BAB I PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel sebanyak 67 orang. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Della Alvialli Suwanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa

Addiction.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : Prodi Akuntansi

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Zat Adiktif dan Psikotropika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH BAHAYA NARKOBA BAGI REMAJA

2016, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB 1 PENDAHULUAN. Jamur ajaib atau magic mushroom yang berasal dari jamur tahi sapi

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA)

No II. anggota masyarakat yang telah berjasa mengungkap adanya tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika, perlu diberi landasan hukum ya

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat menurut Undang-Undang

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NAPZA. Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan soal 4.4

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

PENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat berbeda-beda sesuai

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang merambah di Indonesia sejak tahun 1960 adalah

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN PRIBADI MELALUI POLA HIDUP BERSIH DAN ANTI NARKOBA

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

Efektivitas Undang Undang No 35 Tahun 2009 Untuk Menekan Penyalahgunaan Narkotika

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan bagian dari generasi muda sebagai suatu kekuatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan narkoba menjadi salah satu faktor banyaknya terjadi kasus

BAB I PENDAHULUAN. kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

Kasus penyalahgunaan narkoba

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

SKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

PERANAN KELUARGA TERHADAP KEBERHASILAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOBA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan narkoba ataupun dalam penyalahgunaanya merupakan masalah. perkembangan tingkat peradaban umat manusia serta mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini akan lebih merugikan jika disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika yang dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan nasional. Dextromethorphan dikonsumsi melebihi dosis yg dianjurkan senyawa ini juga bersifat halusinogen dissociative, yaitu dibloknya fungsi kesadaran di dalam otak dan saraf sehingga akan membuat si pemakainya berhalusinasi dan merasakan seperti berada di dalam dunia mimpi dan sukar membedakan antara nyata atau tidaknya halusinasi tersebut. Berbeda dengan halusinasi yang diakibatkan oleh LSD (lysergic acid diethylamide) masih mampu mengontrol tingkat kesadarannya, seperti halnya mengingat akan siapa dirinya bahkan siapa namanya, sedangkan pada Dextromethorphan, dan Ketamine tidak. Efek2 yang disebabkan oleh Dextromethorphan jika dipakai melebihi dosis yang dianjurkan meliputi: 1. halusinasi dissociative; 2. gembira (excited) atau kebalikannya; 1

3. berkeringat banyak; 4. nafas jadi pendek; 5. berada dalam kondisi antara tidur dan sadar; 6. mual dan muntah; 7. pendengaran yang menjadi seperti berombak2; 8. tekanan darah yang menjadi tinggi; 9. jantung yang berdebar2; 10. amnesia; 11. tidak bisa mengenal kata2 dan objek yang terlihat; 12. paranoid dan merasakan seperti akan mati; 13. koma bahkan kematian 1. Dextromethorphan (juga PCP dan Ketamine) merupakan jenis bahan pengganti/pemalsu/pencampur yang sering ditambahkan ke dalam pil ecstasy yang beredar di pasaran karena bahan ini jauh lebih mudah didapat dan harganya yang lebih murah ketimbang bahan asli dari ecstasy yaitu MDMA. Pada kenyataannya tahap overdosis yg dihasilkan dari pemakaian Dextromethorphan jauh lebih cepat dibanding MDMA sendiri. Overdosis DXM dapat mengakibatkan kematian oleh karena terhentinya otak mengirim sinyal ke paru2 agar tetap bernafas. Dextromethorphan juga menyebabkan ketagihan secara psikologi dan toleransi terhadap dosis pemakaian dari waktu ke waktu. 1 http://rastamadiun.wordpress.com/2012/03/02/dxm-dextromethorpha/.unggah 2015/01/12 2

Hal ini telah mengundang perhatian pemerintah Republik Indonesia dengan membuat aturan pelaksanaan dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika yaitu restrukturisasi kelembagaan Badan Narkotika Nasional dalam melakukan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkoba Nasional (BNN) 2. Saat kualitas pendidikan menjadi sorotan utama, menjamurnya kasus penyalahgunaan pil dekstro (Dextromethorphan) di kalangan anak pelajar menjadi ironi tersendiri. Sejatinya pil ini digunakan sebagai obat pereda batuk yang langsung menekan pusat saraf agar bisa mendorong dahak keluar dan keluhan pun hilang. Tapi ketika pil ini dikonsumsi secara berlebihan dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan sementara (fly), maka seseorang akan mengalami halusinasi, hilang akal dan kehilangan produktivitas laiknya orang normal hingga menyebabkan kematian. bahwa efek samping dari overdosis dextromethorphan berakibat permanen, sehingga sangat berbahaya bagi kualitas generasi muda ke depannya. "Banyak kasus yang menunjukkan bahwa kebanyakan merebaknya penyalahgunaan pil ini ada di lingkungan anak pelajar. padahal efek yang ditimbulkan permanen. Sebenarnya, jika dikonsumsi dalam dosis yang disarankan, pil ini bermanfaat untuk menekan batuk (antitusif) dan pelancar dahak. Namun, sering kali disalahgunakan sebagai pil narkoba, karena jika dikonsumsi terlalu banyak yakni 2 Badan Narkotika Nasional.2010. Buku P4GN bidang pemberdayaan masyarakat. Direktorat Diseminasi, Deputi Bid pencegahan BNN RI. Jakarta. 3

minimal 10 pil sekali minum dapat menimbulkan depresi sistem saraf yang bisa menjadi candu. Secara rinci efek penggunaan dextromethorphan dosis tinggi. jika kadar konsumsi pil tersebut 100-200mg, maka efek yang dirasakan adalah stimulasi ringan. Untuk konsumsi 200-400mg, menyebabkan euforia dan halusinasi. Sementara konsumsi 300-600mg, Seseorang akan mengalami gangguan penglihatan dan hilangnya koodinasi gerak tubuh. Sedangkan konsumsi 500-1500mg, akan mengalami dissosiatif sedatif (perasaan bahwa jiwa dan raga berpisah) yang bisa berujung kematian. Bahwa tak semua pil pereda batuk yang mengandung dekstro dapat menimbulkan efek buruk. "Hanya yang tergolong obat sediaan tunggal dan dikonsumsi dengan kadar yang tidak wajar saja yang harus dihindari. Sebagai daerah yang baru seumur jagung Gorontalo dihadapkan dengan pertumbuhan dan perkembangan era modern saat ini, dimana berdasarkan observasi awal peneliti bahwa terdapat 7 anak yang masih duduk dibangku sekolah menangah atas dan sekolah menengah kejuruan atau dilingkungan pendidikan terdata sebagai penyalahgunaan narkotika yang berhasil diidentifikasi oleh Tim Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Gorontalo. (Sumber Data, BNN Provinsi Gorontalo.2014) 3. Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti mengangkat judul Pencegahan Penyalahgunaan Dextromethorphan Terhadap Anak (Studi Kasus BNN Provinsi Gorontalo). 3 Sumber data. BNN Provinsi Gorontalo. 2014 4

B. Rumusan Masalah Adapun rumuan masalah yang berkaitan dengan judul diatas adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pencegahan penyalahgunaan Dextromethorphan Terhadap Anak di Provinsi Gorontalo? 2. Faktor-faktor apa yang menghambat Pencegahan Penyalahgunaan Dextromethorphan Terhadap Anak di Provinsi Gorontalo? C. Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian tersebut sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pencegahan penyalahgunaan Dextromethorphan Terhadap Anak di Provinsi Gorontalo. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis Faktor-faktor apa yang mengahambat Pencegahan Penyalahgunaan Dextromethorphan Terhadap Anak di Provinsi Gorontalo. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat mengembangkan konsep hukum terhadap bentuk pencegahan apa yang harus dilakukan dalam pencegahan penyalahgunaan Dextromethorphan Terhadap Anak di Provinsi Gorontalo studi kasus di BNN Provinsi Gorontalo, agar lebih mempertimbangakan penegakan dengan tiga tujuan hukum yang ada. 5

2. Manfaat praktis a. Bagi penegak hukum Menjadi alternatif agar tetap berada pada keputusan yang mengandung tujuan hukum yaitu kepastian hukum, keadlian, dan kemanfaatan. b. Bagi masyarakat Agar dapat melihat sejauh mana bentuk apa yang harus dilakukan dalam penyalahgunaan Dextromethorphan Terhadap Anak di Provinsi Gorontalo studi kasus di BNN Provinsi Gorontalo. c. Bagi peneliti. Agar dapat mengetahui sejauh mana pencegahan terhadap pengguna Dextromethorphan Terhadap Anak di Provinsi Gorontalo studi kasus di BNN provinsi Gorontalo. 6