 20-29 tahun lebih banyak mengalami Ketuban Pecah Dini. Usia Reproduksi yang aman untuk seorang Perempuan hamil dan bersalin adalah pada usia 20-35 tahun, dimana apabila seorang perempuan hamil melakukan persalinan pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun cenderung mengalami terjadinya komplikasi persalinan. 8 Jika diperhatikan pada tabel 2 maka dapat terlihat bahwa kelompok paling sering terjadinya ketuban pecah dini pada usia 20-29 tahun yaitu sebesar 57,8%. Hal ini kurang sesuai, karena ketuban pecah dini dapat tejadi tak terduga, tergantung dari keadaan yang dialami oleh parturien, selain itu ketuban pecah dini juga merupakan permasalahan yang amat penting dalam obsetri, karena dapat menyebabkan penyulit persalinan berupa sepsis, prematuritas, dan juga asfiksia. 11 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa parturien yang mengalami ketuban pecah dini dengan rentang waktu di bawah < 6 Jam lebih sering terjadi sekitar 168 atau 64,4 Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

426 Fujiyarti, et al. %. Hal ini berkaitan dengan tindakan persalinan yang diakukan oleh tenaga medis upaya pencegahan komplikasi persalinan. Semakin cepat ditangani ketuban pecah dini, maka semakin besar kemungkinan bayi lahir dengan kondisi normal, dan hanya terdapat beberapa bayi yang mengalami asfiksia ringan. Hasil penelitian yang tercantum pada tabel 4 bahwa dari parturien yang mengalami ketuban pecah dini, dapat menyebabkan asfiksia sebanyak 116 neonatus (64,4%) hal ini merupakan angka yang cukup tinggi. Keadaan ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurus Safa ah di RSUD R.Koesma Tuban Jawa Timur pada tahun 2009 bahwa ketuban pecah dini dapat mengakibatkan kesulitan jalan lahir sehingga bayi dapat mengalami asfiksia. 3-11. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermaksna antara ketuban pecah dini dengan asfiksia neonatorum dengan nilai P < 0,05. Hal ini berkaitan dengan jenis metode penelitian yang sama, namun berdasarkan jumlah sampel yang didapatkan lebih banyak, sehingga memberikan nilai angka yang lebih besar. Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa pada parturien dengan rentang waktu awal terjadinya ketuban pecah dini sampai bayi lahir > 6 jam, diketahui 92.9% melahirkan bayi dalam keadaan asfiksia. Sedangkan parturien dengan rentang waktu < 6 jam, didapatkan 62% yang melahirkan bayi dengan asfiksia. Hasil ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara awal waktu terjadinya ketuban pecah dini sampai persalinan dengan nilai p 0,02 (p <0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ana Setiana di RSUD Cepu Surakarta pada tahun 2009, 21 dikatakan sejalan karena jenis metode penelitian yang digunakan, hanya saja terdapat beberapa perbedaan dikarenakan rentang waktu yang diklasifikasikan berbeda. Dengan yang dilakukan oleh peneliti. E. Kesimpulan Berdasarkan penjalasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ketuban pecah dini dengan Asfiksia Neonatorum dengan nilai P <0,001 atau P < 0,05. Terdapat hubungan antara awal waktu terjadinya ketuban pecah dini sampai persalinan dengan Asfiksia Neonatorum dengan nilai P 0,02 atau P < 0,05. Ucapan Terimakasih Ucapan terimakasih saya ungkapkan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan membantu sehingga terlaksananya penelitian ini, yaitu kepada pimpinan Universitas Islam Bandung beserta jajarannya, kepada pimpinan Fakultas Kedokteran beserta jajarannya dan kepada pembimbing penulis Prof. Hidayat Wijayanegara, dr.,sp.og.(k) selaku pembimbing utama dan Wida Purbaningsih, dr.,m.kes selaku pembimbing pendamping, terimakasih atas bimbingan, arahan, do a, ilmu, dan waktunya untuk penyusunan artikel ini dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungannya selama ini. Pertimbangan Masalah Etik Pengambilan data rekam medis merupakan masalah etik dalam penelitian ini. sehingga diperlukan izin dari rumah sakit terkait untuk pengambilan data rekam medis pasien. Identitas pasien tidak dicantumkan sehingga kerahasiaan pasien terjaga dengan baik. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

Hubungan antara Ketuban Pecah Dini dengan Asfiksia Neonatorum 427 Daftar Pustaka Wiradharma K. Risiko Asfiksia dengan ketuban pecah dini. Yayasan Medika. Jakarta; 2013 Purwahati WR. Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini dengan Prematur di RS Mutiara Bunda Salatiga. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo. Yogyakarta; 2009 Safa'ah N. Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Stikes Tuban Jawa Timur; 2009 Roeshadi RH. Asuhan Persalinan Nomal. USU Institutional Repository. Medan; 2009 Rulina S. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta; 2008 DepKes RI, Dirjen BinKesMas. Program safe Motherhood Di Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta; 2012 Departemen Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Bandung; 2012 Cunningham F.G. williams obstetrics. 23rd edisi. United State of America; 2010 Muntoha S. Hubungan antara Riwayat Paparan Asap Rokok dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil di RSUD Dr. H. Soewondo. Kesehatan lingkungan Indonesia. Kendal; 2013 Svigos JM. Premature Rupture of the Membrans; High Risk Pregnancy management options. Saunders company. London; 1994 Komite Medik. Ketuban Pecah Dini Standar Pelayanan Medis. Edisi 1. Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta; 1999 Phupong V. prelabour rupture of membranes. In Journal of Pediatric. Obsetric and Gynaecology; 2003 Manuaba IBG. Ketuban Pecah Dini dalam Kapita Selekta Penatalaksanaan Obsetri Ginekologi. ECG. Jakarta; 2009 Samuel P, and Jerome F, Strauss MDPD. Premature Rupture of the Fetal Membranes. 1998; Tersedia dari: http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/nejm199803053381006 med papers. Ketuban Pecah Dini [Internet]. 2010. Tersedia dari: https://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/09/08/ketuban-pecah-dini/ Lee AC, Mullany LC. Risk factors for neonatal mortality due to birth asphyxia in Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

428 Fujiyarti, et al. southern Nepal. a prospective community-based cohort study. pubmed; 2008 Simon CD. 4 million neonatal deaths: Lancet. 2005;Volume 365 McGuire W. Perinatal asphyxia. pubmed [Internet]. 2007; Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19450354 Sarwono P. Praktisi Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta; 2002 Behrman, Richard E. Nelson of Pediatrics: 18th ed; 2003. Setiyana AE. Hubungan Antara Lama Ketuban Pecah Dini terhadap Nilai APGAR Score kehamilan aterm. Badan Rumah Sakit Daerah Cepu. Surakarta; 2009 Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)