BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti mengalami fase fase perkembangan sejak. menjelaskan bahwa perkembangan bergerak secara berangsur angsur tapi

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB I PENDAHULUAN. beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

GAMBARAN SKALA DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MARGOMULYO KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemunduran (Padila, 2013). Penuaan biasanya diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. istilah lanjut usia atau yang lebih dikenal sebagai lansia (Tamher dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penelitian Pratiwi (2010) menopause adalah. keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause disebabkan oleh

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. angka harapan hidup semakin tinggi, sehingga kebutuhan ini mendesak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan semua orang akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan profesional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidupnya. Bagi lanjut usia yang mengalami gangguan gizi diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI KEMATIAN PADA LANSIA DI DESA PANJANGREJO PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Secara teori perkembangan manusia dimulai dari masa bayi, anak,

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat alamiah dan normal terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. fungsi organ tubuh tetapi lansia tetap dapat menjalani hidup sehat. Salah satu

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I PENDAHULUAN. konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Hidayat, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini transisi demografi terjadi di seluruh dunia, dimana proporsi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami peningkatan tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres merupakan bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan. 1 Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : MUH FERY SETYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia. Pada tahap ini, lanjut usia akan mengalami perubahan-perubahan pada kondisi fisik maupun psikis. Perubahan ini mulai terjadi karena proses pertumbuhan sel-sel sudah terhenti dan mulai menunjukkan penurunan fungsinya. Perubahan tersebut antara lain perubahan kesehatan, perubahan fisik, kemampuan motorik, minat, kemampuan mental, lingkungan, status sosial, dan perubahan - perubahan lainnya (Santoso dan Ismail, 2009). Seseorang yang telah lanjut usianya tentu mengalami berbagai perubahan dalam dirinya. Hurlock (2009) menjelaskan bahwa proses menjadi tua atau senescence ditandai dengan kemunduran fisik dan mental yang terjadi secara perlahan dan bertahap. Kemunduran fisik terjadi karena adanya perubahan pada sel-sel tubuh, sedangkan kemunduran mental disebabkan karena berkurangnya kemampuan adaptasi atau penyesuaian diri terhadap diri sendiri, orang lain, masyarakat, serta lingkungan. Kemunduran fisik dan mental yang terjadi pada seorang lanjut usia akan menghambat berlangsungnya aktivitas kehidupan keseharian mereka. Berkurangnya kemampuan fisik dan mental ini juga dapat mengakibatkan ketidakmampuan dalam melaksanakan peranan hidup secara normal. Penurunan kondisi tubuh dan penurunan kemampuan fisik yang dialami oleh lanjut usia, menyebabkan lanjut usia menganggap bahwa hal ini 1

2 merupakan suatu bencana, karena kematian dapat menjemput nyawa mereka setiap waktu. Sebagian dari lanjut usia merasa belum siap untuk menghadapi kematian, sehingga mereka merasa cemas, takut, dan frustasi menanti datangnya kematian. Seperti yang dikatakan Maryam dkk (2008), bahwa jika pada saat kondisi fisik semakin menurun dan lanjut usia tidak dapat menyesuaikan diri, maka lansia akan merasa tidak siap dalam menghadapi kematian. Keadaan diri yang sudah semakin menua dan melemah tentu membuat para lanjut usia mulai berpikir tentang kematian yang akan mereka alami. Hal ini berarti juga bahwa usia yang semakin lanjut akan menempatkan seseorang pada keadaan mendekati kematian. Adanya peristiwa-peristiwa atau pengalaman - pengalaman kehidupan yang mengancam keberadaan dan ketahanan hidup para lanjut usia dapat mengakibatkan mereka mengalami perasaan takut atau kecemasan menghadapi kematian. Kecemasan ini dapat disebabkan karena ada ancaman bahwa kematian akan memisahkan seseorang dari pasangan hidupnya keluarga, anak-anak, dan harta benda yang ia miliki. Namun, terjadi atau tidaknya kecemasan ini tidak hanya bisa ditentukan oleh berbagai ancaman tersebut (Larasati, 2014). Lanjut usia yang gagal memahami bahwa keseluruhan proses kehidupan ini sebenarnya selalu mengantar kita ke arah kebaikan dan kesempurnaan diri, tentu akan merasa cemas menghadapi kematian dirinya. Kecemasan ini terjadi karena lanjut usia tersebut gagal melakukan tugas pengembangan, yang diantaranya adalah mampu menerima kenyataan akan kematian yang tak

3 terelakkan. Kematian merupakan suatu peristiwa hidup yang harus dialami setiap orang. Walaupun tidak ada seorangpun yang tahu dengan pasti kapan kematian itu akan terjadi. Kematian dipandang sebagai hal yang menakutkan karena jika seseorang sudah mati maka ia tidak mungkin lagi dapat berinteraksi dengan orang lain dan berarti pula bahwa kematian memisahkan seseorang dengan segala hal keduniawiannya. Ketakutan menghadapi kematian akan menjadi suatu masalah serius apabila seseorang khususnya para lansia tidak membentengi diri mereka secara psikologis, yaitu dengan mengolah psikis mereka secara sehat dan dewasa. Keadaan diri yang lemah dan perasaan yang tak berdaya yang dialami para lansia inilah yang diprediksikan dapat menimbulkan kecemasan menghadapi kematian. Rentang kehidupan yang semakin pendek dan ancaman akan kematian yang semakin dekat, menjadikan para lanjut usia yang tidak memiliki cukup kekuatan dan keoptimisan menjadi merasa cemas (Santrock, 2012). Secara fisiologis lansia akan mengalami penurunan kondisi fisik/biologis, kondisi psikologis, serta perubahan kondisi sosial. Salah satu ciri fase ini, biasanya usia lanjut merenungkan hakikat hidupnya dengan lebih intensif serta mencoba mendekatkan dirinya pada Tuhan. Selain itu, secara umum telah diindentifikasi bahwa usia lanjut pada umumnya mengalami berbagai gejala akibat terjadinya penurunan fungsi biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya (Tamher & Noorkasiani, 2009).

4 Timbulnya kecemasan pada lansia dalam menghadapi kematian dapat terjadi karena selalu memikirkan penyakit yang dideritanya, waktu berkumpul dengan keluarga yang dimiliki sangat sedikit karena anak-anaknya tidak berada satu rumah/berlainan kota dengan subyek, kepikiran anaknya yang belum menikah, sering merasa kesepian, kadang sulit tidur dan kurangnya nafsu makan karena selalu memikirkan penyakit yang dideritanya. Menurut Videbeck (2008) pemikiran tentang kematian merupakan bagian yang penting pada tahap akhir bagi seseorang. Lansia menghabiskan lebih banyak waktu untuk memikirkan kematian dibandingkan seseorang yang masih muda. Merenung dan merencanakan kematian merupakan bagian yang normal dalam kehidupan lansia.willis (2011) berpendapat bahwa kecemasan tentang kematian adalah suatu hal yang berkaitan dengan berbagai faktor seperti, keyakinan religius, dan tigkat dimana individu mempunyai kehidupan yang memuaskan. Meiner (2006) berpendapat bahwa dalam menghadapi kematian, setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aspek psikologis, spiritual, sosial, dan fisik. Penelitian yang dilakukan oleh Harapan (2014), bahwa saat menghadapi kematian setiap lansia memiliki persepsi yang berbeda. Persepsi tersebut dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, dukungan sosial keluarga, dan spiritualitas. Hal tersebut diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Adelina (2007), yang menyatakan bahwa lansia yang memiliki kecerdasan ruhaniah yang tinggi tidak akan merasakan kecemasan dan lebih siap saat menghadapi kematian

5 Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang diambil dari desa Tribuana diperoleh data jumlah lansia 316. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Desa Tribuana dengan 10 lansia responden menggunakan templer death anxiety scale, 6 lansia memiliki tingkat kecemasan yang berat dalam menghadapi kematian dikarenakan mereka belum siap mati dan merasa mereka masih banyak dosa dan masih ingin melakukan ibadah sebanyak banyaknya untuk bekal di akhirat. Dan 4 mengatakan merasa tidak cemas dikarenakan mereka menganggap bahwa kematian merupakan suatu takdir dari Tuhan dan hidup mati ada ditangan Tuhan. Terpenting sudah melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan dan menjahui larangan-nya. Berdasarkan hal diatas maka peneliti melakukan penelitian, yaitu Gambaran tingkat kecemasan lansia dalam menghadapi kematian di desa Tribuana Banjarnegara B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu, Bagaimana gambaran tingkat kecemasan lansia dalam menghadapi kematian di desa Tribuana Banjarnegara Tahun 2017? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui bagaimana gambaran tingkat kecemasan lansia dalam menghadapi kematian di Desa Tribuana Banjarnegara tahun 2017.

6 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik responden di Desa Tribuana Banjarnegara tahun 2017. b. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan lansia dalam menghadapi kematian di Desa Tribuana Banjarnegara tahun 2017. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan serta pengalaman terutama yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu gambaran tingkat kecemasan lansia dalam menghadapi kematian di Desa Tribuana 2. Bagi Responden Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden sebagai informasi tentang tingkat kecemasan dalam menghadapi kematian pada lansia. 3. Bagi Institusi Dapat dijadikan sebagai referensi sebagai acuan penelitian penelitian selanjutnya 4. Bagi Pelayanan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi/ masukan kepada masyarakat/ keluarga tentang gambaran tingkat kecemasan dalam menghadapi kematian pada lansia

7 E. Penelitian Terkait Penelitian dengan judul Gambaran tingkat kecemasan dalam menghadapi kematian pada lansia belum pernah dilakukan sebelumnya. Akan tetapi, ada penelitian sejenis yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: 1. Puspita Harapan (2014) meneliti tentang Studi Fenomenologi Persepsi Lansia Dalam Mempersiapkan Diri Menghadapi Kematian, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi lansia dalam mempersiapkan diri menghadapi kematian di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang memenuhi kriteria inklusi yang tinggal di UPT PSTW Khusnul Khotimah sebanyak 77 orang. Pemilihan partisipan dalam penelitian kualitatif ini menggunakan metode purposive sampling. Jumlah partisipan pada penelitian ini adalah sebanyak 4 orang lansia yang dipilih dengan memperhatikan prinsip saturasi data. Hasil penelitian menunjukan Tiga dari empat responden mengungkapkan persepsi positifnya tentang kematian. Ketiga responden mengungkapkan bahwa kematian sesuatu yang wajar, yang harus dijalani dan sesuatu yang telah ditentukan oleh Tuhan. Ketiga responden ini juga menunjukkan persepsi positif tentang kehidupannya saat ini dengan menerima kehidupannya saat ini. Perbedaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukan adalah peneliti tersebut melakukan pengukuran persepsi terhadap kecemasan karena

8 kematian pada lansia sedangkan peneliti meneliti gambaran tingkat kecemasan lansia dalam menghadapi kematian pada lansia. 2. Sari (2015) dengan judul penelitian hubungan antara tingkat spiritualitas dengan kesiapan lanjut usia dalam menghadapi kematian di desa pucangan kecamatan kartasura, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat spiritualitas dengan kesiapan lanjut usia dalam menghadapi kematian. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif dengan rancangan potong lintang. Populasi dari penelitian ini adalah 1.668 lansia yang terdaftar di Posyandu Lansia di Desa Pucangan, dengan jumlah sampel yang diambil berjumlah 95 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional sampling. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan hasil analisis uji Fisher s Exact, yang didapatkan hasil nilai p-value = 0,017, yang dapat diartikan bahwa Ho ditolak. Jadi hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat spiritualitas dengan kesiapan dalam menghadapi kematian pada lansia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura. Perbedaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukakan adalah peneliti tersebut meneliti tentang tingkat spiritualitas dengan kesiapan dalam menghadapi kematian pada lansia sedangkan peneliti meneliti gambaran tingkat kecemasan lansia dalam menghadapi kematian. 3. Setyawan (2013) tentang hubungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi kematian pada lansia di Dusun Tanggulangin, Pandean, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah tahun 2013. Penelitian ini merupakan

9 penelitian non-eksperimen, desain yang digunakan adalah studi korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 52 orang. Cara pengambilan sampel yaitu dengan cara simple random sampling yaitu 46 responden. Analisis data menggunakan rumus Kendall Tau. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara spiritualitas dengan tingkat kecemasan menghadapi kematian lansia umur di atas 60 tahun di Dusun Tanggulangin, Pandean, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah tahun 2013. Hasil Uji analisis dengan Kendall Tau didapatkan nilai yang signifikan p sebesar 0,001 (<0,05) dan nilai π sebesar -0,389 sehingga dinyatakan ada hubungan bermakna dan keeratan rendah. Kepada Dusun Tanggulangin agar dapat membekali para lansia dalam menghadapi kematian dengan sesuatu yang dapat menimbulkan ketenangan secara batin. Perbedaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukakan adalah peneliti tersebut meneliti tentang hubungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi kematian pada lansia sedangkan peneliti meneliti gambaran tingkat kecemasan lansia dalam menghadapi kematian.