UJI TARIK DAN PENGARUH VARIASI POLA PILINAN BAMBU TERHADAP KUAT LEKAT BALOK BETON NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

UJI CABUT TULANGAN BAMBU DENGAN VARIASI JARAK KAIT DARI KLEM SELANG NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM

ABSTRAK. Kata kunci: Tulangan Bambu Pilin, Tulangan Baja, Peningkatan Rasio Tulangan, Kuat Lentur, Pola Retak. ABSTRACT

PENGARUH POLA TULANGAN GESER BAMBU PADA PENGUJIAN GESER-LENTUR BALOK NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PENGARUH PEMAKAIAN KLEM SELANG TERHADAP BEBAN MAKSIMUM PADA SAMBUNGAN BALOK-KOLOM BETON BERTULANGAN BAMBU NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PENGARUH VARIASI UKURAN TULANGAN DAN PENGGUNAAN KLEM SELANG TERHADAP KUAT CABUT TULANGAN BAMBU

PERBANDINGAN KAPASITAS KUAT LENTUR PADA BALOK TULANGAN BAMBU PILIN DENGAN KULIT DAN TANPA KULIT

Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

PENGARUH VARIASI IKATAN UJUNG TERHADAP KUAT LENTUR BETON TULANGAN BAMBU PILIN

PENGARUH JENIS KAIT TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU DENGAN PENGAIT PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

TINJAUAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU DENGAN BETON

PENGARUH RASIO TULANGAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU DENGAN KAIT. Ronny Setiawan, Sri Murni Dewi, Eva Arifi

KUAT LEKAT TULANGAN PADA BERBAGAI VARIASI MUTU BETON NORMAL

KAPASITAS LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 CM DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana

PENGARUH JARAK KAIT TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU DENGAN KAIT NASKAH TERPUBLIKASI TEKNIK SIPIL

Kapasitas Lentur Balok Beton Tulangan Bambu Ori Takikan Jarak 20 dan 30 mm

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT

INTERAKSI JENIS KAIT DAN JARAK ANTAR KAIT TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN PENGAIT NASKAH TERPUBLIKASI TEKNIK SIPIL

KEKUATAN LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON DAN BATA RINGAN TULANGAN BAMBU DENGAN VARIASI MUTU BETON PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

Rahmi Aulia, Sri Murni Dewi, Ming Narto Wijaya

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG TULANGAN BAMBU PILIN TERHADAP UJI GESER-LENTUR BALOK NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PEMERIKSAAN TEGANGAN LEKAT BETON DENGAN VARIASI LUAS TULANGAN

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

BAB I PENDAHULUAN. Beton adalah material buatan yang sejak dahulu telah digunakan dalam bidang

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL

PONDASI PRACETAK BAMBU KOMPOSIT

APLIKASI RAJUTAN BAMBU SEBAGAI TULANGAN BALOK BETON. Application of Knitted Bamboo For Concrete Reinforcement Beams

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

Jhohan Ardiyansyah, et al.penentuan Lendutan Pelat Beton Bertulang Bambu dan Baja...

PENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S)

ANALISIS DAN PENGUJIAN PERILAKU DARI VARIASI LUBANG PADA BATANG ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PENAMPANG PERSEGI TERHADAP BEBAN LENTUR

PENGARUH MUTU BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN KAIT SKRIPSI TEKNIK SIPIL

PEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK

PERBANDINGAN KUAT LENTUR SATU ARAH PELAT BETON TULANGAN BAMBU DENGAN PELAT BETON TULANGAN BAMBU ISI STYROFOAM PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA

PERILAKU MEKANIK BETON BERONGGA MENGGUNAKAN AIR LAUT

PENGARUH PANJANG SAMBUNGAN LEWATAN LEBIH DARI SYARAT SNI TERHADAP KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG TULANGAN BAJA ULIR

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

INTERAKSI RASIO TULANGAN BAMBU DAN MUTU BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN KAIT NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK

PERILAKU LEKATAN TULANGAN ULIR TERHADAP MATERIAL SCC (067M)

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

PENGARUH BESAR DAN POSISI BEBAN TERHADAP MOMEN, DEFLEKSI DAN REGANGAN PADA BALOK MELINTANG JEMBATAN KOMPOSIT BAMBU

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

INTERAKSI KEKUATAN LENTUR DAN BERAT VOLUME PELAT BETON RINGAN TUMPUAN SEDERHANA BERTULANGAN BAMBU PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

TINJAUAN REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN SEJAJAR

PERILAKU BALOK KOMPOSIT KAYU PANGGOH BETON DENGAN DIISI KAYU PANGGOH DI DALAM BALOK BETON

ANALISIS KUAT GESER STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN LUBANG HOLLOW CORE PADA TENGAH PENAMPANG BALOK NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TERHADAP MEKANISME DAN POLA RETAK KOLOM BERTULANGAN RINGAN AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

I. PENDAHULUAN. Beton dan bahan dasar butiran halus (cementitious) telah digunakan sejak

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM DENGAN POSISI KULIT DI SISI DALAM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan laju pembangunan yang semakin pesat, beton telah banyak

KEKUATAN LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON DAN BATA RINGAN TULANGAN BAMBU DENGAN VARIASI TINGGI BATA RINGAN PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

PENGARUH PANJANG SAMBUNGAN LEWATAN TULANGAN BAJA POLOS TERHADAP KUAT LENTUR PADA BALOK KANTILEVER BETON BERTULANG

BAB III LANDASAN TEORI

KUAT LEKAT TULANGAN POLOS BAMBU (ORI, PETUNG, WULUNG)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

PENGARUH PELAPISAN CAT PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT LENTUR BALOK TUMPUAN SEDERHANA BERAGREGAT BATU PUMICE

ANALISIS EFEKTIVITAS BETON BERTULANG BAMBU DENGAN STRAND BAMBOO (SBW) PADA BANGUNAN AIR. Oleh :

KUAT LENTUR BALOK TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 15 CM

PERILAKU LENTUR KOLOM BETON PIPIH DENGAN TULANGAN BAMBU

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 15 CM

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU ORI BERTAKIKAN TIPE U JARAK TAKIKAN 5 CM

KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU BENDING CAPACITY OF BAMBOO REINFORCED CONCRETE PLATE

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAMBU TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANG BAMBU DENGAN AGREGAT KASAR BATU PUMICE PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

JURNAL TUGAS AKHIR VARIASI CURING TERHADAP LEKATAN ANTARA TULANGAN DAN BETON YANG MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN PASIR LAUT

KAJIAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE V SEJAJAR DAN TIDAK SEJAJAR DENGAN JARAK TAKIKAN 4 CM DAN 5 CM PADA BETON NORMAL

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON DENGAN TULANGAN MODEL RANGKA DARI KAYU MERANTI DENGAN VARIASI JARAK ANTAR BEGEL

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU WULUNG BERTAKIKAN TIPE U JARAK TAKIKAN 5 CM

SIFAT-SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU KERUING - SENGON. Oleh : Lorentius Harsi Suryawan & F. Eddy Poerwodihardjo

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sengkang (TPSK) disimpulkan sebagai berikut : 1. Beban retak pertama pada balok beton ringan citicon variasi sengkang 200

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

Gambar 1 PENGARUH KONFIGURASI BAJA DAN FAKTOR KELANGSINGAN TERHADAP KAPASITAS TEKAN KOLOM

KUAT LEKAT DAN PANJANG PENANAMAN TULANGAN BAMBU PETUNG DAN BAMBU TALI PADA BETON NORMAL

KAJIAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU ORI TAKIKAN BENTUK V DENGAN JARAK ANTAR TAKIKAN 2 CM DAN 3 CM PADA BETON

PEMBANDINGAN KEKUATAN TARIK TULANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BRINEL DAN MENGGUNAKAN UTM (UNIVERSAL TEST MACHINE)

STUDI EKSPERIMENTAL MOMEN BATAS PADA PELAT BERUSUK AKIBAT PEMBEBANAN MERATA

Transkripsi:

UJI TARIK DAN PENGARUH VARIASI POLA PILINAN BAMBU TERHADAP KUAT LEKAT BALOK BETON NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL Ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik MARIA VERONIKA JAHURANTO NIM. 135060101111053 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2017

Tarik dan Pengaruh Variasi Pola Pilinan Bambu terhadap Kuat Lekat Balok Beton Tensile Test and Effects of Variation of Knitted Bamboo on The Bonding Stress of Concrette Beam Maria Veronika Jahuranto, Devi Nuralinah, Alwafi Pujiraharjo Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 - Telp (0341)567886 Email : inkaveronika071195@gmail.com ABSTRAK Morisco (1999) menyelidiki bahwa bambu dapat digunakan sebagai pengganti tulangan baja karena mempunyai kekuatan tarik yang tinggi mendekati baja struktur. Bambu memiliki kelemahan yaitu pada sifat kembang susutnya karena sifatnya yang higroskopis yang menyebabkan berkurangnya kuat lekat dengan beton sehingga sangat rentan terjadi slip. Untuk itu bambu perlu diberikan perlakuan khusus untuk meningkatkan daya lekat antara tulangan dengan beton dengan cara dipilin. Pada penelitian ini akan diteliti lebih lanjut tentang kuat tarik bambu dan pengaruh variasi pola pilinan terhadap kuat lekat beton bertulangan bambu. Dicoba 3 pola pilinan untuk mengetahui pola pilinan mana yang dapat memberikan kuat lekat terbaik. Sebagai kontrol digunakan tulangan bambu polos berukuran 0,7cm x 0,7 cm. Hasil pengujian hasil kuat tarik bambu sebesar 48,90 Mpa dan berdasarkan hasil pengujian pull out bambu didapatkan hasil kuat lekat bambu sebesar 1,18 MPa yang berasal dari tulangan bambu polos. Pada tulangan bambu pilin didapatkan tegangan tarik maksimum sebesar 85,85 Mpa yang berasal dari pola 1. Tulangan bambu pilin belum memperlihatkan perilaku cabut saat pengujian pull out sehingga belum dapat diketahui besarnya lekatan antara bambu pilin dengan beton. Namun, lekatan antara tulangan bambu pilin dengan beton yang terjadi cukup bagus jika dilihat dari mutu beton yang melebihi rencana. Dimana pada beton dengan mutu diatas rencana tulangan tidak mengalami pergeseran atau tercabut saat dilakukan uji pull out karena adanya ikatan yang kuat antara beton dengan tulangan bambu pilin. Kata Kunci: Bambu Pilin, Tarik, Pull Out, Kuat Tarik, Kuat Lekat. ABSTRACT Morisco (1999) investigated that bamboo can be used as a substitute for steel reinforcement because it has a high tensile strength approaching the steel structure. Bamboo has a weakness in the development of shrinkage because its hygroscopic nature causes a strong decrease that attached to the concrete so it is very susceptible to slip. Hence, special treatment on bamboo to increase the adhesiveness between reinforcement with concrete by way of twisted. Is needed the tensile strength of bamboo and the effect of variation of knitted bambu on the bonding strength of concrette beam. There are 3 patterns of knitted bamboo to knows which pattern have the best bonding stress. As a control, plain bamboo reinforcement which size 0.7cm x 0.7 cm was used. The result of tensile strength test bamboo shows that is 48,90 Mpa and pull out test result, the obtained bonding stress bamboo is 1.18 MPa from plain bamboo reinforcement. In knitted bamboo reinforcement, the maximum tensile strength 85.85 Mpa is obtained from the pattern 1. The bamboo reinforcement curve has not shown the pull behavior on the pull out test, so the influence of variation of knitted pattern to bonding stress of bamboo can not be seen. However, the bonding between bamboo reinforcement and concrete is quite good when viewed from the quality of concrete that exceeds the design. Where on the concrete with the quality exceeds the design of reinforcement, doesn t have a shift or pulled out when carried out pull out test because of the strong bond between the concrete with knitted bamboo reinforcement. Keywords: Knitted Bamboo, Pull Test, Pull Out Test, Bonding Stress, Tensile Stress.

1. PENDAHULUAN Secara umum, beton merupakan material utama dalam sebuah konstruksi bangunan yang terdiri dari campuran semen, pasir dan agregat. Beton dipilih sebagai material utama karena memiliki kuat tekan yang besar, namun memiliki kelemahan yaitu beton memiliki kuat tarik yang lemah. Sehingga, dibutuhkan tulangan tarik yang berasal dari baja untuk menahan kuat tarik yang terjadi. Baja digunakan sebagai tulangan karena memiliki kuat leleh yang tinggi. Namun, akibat semakin meningkatnya permintaan tulangan baja berdampak pada harga dari tulangan baja yang semakin mahal. Selain memiliki harga yang relatif tinggi baja merupakan material yang tidak dapat diperbaharui karena menggunakan bahan tambang untuk pembuatannya dan juga tidak ramah lingkungan. Sehingga dibutuhkan inovasi material pengganti baja yang memiliki kuat tarik yang menyerupai baja dengan harga yang murah dan ramah lingkungan. Morisco (1999) menyelidiki bahwa bambu dapat digunakan sebagai pengganti baja tulangan yang mempunyai kekuatan tarik yang tinggi mendekati kekuatan baja struktur. Bambu merupakan material yang murah dan ramah lingkungan. Selain itu bambu ketersediaannya masih sangat melimpah di alam khusunya di Indonesia. bambu memiliki kuat tarik tinggi dimana untuk beberapa jenis bambu memiliki kuat tarik yang hampir sama dengan baja. Sebelum diaplikasikan untuk beton bertulang perlu dikaji lebih lanjut terutama kuat lekat antara beton dengan tulangan bambu. Bambu memiliki kelemahan yaitu pada sifat kembang susutnya karena sifatnya yang higroskopis yang menyebabkan berkurangnya kuat lekat dengan beton sehingga sangat rentan terjadi slip. Untuk itu bambu perlu diberikan perlakuan khusus untuk meningkatkan daya lekat antara tulangan dengan beton. Pada penelitian ini akan diteliti lebih lanjut tentang pengaruh variasi pola pilinan terhadap kuat lekat beton bertulangan bambu. Bambu yang sudah dipilin diharapkan dapat meningkatkan kuat lekat dimana berdasarkan penelitian sebelumnya dijelaskan, setelah bambu dipilin untaian tulangan bambu akan terisi oleh beton yang dapat menambah kuat lekat dari beton tersebut. Penelitian ini akan menggunakan 3 variasi pola rajutan yang akan digunakan untuk pull out test di laboratorium. Sehingga dari 3 variasi pilinan didapatkan pola pilinan mana yang menghasilkan kuat lekat terbaik untuk selanjutnya diteruskan pada uji lentur. 2. TINJAUAN PUSTAKA Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai bambu terutama penggunaannya sebagai tulangan untuk pengganti tulangan baja. Dalam penelitian tersebut dapat dibuktikan bahwa tulangan bambu memiliki kekuatan yang hampir sama dengan baja dan cocok digunakan sebagai pengganti tulangan baja untuk beton bertulang. Surjokusumo dan Nugroho tahun 1993 membuktikan bahwa bambu dapat digunakan sebagai tulangan beton bertulang. Bambu dapat digunakan sebagai pengganti tulangan baja karena memiliki kekuatan tarik tinggi yang mendekati baja struktur (Morisco, 1999). Seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.3. Gambar 1. Diagram tegangan-regangan bambu dan baja Sumber : Morisco (1999) Kuat tarik rata-rata bambu petung bagian pangkal yang tertinggi pada bambu dewasa dan terendah pada bambu muda. Kuat tarik bambu petung bagian pangkal akan meningkat dari umur muda ke umur dewasa dan menurun pada umur tua (Sidik Mustafa, 2005). Kekuatan tarik rata-rata dalam keadaan kering oven bambu petung adalah 1900 kg/cm2 (tanpa nodia) dan 1160 kg/cm2 (dengan nodia). Ditinjau dari posisi potongan bambu, kekuatan tarik rata-rata bambu petung pada bagian pangkal 2278 kg/cm2, bagian tengah 1770 kg/cm2 dan bagian ujung 2080 kg/cm2 (Morisco, 1999). Patturrahman dan kusuma (2003) melakukan penelitian tentang Aplikasi Bambu Pilinan Sebagai Tulangan Balok Beton menyatakan bahwa bambu memiliki peluang untuk digunakan sebagai tulangan balok beton, khususnya untuk struktur sederhana. Khosrow Gavami (2004) juga menyatakan bahwa tulangan bambu dapat menggantikan tulangan baja dan telah diterapkan di dalam beberapa konstruksi bangunan sederhana. Namun perlu ditinjau kembali mengenai sifat bambu yaitu higroskopis dimana dapat mempengaruhi kembang susut bambu yang akan mengakibatan berkurangnya lekatan antara beton dan tulangan bambu. Untuk itu diperlukan zat pelapis yang dapat menutupi rongga pada batang bambu agar kembang susut dapat dicegah. Percobaan kuat lekat yang dilakukan pada bambu menghasilkan ikatan antara tulangan bambu dengan beton terbaik setelah diberikan zat pelapis sikadur 32 dibandingkan tanpa diberikan zat pelapis (Agarwal Atul, 2014). Abdul Rocbman (2005) melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Kinerja Tulangan Bambu Pada Balok Beton Bertulang Dengan Cara Perbaikan Kuat Lekat.

Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perbaikan kuat lekat setelah bambu divernis dan dipilin. Hasil penelitian membuktikan bahwa kinerja tulangan bambu pada balok beton meningkat cukup signifikan setelah diberikan perbaikan kuat lekat. Agostinho Francisco Pinto (2016) melakukan penelitian yang berjudul Aplikasi Rajutan Bambu Sebagai Tulangan Balok Beton. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi tulangan bambu untuk meningkatkan kapasitas dari balok dengan cara merajut tulangan bambu menjadi satu kesatuan tulangan. Dan menyatakan adanya peningkatan kapasitas lentur maksimum dan berkurangnya lendutan untuk beton dengan tulangan bambu yang dirajut. 3. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Konstruksi Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang. uji tarik yang digunakan merupakan bilah bambu petung dengan kulit dengan 2 buah variasi yaitu dengan buku dan tanpa buku. Pengujian tarik dilakukan menggunakan Universal Testing Machine (UTM) dengan model pembebanan seperti yang tertera pada Gambar 2. cara 2 buah tulangan 0,4 x 0,4 cm mengikat tulangan berukuran 0,5, dan pola 3 tulangan dipilin dengan cara dipuntir. Digunakan tulangan bambu polos berukuran 0,7 cm x 0,7 cm sebagai tulangan kontrol. Setiap pola pilinan terdiri dari 3 batang bambu sepanjang 124 cm. Gambar 4 sampai 6 menunjukan variasi pola pilinan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 1. Faktor Pull Out Faktor Taraf/Level Keterangan A (Pola Pilinan) A 0 Tanpa pilinan A 1 Pola 1 A 2 Pola 2 A 3 Pola 3 B (Pelapis) B 1 Sikadur Gambar 4. Pola Pilinan 1 Gambar 5. Pola Pilinan 2 Gambar 6. Pola Pilinan 3 Gambar 2. Pengujian Tarik Pemberian beban dilakukan menggunakan loadcell yang ditempatkan diantara 2 buah balok beton. Beban akan diberikan sampai mencapai beban maksimum yang menyebabkan benda uji runtuh runtuh. Gambar 7 menunjukan skema pengujian pull out. Balok bertulangan bambu yang digunakan dalam pengujian pull out berukuran 40 cm x 15 cm x 30 cm yang dibenamkan dua buah tulangan bambu pilin seperti yang terdapat pada gambar 3. Gambar 7. Skema Pengujian Pull Out Gambar 3. Skema Pull Out Tabel 1 menunjukan variasi dari benda uji pull out. Dengan variasi sampel 3 buah pola pilinan ukuran 0,4 cm x 0,4 cm masing-masing batang untuk pola 1 dan 3 sedangkan untuk pola 2 ukuran 0,4 cm x 0,4 cm sebanyak 2 buah dan 1 buah yang di tengah berukuran 0,5 cm x 0,5 cm. Pola 1 dipilin menyerupai kepang rambut, pola 2 dipilin dengan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tarik Pengujian tarik dilakukan setelah persiapan benda uji yaitu berupa perendaman NaOH dan perampingan daerah luasan tarik bambu. Hasil dari pengujian tarik merupakan yang menyebabkan bambu terputus. Hasil tegangan tarik ditunjukan dalam Tabel 2. Dan hasil regangan bambu ditunjukan pada Tabel 3.

Kuat Tekan Tabel 2. Tegangan Tarik Bambu b Dimensi t L 0 (kn) Tegangan BK-1 1,83 1,341 5,05 12 48,90 BK-2 1,55 1,25 5 11 56,77 BK-3 1,9 1,4 4,87 10 37,59 BK-4 1,80 1,27 5,5 11 48,21 BK-5 1,80 1,27 5,3 12,5 54,78 TBK-1 1,64 1,067 5,1 7,5 42,96 TBK-2 1,57 1,01 4,8 8,5 53,72 TBK-3 1,57 1,03 5,3 10,5 65,07 TBK-6 1,5 1,2 5 8,5 47,22 TBK-7 1,22 1 5 8 65,57 Tabel 3. Regangan Bambu Dimensi L 0 b t L Regangan maks BK-1 1,83 1,34 5,05 2 0,40 BK-2 1,55 1,25 5 12 2,40 BK-3 1,9 1,4 4,87 1 0,21 BK-4 1,80 1,27 5,5 1,6 0,29 BK-5 1,80 1,27 5,3 1,7 0,32 TBK-1 1,64 1,07 5,1 1 0,20 TBK-2 1,57 1,01 4,8 1,1 0,23 TBK-3 1,57 1,03 5,3 1,35 0,26 TBK-6 1,5 1,2 5 0,8 0,16 TBK-7 1,22 1 5 1,1 0,22 Keterangan: BK = Dengan buku dan dengan kulit TBK = Tanpa Buku dan dengan kulit Berdasarkan 10 sampel yang digunakan dalam pengujian tarik, 9 dari 10 benda uji mengalami slip pada daerah yang dijepit sehingga tidak mencapai kondisi putus. uji yang berhasil mengalami putus saat pengujian tarik yaitu BK-1 dengan = 12 kn. Sehingga tegangan leleh bambu nilainya akan sama dengan tegangan putus bambu dengan fy = 48,90 MPa. 4.2 Pengujian Tekan uji silinder diuji setelah umur beton 10 hari setara dengan umur beton 28 hari karena adanya penambahan admixture. Hasil pengujian kuat tekan beton ditampilkan pada Tabel 4 dan Gambar 8. Pengujian kuat tekan beton silinder mutu beton rencana 20 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 25,93 MPa. Tabel 4. Pengujian Tekan No Nama P (N) A (mm2) Kuat Tekan (Mpa) 1 A3B1 1 418000 17671,46 23,65 2 A3B1 2 510000 17671,46 28,86 3 A2B1 2 531000 17671,46 30,05 4 A2B1 1 503000 17671,46 28,46 5 A1B1 1 531000 17671,46 30,05 6 A1B1 2 576000 17671,46 32,60 7 A0B1 1 418000 17671,46 23,65 Ratarata 26,06 29,26 31,32 8 A0B1 2 185000 17671,46 10,47 17,06 Rata-Rata 25,97 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Kuat Tekan Rata-rata Gabungan 17,061 31,322 29,25626,26 Gambar 8. Kuat Tekan Rata-rata 4.3 Pengujian Pull Out Pengujian pull out digunakan untuk mencari nilai beban maksimum yang dapat ditahan akibat lekatan antara tulangan bambu pilin terhadap beton. Nilai beban maksimum yang didapat digunakan untuk menghitung tegangan lekat yang dimiliki oleh tulangan bambu pilin seperti yang terdapat pada Tabel 5 dan Gambar 9. Tabel 4. Beban Maksimum Pengujian Pull Out ke- Pull Out (kg) A 0 B 1 1 2700 2 2600 1 2300 A 1 B 1 2 2150 1 1050 A 2 B 1 2 1250 1 1300 A 3 B 2 2 1250 Sumber: Hasil Percobaan A0B1 A1B1 A2B1 A3B1

Beban (Kg) Gabungan 2800 2600 2400 2200 A2B1 1 2000 A3B1 1 1800 1600 A3B1 2 1400 1200 A2B1 2 1000 800 A0B1 1 600 400 A0B1 2 200 0 A1B1 1 0-1 -2-3 -4-5 -6-7 -8-9 -10-11-12-13-14 Displacement (mm) Gambar 9. Grafik Kenaikan Beban dan Perpindahan 4.4 Analisis Pola Keruntuhan Tulangan Bambu Pilin Pada penelitian kali ini berdasarkan pengujian pull out yang dilakukan, 6 dari 8 benda uji mengalami keruntuhan tarik. 6 diantaranya merupakan tulangan bambu pilin dan 2 yang mengalami keruntuhan cabut merupakan tulangan tanpa pilinan yang dijadikan sebagai kontrol. Yang terdapat pada Gambar 9 dan Gambar 10. Sehingga pada tulangan bambu pilin tidak dapat diketahui tegangan lekat yang terjadi, namun dapat dicari tegangan tarik yang menyebabkan tulangan runtuh. Gambar 10. Pola Keruntuhan Tarik Gambar 11. Pola Keruntuhan Cabut 4.5 Perhitungan dan Tegangan pada Bambu Berdasarkan pola keruntuhan tulangan, tulangan bambu tanpa pilinan yang dapat dihitung tegangan lekat yang terjadi, sedangkan pada 6 tulangan bambu pilin yang keruntuhan tarik dapat dihitung tegangan tarik yang terjadi. Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukan Tegangan Lekat dan Tegangan Tarik yang terjadi. Tabel 6. Tegangan Lekat ke- (kg) Rata- Rata (kg) Tegangan Lekat (kg/cm2) Tegangan Lekat A 0 B 1 1 1350 1325 11,83 1,18 2 1300 Tabel 7. Tegangan Tarik A 1 B 1 a 2 b 1 ke- (kg) 1 1150 2 1075 1 525 2 625 Rata-Rata (kg) Kuat Tarik (kg/cm2) Kuat Tarik 1112,5 858,41 85,84 575 443,67 44,37 1 650 A 3 B 1 637,5 491,90 49,19 2 625 4.6 Pengaruh Variasi Pola Pilinan terhadap Hasil Pengujian Pull Out Pada hasil pengujian pull out didapatkan hasil gaya cabut rata-rata maksimum sebesar 1325 kg. Gaya cabut rata-rata maksimum berasal dari tulangan bambu tanpa dipilin yang merupakan tulangan balok kontrol. Tulangan yang digunakan dalam balok kontrol merupakan tulangan bambu polos berukuran 0,7 cm x 0,7 cm. Untuk variasi pilinan terbesar berasal dari pola 1 yang berbentuk seperti kepangan rambut yaitu sebesar 1112,5 kg. Berdasarkan hasil pengujian pull out, tulangan bambu pilin mengalami keruntuhan tarik sedangkan tulangan bambu tanpa dipilin mengalami keruntuhan cabut. Hal itu menunjukan tulangan bambu tanpa dipilin yang dapat diketahui lekatannya dan untuk tulangan bambu pilin tegangan lekat belum dapat diketahui, namun dapat dicari tegangan tarik yang terjadi. Sehingga pengaruh variasi pola pilinan terhadap kuat lekat beton bertulangan bambu belum dapat terlihat karena tulangan bambu pilin mengalami keruntuhan tarik. 4.7 Pengaruh Kuat Tekan Beton terhadap Hasil Pengujian Pull Out Kuat tekan beton yang dihasilkan berpengaruh terhadap kualitas benda uji yang dihasilkan. Besarnya nilai kuat tekan beton mewakili besar kuat tekan benda uji pull out. Semakin tinggi mutu beton yang dihasilkan semakin baik pula kualitas benda uji pull out. Gambar 12 dan Gambar 13 menunjukan hubungan antara kuat tekan dan besarnya tegangan yang dihasilkan yang dihasilkan.

100 80 60 40 20 Grafik Tegangan Tarik dan f'c 85,84 44,37 31,3 29,3 26,1 49,19 f'c Tegangan Tarik 4.8 Regangan Bambu Pilin Regangan merupakan perbandingan dari pertambahan panjang yang terjadi pada tulangan akibat pemberian beban dan panjang total dari tulangan bambu yang diuji. Tulangan bambu dalam penelitian ini memiliki panjang 1240 mm. Nilai dari regangan bambu pilin ditunjukan pada Tabel 8. Tabel 8. Regangan Bambu Pilin Rata- Regangan ke- Rata (ɛ) (kg) Regangan Rata-Rata 0 Gambar 12. Grafik Tegangan Tarik dan f c 100 80 60 40 20 0 A1B1 A2B1 A3B1 Grafik Tegangan Lekat dan f'c 17,1 A0B1 1,18 f'c Tegangan Lekat Gambar 13. Grafik Tegangan Lekat dan f c Tulangan bambu tanpa dipilin memiliki kuat lekat sebesar 1,18 MPa dan pada tulangan bambu pilin kuat tarik maksimum sebesar 84,85 MPa. Berdasarkan nilai kuat tekan, benda uji yang memiliki nilai kuat tekan yang tinggi akan mengalami keruntuhan tarik yaitu pada tulangan bambu pilin, sedangkan untuk tulangan bambu pilin yang memiliki f c dibawah 20 Mpa mengalami keruntuhan cabut. Terlihat bahwa semakin bagus kualitas beton semakin baik pula ikatan yang terjadi antara tulangan dengan beton, khususnya tulangan bambu. Selain itu dengan diberikan variasi pola pilinan untaian dari bambu pilin akan menambah kekasaran dari bambu sehingga semakin berlambah lekatannya. Namun, besar dari nilai lekatan pada bambu pilin tidak dapat diketahui karena jika tulangan mengalami keruntuhan tarik, maka lekatannya tidak dapat diketahui. Sehingga, pada tulangan bambu pilin lekatan yang terjadi antara bambu dengan beton dapat dikatakan cukup bagus karena beton memiliki kualitas yang bagus yang menyebabkan tulangan bambu tidak mengalami pergeseran atau tercabut saat dilakukan uji pull out. A 0 B 1 1 1325 0,009 0,007 2 0,005 A 1 B 1 1 0,002 1112,5 2 0,005 A 2 B 1 1 0,001 575 2 0,005 A 3 B 1 1 0,003 637,5 2 0,003 Sumber: Hasil Pehitungan 0,003 0,003 0,003 4.9 Perhitungan L Teoritis Perhitungan L teoritis bertujuan untuk mengetahui pertambahan panjang yang terjadi pada bambu berdasarkan perhitungan teoritis. P yang digunakan berasal dari bambu yang dihasilkan dari pengujian pull out. Modulus elastisitas yang digunakan merupakan modulus elastisitas bambu petung berdasarkan penelitian Sidik Mustafa (Universitas Gajah Mada) yaitu sebesar 4719,13 MPa. Dengan panjang awal (L 0) = 1240 mm dan luasan bambu pilin (A) sebesar 129,6 mm 2. Tabel 9 menunjukan perhitungan L teoritis serta perbandingannya dengan L hasil pengujian pull out. Tabel 9. Perhitungan L Teoritis No (N) L Teoritis (mm) L Aktual (mm) Selisih (%) 1 A0B1 1 13500 27,37 10,73 60,80 2 A0B1 2 13000 26,36 6,46 75,49 3 A1B1 1 11500 23,32 4,91 78,94 4 A1B1 2 10750 21,80 5,87 73,07 5 A2B1 1 5250 10,64 0,81 92,39 6 A2B1 2 6250 12,67 6,17 51,31 7 A3B1 1 6500 13,18 3,95 70,03 8 A3B1 2 6250 12,67 3,98 68,59 Pada perhitungan L teoritis menunjukan semakin besar maka semakin besar pula perpindahan yang terjadi. Namun, pada kenyataannya perhitungan teoritis dan aktual berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya rongga udara dalam beton yang dapat mempengaruhi besarnya nilai modulus elastis aktual

balok tersebut. Selain itu adanya efek pilinan yang menambah gesekan antara tulangan dengan bambu yang bisa menambah gesekan antara beton dengan tulangan sehingga perpindahan yang terjadi juga kecil. Oleh karena itu, perhitungan teoritis hanya digunakan sebagai perhitungan pendekatan dari perencanaan yang ada di lapangan. 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengujian tarik didapatkan kuat tarik sebesar 48,90 MPa. Tegangan tarik dapat diperoleh ketika tulangan bambu mengalami putus pada saat diberikan beban Sembilan dari sepuluh sampel benda uji tarik yang dalam pengujian tarik mengalami slip pada daerah yang dijepit Universal Testing Machine (UTM). Sehingga hasil kuat tarik optimum didapat berdasarkan satu sampel yang terputus. Hasil tersebut diperoleh pada sampel bambu dengan kulit dengan ruas. 2. Berdasarkan hasil pengujian pull out bambu pilin untuk 3 variasi pola pilinan dan tulangan bambu tanpa dipilin sebagai kontrol didapatkan rata-rata terbesar untuk tulangan bambu pilin pada pola 1 (kepang rambut) sebesar 1112,5 kg untuk satu buah tulangan. Untuk tulangan balok kontrol didapatkan rata-rata sebesar 1325 kg per satu buah tulangan. 3. Kuat lekat dari tulangan bambu akan berbanding lurus dengan gaya cabut yang diperoleh dari pengujian. Kuat lekat bambu dapat dicari ketika tulangan terputus saat dilakukan pengujian pull out. Enam dari delapan sampel yang dilakukan pengujiantidak terjadi pergeseran atau tercabut melainkan langsung putus ketika mencapai beban maksimum. Keruntuhan tarik berasal dari enam sampel bambu pilin sedangkan dua sampel tulangan tanpa dipilin yang digunakan sebagai kontrol tercabut saat dilakukan pengujian. Sehingga untuk tulangan bambu pilin kuat lekatnya belum dapat diketahui, namun dapat dicari tegangan tarik yang terjadi. Untuk tulangan balok kontrol tanpa pilinan didapatkan hasil tegangan lekat sebesar 1,18 MPa. Untuk tulangan bambu pilin didapatkan kuat tarik maksimum sebesar 84,85 MPa untuk pola 1 (kepang rambut). 4. Pengaruh variasi pola pilinan terhadap kuat lekat beton bertulangan bambu belum dapat ditentukan karena terjadi keruntuhan tarik pada benda uji bambu pilin. Tegangan lekat dapat dicari jika tulangan mengalami kegagalan cabut atau mengalami pergeseran akibat berkurangnya ikatan antara beton dengan tulangan karena adanya pemberian beban. Sehingga, lekatan antara tulangan bambu pilin dengan beton cukup bagus karena adanya pengaruh mutu beton yang melebihi rencana yang menyebabkan tulangan tidak mengalami pergeseran atau tercabut saat dilakukan uji pull out karena adanya ikatan yang kuat antara beton dengan tulangan bambu pilin. 5.2 Saran Selama melaksanakan penelitian, banyak dijumpai kendala baik selama pembuatan maupun pengujian untuk itu diperlukan saran bagi peneliti selanjutnya untuk menunjang penelitian dimasa yang akan datang, antara lain sebagai berikut: 1. Pemberian perlakuan khusus pada benda uji tarik yang akan diuji pada mesin Universal Test Machine (UTM), yaitu lebih diperhatikan lagi daerah bambu yang akan dijepit dengan alat sehingga tidak terjadi selip pada saat pengujian. 2. Teknik pemilinan bambu lebih diperhatikan lagi karena dalam satu buah bilah bambu pasti terdapat buku (nodia), bisa diupayakan agar dalam satu buah tulangan buku (nodia) tidak bertemu pada satu tempat sehingga tidak mengurangi kekuatan bambu yang dihasilkan. 3. Mengubah mutu beton yang direncanakan (diturunkan) agar pada saat pengujian pull out tulangan bambu dapat tercabut tidak putus. 4. Pemadatan benda uji pada saat pengecoran lebih diperhatikan agar beton dapat tercampur secara merata sehingga tidak terdapat ronggarongga pada sisi beton yang dapat mengurangi mutu beton. 5. Perawatan beton yang dilaksanakan secara periodik harus dilakukan semaksimal mungkin agar tidak terjadi penguapan pada beton. 6. Metode pelaksanaan lebih diperhatikan untuk mengurangi kesalahan (human error) dalam penelitian sehingga tidak berpengaruh pada hasil penelitian. 7. Memperhatikan dan mempelajari prosedur kerja dan kinerja alat yang digunakan dalam penelitian. Sehingga kesalahan dalam penelitian dapat diminimalisir. 8. Perlunya penambahan sampel per variasi benda uji untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal. 9. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai kuat lekat beton bertulangan bambu pilin agar tulangan bambu pada saat pengujian mengalami keruntuhan cabut. 10. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan tulangan bambu pilin pada beton bertulangan bambu.

6. DAFTAR PUSTAKA Agarwal Atul, Nanda Bharadwaj & Maity Damodar. (2014). Experimental investigation on chemically treated bamboo reinforced concrete beams and columns. Journal Construction and Building Materials. India: Department of Civil Engineering, Indian Institute of Technology,Kharagpur & Department of Civil Engineering, Veer Surendra Sai University of Technology, Burla. Dipohusodo, Istimawan. (1996). Struktur Beton Bertulang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ghavami, K. (2005). Bamboo as Reinforcment in Structural Concrete Elements. Journal Cement & Concrete Composites. XXVII: 637-649. Sulistyowati C. Any. (1996). Pengawetan Bambu. Teknologi WACANA. Jakarta: Pusat Informasi Teknologi Terapan ELSPPAT. Standar Nasional Indonesia 03-2834. (2000). Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. Bandung: Badan Standarisasi Nasional. Suryoatmono, B. (1998). Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Terjemahan Nawy, E., G. Bandung: PT. Refika Aditama. Wang, Chu-Kia & Charles G. Salmon 1994. Disain Beton Bertulang. Jilid I. Edisi Keempat. Terjemahan Binsar Hariandja. Jakarta: Erlangga. Lestari, A. D. (2015). Pengaruh Penambahan Kait pada Tulangan Bambu Terhadap Respon Lentur Balok Beton Bertulang Bambu. Jurnal Rekayasa Sipil. IX (2): 81-87. Morisco. (1990). Rekayasa Bambu. Yogyakarta: Nafiri Offset. Mulyono,T. (2004). Teknologi Beton. Yog yakarta: ANDI. Mustafa S. (2011). Karakteristik Sifat Fisika dan Mekanika Bambu Petung pada Bambu Muda, Dewasa dan Tua ( Studi Kasus : Bagian Pangkal ). Jurnal. Yogyakarta: Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Nurlina, Siti. (2008). Struktur Beton. Bargie Media. Malang: Peraturan Beton Indonesia. (1971). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Pinto Agustinho F. (2016) Aplikasi Rajutan Bambu Sebagai Tulangan Balok Beton. Tesis. Malang: Universitas Brawijaya Pramono, D. & S. Suryadi H. (1998) Bahan Konstruksi Teknik. Jakarta. Universitas Gunadarma Rocbman, A. (2005). Peningkatan Kinerja Tulangan Bambu Pada Balok Beton Bertulang Dengan Cara Perbaikan Kuat Lekat. Jurnal Teknik GELAGAR. Surakarta: Fakultas Teknik, Universitas Muhamadyah Surakarta.