BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan diperlukan pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

: Mizha zhulqurnain NIM : Jurusan : S1.SI.M

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012).

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KEWIRAUSAHAAN I. Pengertian Kewirausahawan. M. Rizal Situru, S.H.,M.B.L. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membudayakan manusia (Dhiu, 2012:24). Subjek sentral dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Pada Bab V ini dikemukakan kesimpulan dari hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara jumlah

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pencari kerja. Orang yang mencari kerja lebih banyak, sehingga banyak orang

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Pontianak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengangguran menjadi suatu permasalahan khususnya di negara

PENGARUH MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRASWASTA SISWA SMK MUHAMMADIYAH 2 KARANGANYAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu, hal tersebut dapat dilihat dari semangat dan prestasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Salah satunya adalah negara Indonesia. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Hamalik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan

Merintis, memulai, dan menggembangkan usaha. Oleh Azmi Hikmah Fajrina

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada bab V akan dikemukakan mengenai kesimpulan dari seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pengangguran di Indonesia cukup mengkhawatirkan, dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

I. PENDAHULUAN. kerja dengan penawaran angkatan kerja yang tersedia. upaya menumbuhkembangkan kewiraswastaan kepada masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dapat memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. siswa akan terlatih menemukan sendiri berbagai konsep secara holistic, bermakna

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. usaha pembaharuan dalam pendidikan. Seiring dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. semua negara dalam menghadapi arus globalisai, sebab daya saing. pergeseran era akan daya saing yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. Imam Munandar,2013

BAB I PENDAHULUAN. mental yang baik agar siap untuk terjun dan bersaing di dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan. mendukung pendapatan rumah tangga (dalam Kuncoro, 2000:15).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memberikan apresiasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan diperlukan pembangunan pendidikan. Salah satu orientasi pembangunan pendidikan dewasa ini adalah peningkatan kualitas penyelenggaraan pembelajaran dalam tingkat satuan pendidikan yang paling kecil yaitu sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang membekali anak dengan pemahaman, sikap, dan keterampilan agar mereka dapat merubah dirinya menjadi sosok yang lebih baik. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pembelajaran tersebut memiliki peranan sentral dalam upaya mewujudkan peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Menurut Abin Syamsudin (2005:154), Dalam konteks pendidikan formal kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan upaya yang paling strategis untuk mewujudkan tujuan institusional yang diemban oleh lembaga tersebut. Sehingga pendidikan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan formal diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam kawasan ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat membuahkan hasil kepada siswa berupa nilai tes yang baik dan dapat membentuk perilaku siswa. Mutu pendidikan dan keberhasilan dalam proses pembelajaran ditandai dengan prestasi pada siswa dan perubahan perilaku sebagai ukurannya. Hal ini berarti berhasil tidaknya proses bergantung pada tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, setelah mengalami proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu semua peserta didik diharapkan 1

2 menunjukkan perilaku positif sebagai prestasi belajar. Sehingga penyelenggaraan proses pendidikan harus dapat memenuhi kriteria keberhasilan yang optimal. Indikator yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan menurut Uzer Usman (dalam Rosalina, 2007:8), adalah : a. Daya serap terhadap mata pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara individu maupun kelompok. b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruktusional khusus telah dicapai siswa baik secara individu maupun kelompok. Banyak siswa yang telah melakukan pembelajaran sulit untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari sikap, keterampilan dan pemahaman secara kreatif dan inovatif. Mereka mengaplikasikannya kurang memahami pelajaran dan tidak tahu untuk memulai perubahannya dari mana. Siswa hanya terpaku pada materi, tes, dan nilai yang ingin mereka dapatkan. Padahal yang dituntut dalam sebuah pembelajaran adalah siswa tahu, mengerti, memahami dan menerapkan dalam kehidupannya, seperti perubahan pada sikap. Seperti pada mata pelajaran kewirausahaan, siswa tidak hanya mengetahui apa arti kewirausahaan, tetapi bagaimana siswa masuk dalam dunia kewirausahaan itu. Siswa bisa berwirausaha dari hal yang terkecil di kehidupannya. Banyak siswa tidak dapat memulai perubahan itu karena dasar kewirausahannya pun mereka tidak punya. Mereka tidak berani untuk memulai dari dirinya sendiri, karena besarnya gengsi, rasa takut yang berlebih akan kegagalan yang seringkali menghantuinya dan tidak berani menanggung resiko yang mungkin nanti mereka dapatkan.

3 Tabel 1. 1 Nilai Siswa Praktek Usaha Kecil Kelas Jumlah Siswa Rata-rata Nilai XI AP 1 45 siswa 72,3 XI AP 2 46 siswa 72,8 XI AP 3 45 siswa 72,6 Jumlah 136 siswa 72,6 Sumber: Guru Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas XI Administrasi Perkantoran Data jumlah diambil data dari tiga kelas, yaitu XI AP 1, XI AP 2, XI AP 3 yang melakukan praktek pada Semester Tiga Tahun Pelajaran 2010/2011. Kegiatan dilakukan pada jam mata pelajaran Kewirausahaan, yaitu dua jam normal. Praktek yang mereka jalani adalah praktek usaha kecil. Guru memberikan tugas kepada siswa secara kelompok yang beranggotakan lima sampai enam orang untuk membuat suatu usaha makanan kecil yang mereka kelola sendiri mulai dari modal awal, pembelian bahan-bahan, peralatan yang dibutuhkan, pembuatan makanan, sampai kepada penjualan di lingkungan sekolah. Makanan yang dijual kebanyakan berupa gorengan, cemilan, kuekue, puding, keripik, dll. Rata-rata modal awal yang mereka keluarkan berkisar Rp. 20.000 Rp. 25.000 per kelompok, dan mereka mendapatkan laba rata-rata Rp. 5.000 Rp. 7. 000 per kelompok. Siswa per orang nya hanya mendapat Rp. 1.000 dari penjualan tersebut. Nilai yang didapat siswa sudah cukup baik dilihat dari modal dan laba yang mereka dapatkan. Tidak ada yang mengalami kerugian. Padahal untuk mendapat laba yang cukup besar bisa mereka dapatkan, bila dalam

4 proses penjualan mereka memakai A3 (Attitude, Attention, Action). Padahal itu yang paling penting dalam berwirausaha kecil seperti ini. Karena walaupun produk yang mereka buat enak, murah dan menarik tetapi A3 nya tidak ada, pembeli tidak akan membeli bahkan melirik pun tidak. Mereka tidak menyediakan sample dan juga trik misalnya beli dua gratis satu atau yang lain yang bisa menarik pembeli. Siswa hanya memaksa temannya agar membeli produknya, yang mereka targetkan produknya habis, dan mendapatkan laba walaupun sedikit tanpa mempraktekkan ilmu yang telah mereka dapatkan pada mata pelajaran Kewirausahaan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mempunyai tujuan yaitu menciptakan atau menyiapkan peserta didik agar dimana lulus nanti mereka sudah mempunyai kemampuan dan sikap bekerja di bidangnya masingmasing. Salah satu usaha yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah meningkatkan prestasi belajar dan mengubah sikap siswa. Siswa yang telah berhasil mengubah sikap kewirausahaannya dapat dengan mudah mendapatkan prestasi yang baik dan juga kemudahan dalam bekerja di perusahaan atau membuka usaha sendiri dengan menerapkan usaha yang kreatif dan inovatif. Sehingga dalam pelajaran siswa akan lebih mudah memahami karena mereka telah bisa menerapkan dalam kehidupan maupun di lapangan, mereka mempunyai gambaran akan sulit dan mudahnya bekerja di lapangan daripada yang hanya memahani materi saja. Mereka tidak akan takut akan persaingan yang ada di sekitar, karena mereka dapat mencari peluang usaha. Mereka pun tidak akan takut menghadapi kegagalan, karena kegagalan

5 adalah langkah awal memulai kesuksesan. Seorang wirausaha harus belajar dari pengalaman yang terjadi, baik pengalaman sukses maupun pengalaman gagal. Berdasarkan pengalaman kegagalan wirausahawan tersebut, wirausahawan akan mengambil hikmah sehingga akan mempelajari kegagalan dan mengubahnya menjadi sebuah langkah menuju keberhasilan usaha. Bila siswa tidak ada sedikitpun perubahan pada sikap kewirausahannya, mereka akan sulit dalam pelajaran, apalagi di lapangan kelak setelah mereka lulus sekolah. Siswa akan takut memulai suatu usaha, karena mereka dihantui oleh kegagalan dan resiko yang akan ditanggung. Siswa yang belum mengalami perubahan akan sulit menciptakan usaha yang kreatif dan inovatif. Mereka tidak bisa mendayagunakan modal dan memantapkan strategi usaha. Bila dasar wirausaha saja sudah tidak ada, mereka tidak dapat meminimalisir resiko, membaca pangsa pasar, mencari peluang usaha, apalagi mencapai keberhasilan usaha. Melihat kesenjangan di atas, seharusnya ada inovasi yang bisa menumbuhkan kemauan, kemampuan dan cara berfikir pada siswa. Diperlukan temuan dan faktor yang sangat mempengaruhi perubahan pada sikap kewirausahaan siswa yang dapat memacu semangat siswa, tentunya pengaruh eksternal. Sebagai salah satu tawaran untuk memberikan pemecahan terhadap masalah tersebut, diperlukan adanya upaya serius dari semua pihak untuk menciptakan suatu temuan yang kreatif terhadap alternatif solusi. Salah satu alternatif yang mungkin diberikan adalah dengan menumbuhkan sikap

6 kemandirian, kreatif dan inovatif yang dipengaruhi oleh kinerja dan motivasi guru. Langkah ini merupakan langkah yang efektif karena tumbuh secara internal dan juga eksternal. Pemikiran tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suryana (2003:6) yaitu Kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Berdasarkan tinjauan tersebut penulis mempunyai pemahaman, bahwa terbentuknya jiwa kewirausahaan akan banyak dipengaruhi oleh lingkungan yang berupa rangsangan untuk siswa. Sekolah adalah lingkungan yang paling berpengaruh terhadap perubahan sikap kewirausahaan siswa. Karena di sekolah siswa diberikan materi tentang kewirausahaan dan juga guru yang sangat berperan. Siswa pun harus bisa berfikir secara kreatif dan inovatif untuk mengembangkannya agar tercapai suatu perubahan yang maksimal. Perilaku kewirausahaan menurut Miftah Toha (1995:35) adalah hal-hal yang menyangkut tentang kemampuan, kebutuhan, cara berfikir untuk menentukan perilaku pengalaman dan reaksi-reaksi efektif. Persoalannya adalah adakah faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi sikap kewirausahaan siswa itu? 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Secara garis besar terdapat dua faktor utama yang sangat menentukan dalam pencapaian prestasi belajar dan perubahan perilaku, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal secara lain yaitu minat, bakat,

7 motivasi, kebiasaan belajar, kondisi fisik, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal antara lain berupa kondisi alam, lingkungan, guru, dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut sangat memegang peranan penting dalam perubahan perilaku kewirausahaan karena faktor-faktor tersebut sering berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang saling melengkapi serta menunjang dalam perubahan sikap kewirausahaan. Salah satu faktor internal yang memiliki pengaruh besar adalah motivasi dari siswa itu sendiri. Sedangkan salah satu faktor eksternal yang dianggap dapat mempengaruhi prestasi belajar dan sikap adalah guru. Guru merupakan kunci dalam setiap upaya peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Di tangan guru lah mutu pendidikan dapat diupayakan ke arah yang lebih baik. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan dijadikan tokoh identifikasi diri. Berdasarkan uraian lingkup permasalahan di atas akan penulis batasi dalam bentuk identifikasi masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran kompetensi pedagogik guru di SMK Sangkuriang 1 Cimahi? 2. Bagaimana gambaran sikap kewirausahaan siswa di SMK Sangkuriang 1 Cimahi? 3. Adakah pengaruh kompetensi pedagogik guru pada sikap kewirausahaan siswa pada mata pelajaran kewirausahaan di SMK Sangkuriang 1 Cimahi?

8 1.3 Tujuan Penelitian Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas, dan tolak ukur keberhasilan yang dapat dijadikan pedoman untuk dapat dipergunakan sebagai bahan kajian dalam rangka penyusunan penelitian ini. Maka dalam penelitian ini penulis merumuskan maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai sikap kewirausahaan. Data ini dijadikan bahan analisis apakah kompetensi pedagogik guru memiliki pengaruh terhadap sikap kewirausahaan atau tidak. Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai penelitian ini untuk mengetahui : 1. Gambaran kompetensi pedagogik guru dalam mata pelajaran kewirausahaan 2. Gambaran sikap kewirausahaan siswa dalam mempelajari mata pelajaran kewirausahaan 3. Adakah pengaruh kompetensi pedagogik guru pada sikap kewirausahaan siswa pada mata pelajaran kewirausahaan. 1.4 Kegunaan Hasil Penelitian 1. Kegunaan Teoretik Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna secara teoretik sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan lebih luas, terutama dalam mengembangkan ilmu kewirausahaan, diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi bahan rekomendasi bagi usaha pengembangan sikap

9 kewirausahaan yang mantap terutama dalam rangka meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMK Sangkuriang 1 Cimahi. 2. Kegunaan Praktis Bagi penulis sendiri secara praktis dan aplikatif akan mampu meninhkatkan wawasan kewirausahaan dan dapat memberikan pengalaman berharga bagi penulis dalam melakukan penelitian.