BAB I PENDAHULUAN. keinginannya, sehingga hal yang tidak dapat ditinggalkan manusia adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menemukan metodologi, dan menemukan alat-alat analisis data 1. Sedangkan

PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan. bebas dan kasus penyimpangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. pembanding dari penelitian ini. Yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. ajaran 2016/2017 memiliki jumlah santri sebanyak santri. 2. Dengan potensi santri yang banyak tersebut, mengharuskan pimpinan

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun dan mengembangkan karakter manusia yang seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu kunci keberhasilan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1999), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2013, hlm Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Overseas Publication Ltd, 1959), hlm 4. 1 Frederick Y. Mc. Donald, Educational psychology, (Tokyo:

BAB I PENDAHULUAN. 2012, hal Sulthon, Ilmu Pendidikan, Cet I, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm, 1.

BAB I PENDAHULUAN. dibalik itu semua tindak tanduk seorang guru akan digugu dan ditiru oleh

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pendidikan agama dari guru Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati. masa anak-anak akhir yaitu masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK. Katolik Soegidjapranata Semarang dengan judul Perbedaan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan lebih maju dalam bidang IPTEK dan sains, dengan perbagai cara berhasil

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang menata bagaimana cara berhubungan antara. mengabdi kepada Allah. Dengan mengamalkan ajaran agama, itu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Dalam Negara manapun remaja adalah penerus. pertanda akan merosotnya akhlak anak bangsa. 1

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (lisan) dan bahasa nonverbal (tulisan, simbol, isyarat). Fungsi bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama untuk mengembangkan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan kunci

Ma'had al Jamiáh dan Pembinaan Karakter Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. lakunya remaja itu sehari-hari baik di rumah, di sekolah, maupun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80

BAB I PENDAHULUAN. 1. Tujuan Individual yang berkaitan dengan individu-individu, pelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. memberi makan, minum, pakaian, dan sebagainya. Tetapi juga. oleh orangtua dan guru. Anak yang memiliki motivasi akan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus mempersiapkan dan menghasilkannya. 1. membuat anak sanggup ekstra keras untuk mencapai tujuan sesuatu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi kondisi yang ada di lingkungan sekitarnya. 1. Sedangkan menurut Muhammad Al-Mighwar self control (kontrol diri)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara 1. yang tersebar diseluruh tubuh 2.

kurikulum. Bahkan, ada yang mengatakan No teacher no education. Maksudnya, tanpa guru, tidak terjadi proses pendidikan. 3

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eni Suratmi Ningsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup suatu bangsa agar tidak sampai menjadi. bangsa yang terbelakang dan tertinggal dengan bangsa lain.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK DI PONDOK ASIH SESAMI KECAMATAN BATURETNO KAPUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Komunikasi telah menjadi suatu kebutuhan dan merupakan salah satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Hal ini yang mengakibatkan manusia selalu menjalin interaksi dengan orang lain untuk mengutarakan keinginannya, sehingga hal yang tidak dapat ditinggalkan manusia adalah berkomunikasi. Seperti halnya bernapas, komunikasi adalah hal yang sangat penting dan mendasar bagi kehidupan manusia sehingga komunikasi tidak bisa ditinggalkan 1. Komunikasi akan dilakukan secara terus menerus, bahkan Tuhan dengan manusia. Komunikasi antar individu juga harus selalu dilakukan agar hubungan antara individu yang satu dengan yang lain memiliki hubungan, sehingga bisa menciptakan tali silaturrahim. Dari adanya komunikasi yang dilakukan secara terus menerus, yang awalnya antar individu belum mengenal maka akan dekat dan mulai mengungkapkan tentang dirinya, inilah komunikasi pada tahap yang mendalam. Menurut Johnson, sebagaimana dikutip dalam buku Brent D. Ruben bahwa setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga 1 Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart, Komunikasi dan Perilaku Manusia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 4

2 juga merupakan sebentuk komunikasi 2. Hal ini karena seringnya seseorang dalam berinteraksi dengan sesama sehingga bisa memengaruhi seseorang. Begitu juga dengan komunikasi orangtua dan anaknya, apalagi dengan kondisi zaman saat ini yang rentan memengaruhi perilaku remaja saat ini. Keluarga memiliki peran penting untuk mengarahkan anak agar terhindar dari hal-hal negatif, baik dari segi pergaulan bebas maupun perilaku amoral 3, karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang membentuk kepribadian dari seorang anak. Anak yang memiliki kepribadian yang baik merupakan keberhasilan orangtua dalam mendidiknya, karena dalam keluarga, orangtua menjadi sosok tauladan bagi anak-anaknya. Menurut Mappiare, sebagaimana telah dikutip dalam buku Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, bahwa remaja berlangsung pada umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita sedangkan bagi laki-laki adalah di usia 13 tahun sampai 22 tahun 4. Remaja merupakan usia yang dianggap bukan lagi anak-anak tapi juga belum memasuki usia dewasa karena usianya yang tidak bisa dikatakan sebagai anak-anak atau dewasa. Oleh karena itu, pada usia remaja ini dianggap sebagai usia untuk mencari jati diri. 2 A. Supratiknya, Komunikasi AntarPribadi Tinjauan Psikologis (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995), hlm. 30 3 Sariyati Idni Ridho, Pengaruh Intensitas Komunikasi Anak dengan Orangtua Terhadap Regulasi Diri Siswi Kelas VIII MTs Raudhatul Ulum Putri Gondanglegi Malang dalam Skripsi UIN Malang 2015, diakses pada Kamis 3 Maret 2016 pukul 12.35 WIB 4 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), hal. 9

3 Islam memberikan tugas sesuai dengan usianya. Usia remaja atau anak puber diberikan tugas dengan cara menempatkan pada tanggung jawab orang dewasa. Hal ini akan menjadikan remaja merasa bahwa dirinya telah memiliki tanggung jawab secara individu. Manhaj Islam menetapkan kepada anak usia remaja tanggung jawab, baik yang bersifat syara', peradilan maupun sosial di dalam setiap sikap dan perilaku yang telah dilakukan dengan bertanggung jawab 5. Yogyakarta merupakan kota yang memiliki gelar kota pelajar, terbukti dengan adanya 294 Pondok Pesantren 6. Pondok Pesantren berlomba-lomba menawarkan kualitasnya sehingga mencetak alumni-alumni yang sukses. Hal inilah yang membuat para orangtua ingin menyekolahkan anaknya di Pondok Pesantren yang dianggap memiliki lingkungan yang positif sehingga terhindar dari kenakalan remaja saat ini. Jika di rumah dididik orangtua, sehingga orangtua memiliki cara tersendiri untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam keluarga. Berbeda dengan anak yang dididik di Pondok Pesantren yang telah dipercaya oleh orangtua sebagai tempat pendidikannya. Selama di pesantren, komunikasi anak dan orang tua akan digantikan oleh musyrifah atau pengasuh yang ada di asrama. Seperti halnya orang tua, musyrifah dituntut seperti orang tua yang bisa membimbing anak yang ada di 5 Sayyid Muhammad Az-Za'balawi, Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa, (Jakarta: Gema Insani, 2007), hal. 431 6 Bagian Perencanaan dan Data Sedtijen Pendidikan Islam Departemen Kementrian Agama R.I Tahun 2008/2009

4 asrama 7. Hal ini karena musyrifah lebih sering berinteraksi dengan anak, sehingga kedekatannya seperti orangtua dan anak. Peran seorang musyrifah di asrama untuk membimbing anak-anak, sehingga terhindar dari kenakalan pada remaja. Apalagi dengan masa pertumbuhan remaja yang tak sedikit terpengaruh dari pergaulan saat ini, sedang prestasi juga harus terus diperhatikan karena menuntut ilmu adalah kewajiban seorang anak untuk memenuhi amanah dari orangtua. Jadi, peran seorang musyrifah sangat berpengaruh dalam kepribadian anak di asrama untuk mencegah perusakan moral anak bangsa. Menurut Dewey, sebagaimana yang dikutip dalam buku Sjarkawi, menyatakan bahwa pada dasarnya tujuan pendidikan adalah mengembangkan kemampan intelektual dan moral. Prinsip-prinsip psikologi dan etika dapat membantu sekolah untuk meningkatkan seluruh tugas pendidikan dalam membangun kepribadian siswa yang kuat 8. Maka, tugas seorang musyrifah harus mampu mengembangkan intelektual dan moral sehingga bisa membantu sekolah untuk meningkatkan seluruh tugas pendidikan dalam membangun kepribadian siswa yang kuat. Salah satunya adalah Madrasah Mu allimaat Muhammadiyah di Yogyakarta yang memiliki visi dan misi menjadikan pemimpin putri Islam. Berdasarkan visi dan misinya itulah, musyrifah yang ada di Madrasah Mu allimaat Muhammadiyah Yogyakarta memiliki peran 7 Hak dan Kewajiban Musyrifah Tahun 2015/2016 8 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 42

5 penting untuk membantu mensukseskan visi dan misi dari sekolah. Apalagi, muyrifah yang mengampu kelas 1 tingkat Tsanawiyah yang merupakan masa pertama kali anak kelas 1 mengenal Mu'allimaat yang harus ditanamkan karakter sesuai dengan visi dan misi yang ada di Mu'allimaat. Pada dasarnya adanya musyrifah adalah untuk memengaruhi perilaku anak-anak yang ada di asrama dan membimbing anak yang ada di asrama sehingga memiliki kepribadian yang baik 9. Walaupun, berada jauh pada pengawasan orangtua. Akan tetapi, di Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta yang memiliki beberapa asrama dan berbeda pula musyrifah yang membimbingnya akan berbeda dengan asrama satu dan lainnya dalam hal membimbing anak sehingga sesuai dengan visi dan misi yang ada di Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Madrasah Mu allimaat Muhammadiyah Yogyakarta merupakan sekolah yang memiliki visi, misi dan tujuan untuk membentuk kader ulama, pemimpin dan pendidik yang mendukung pencapaian tujuan uhammadiyah yaitu terwujudnya masyarakat Islam yang sebenarnya-benarnya. Pemimpin putri Islam harus memiliki akhlak yang mulia untuk mencapai tujuan dari Madrasah Mu allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Dari hal inilah, maka seorang musyrifah yang ada di asrama memiliki peran penting untuk mencapainya, karena musyrifahlah yang sering berkomunikasi dengan anak selama di asrama. 9 Berdasarkan Ketentuan, Hak dan Kewajiban Musyrifah Tahun 2015/2016

6 Namun, anak-anak yang tinggal di asrama Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta tidak sedikit yang memiliki kepribadian yang baik, sehingga ketika lulus bisa membanggakan orang tuanya dan sesuai dengan visi dan misi serta tujuan dari Madrasah Mu allimaat Muhammadiyah Yogyakarata 10. B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana pengaruh intensitas komunikasi musyrifah terhadap akhlak anak di asrama? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penilitian Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui dan mendeskripsikan pengaruh komunikasi musyrifah terhadap pembinaan akhlak anak di asrama 2. Manfaat Penelitian a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para musyrifah atau pengasuh asrama untuk mengoptimalkan perannya dalam membina akhlak anak-anak di asrama sehingga mampu mencapai visi dan misi sekolah. b. Secara teoritik, penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan teori komunikasi anak. 10 Berdasarkan Profil Madrasah Mu allimaat Muhammadiyah Yogyakarta

7 D. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini akan di bahas dalam lima bab dengan sistematika penelitian sebagai berikut: 1. BAB I berisi tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, yang mengetengahkan masalah sehingga peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian di Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Kemudian terdapat pula rumusan masalah, yang menjadi motivasi peneliti untuk mengetahui permasalahan yang ada. Tujuan masalah, kegunaan penelitian, serta diakhiri dengan sistematika penulisan. 2. BAB II berisi tentang tinjauan pustaka dan kerangka teoritik. 3. BAB III berisi tentang metode penilitian yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan penelitian. 4. BAB IV berisi tentang hasil penelitian. Adapun di hasil penilitian ini berisi tentang profil singkat tentang Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta, kondisi sosio-historis lingkungan sehingga dikenal sebagai sekolah pemimpin putri islam. Kemudian kondisi akhlak anak dengan musyrifah di asrama. Dan kemudian di akhir bab ini peneliti akan memberikan analisis terhadap pengaruh intensitas komunikasi musyrifah dalam pembinaan akhlak anak di asrama.

8 5. BAB V penutup. Yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penilitian yang dilakukan dan kemudian diakhiri dengan saran-saran dan lampiranlampiran.