BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa.

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia yang individual

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang. pada pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

mengembangkan potensi diri mereka melalui proses pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. menjadi output yang unggul dalam bidang kehidupan manusia. tujuan pendidikan negara tersebut telah tercapai. Tidak berbeda halnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pendidikan merupakan sarana penunjang dalam tujuan ini.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi manusia. Pada dasarnya manusia dilahirkan sebagai makhluk pembelajar. Tugas, tanggung jawab, dan panggilan pertama seorang manusia adalah menjadi pembelajar. Manusia sebagai pembelajar memberikan kepada kita sebuah pemahaman bahwa inilah keunikan manusia dibandingkan dengan berbagai makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Pendidikan memiliki perana penting dalam menciptakan manusia-manusia yang berkualitas. Sebagaimana tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 No. 20 tahun 2003 dengan bunyi sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk tumbuh kembang potensi anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Undang-undang tersebut menunjukkan betapa pentingnya pendidikan guna memajukan bangsa. Pendidikan harus mampu memajukan bangsa yang terus berkembang sehingga mampu menghadapi tantangan global. Salah satu hal yang penting untuk dilakukan dalam menghadapi tantangan global adalah peningkatan kesiapan peserta didik menghadapi dunia yang selalu berubah. Hal ini bertujuan agar siswa belajar mencari ide-ide baru sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan. (Isjoni, 2008: 15) Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan pada berbagai permasalahan dan kita dituntut untuk dapat memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu pendidikan sangat diperlukan agar manusia dapat menyelesaikan

2 permasalahan kehidupannya dalam arti yang luas maupun sempit. Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal penting untuk diajarkan pada siswa, karena setiap harinya siswa selalu dihadapkan pada suatu masalah, disadari maupun tidak. Matematika berkaitan erat dengan pemecahan masalah. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari berbagai cabang ilmu dan teknologi modern. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik (siswa) mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (BSNP, 2006: 147 ). Matematika adalah salah satu pelajaran yang dapat mengembangkan cara berpikir seseorang. Pembelajaran matematika di sekolah tidak hanya menekankan pada hafalan rumus dan mengoprasikan, namun diharapkan dapat menemukan pemecahan masalah tersebut secara sistematis. Tantangan yang dihadapi di era globalisasi ini menuntut manusia unuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehingga kemampuan pemecahan masalah menjadi sangat penting untuk dimiliki seseorang agar memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Siswa dituntut untuk berfikir mandiri dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika berkenaan dengan kemampuan pemecahan masalah ini, perlu juga untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa. Menurut Mujiman (dalam Nurhayati, 2011:141) kemandirian belajar adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki, baik dalam menetapkan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, maupun evaluasi belajar yang dilakukan oleh pembelajar sendiri. Menurut pengertian ini kemandirian belajar sebagai usaha pembelajar sendiri untuk melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya sendiri untuk dapat mengatasi atau memecahkan suatu permasalah. Berdasarkan hasil penelitian Nailil Faroh (2014), kemampuan pemecahan masalah siswa dipengaruhi oleh

3 kemandirian belajar siswa belajar siswa. Kemandirian belajar berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah. Kemandirian belajar yang rendah akan menyebabkan kemampuan pemecahan masalah yang rendah, sedangkan kemandirian belajar yang tinggi menyebabkan kemampuan pemecahan masalah yang tinggi. Oleh karena itu dapat dikatakan kemandirian belajar siswa mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah, Namun berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas X Patiseri 1 SMK N 7 Surakarta bulan maret 2015 pada kenyataannya menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan kemandirian belajar siswa masih cukup rendah. Berdasarkan observasi diketahui bahwa pada saat pembelajaran di kelas, apabila siswa kurang mengerti apa yang disampaikan guru, siswa enggan untuk bertanya dan memilih untuk diam, selain itu siswa juga tidak mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran. Siswa tidak menjawab persoalan yang diberikan oleh guru dan cenderung menunggu guru untuk menyelesaikan persoalan. Siswa tidak menyelesaikan tugas dengan baik yang terlihat saat mengerjakan di papan tulis terdapat kelompok yang sama sekali tidak mengerjakannya, pada saat berkelompok hanya satu dua orang yang mengerjakan sedangkan yang lain hanya menggantungkan tugas kelompok pada siswa lain, ketika guru memberikan pekerjaan rumah siswa tidak mengerjakannya, saat mengajukan pendapat siswa ragu-ragu dan ketika diminta mempresentasikan jawaban didepan kelas siswa terlihat masih menengok kanan kiri dan bertanya pada temannya selain itu saat ulangan diadakan siswa terlihat bertanya pada temannya dan tidak mengerjakan sendiri. Siswa dalam pembelajaran juga cenderung pasif dan hanya mendengarkan guru menjelaskan selain itu siswa tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran, malas bertanya dan banyak mengobrol dengan temannya. Selain itu bila ditanya oleh guru siswa juga hanya diam saja dan tidak menjawab. Hal-hal tersebut menunjukkan rendahnya kemandirian belajar siswa. Rendahnya kemandirian belajar siswa ini didukung dengan data yang diperoleh pada observasi lanjutan yaitu hanya 35,58% siswa yang menunjukkan kemandirian belajar yang tinggi.

4 Dilihat dari sudut pandang yang lain ketika observasi di SMK Negeri 7 Surakarta, pada saat siswa diberi suatu permasalahan banyak dari siswa yang tidak mampu memecahkan permasalahan. Sebagian dari mereka mampu menyelesaikan permasalahan seperti yang dicontohkan oleh guru namun hanya bisa mengerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang diberikan guru, siswa belum mampu berpikir sendiri untuk menyelesaikan masalah terkait. Sebagian dari siswa benar-benar tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan hanya mengandalkan jawaban guru atau temannya. Hal tersebut terjadi karena siswa belum dapat sepenuhnya memahami soal sehingga mereka kesulitan untuk menuju langkah selanjutnya yaitu menentukan strategi penyelesaian masalah. Tindakan tersebut menunjukkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang masih rendah. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa ini didukung dengan data yang diperoleh pada observasi lanjutan yaitu hanya 19,3% siswa yang lulus dalam test kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru berdiskusi untuk memperbaiki keadaan tersebut. Diduga kemandirian belajar dan kemampuan pemecahan masalah siswa yang rendah ini disebabkan karena pembelajaran yang masih teacher centered sehingga siswa tidak dibiasakan untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran sendiri dan siswa tidak terlibat langsung dalam pembelajaran. Selain itu Guru mengajar hanya dengan metode ceramah dan siswa menjadi kurang aktif untuk bertanya pada guru. Siswa saat pembelajaran hanya mendengarkan dan mencatat apa yang diberikan oleh guru. Pembelajaran di kelas bersifat searah di mana guru hanya mentransfer pengetahuan ke siswa dan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru, akibatnya siswa hanya bergantung pada penjelasan guru. Siswa tidak dibiasakan untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, peneliti dan guru berdisukusi harus diadakan perbaikan pada proses pembelajaran agar kemandirian belajar dan kemampuan pemecahan masalah siswa dapat meningkat. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan memilih model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan pemecahan masalah, misalnya model pembelajaran yang

5 membiasakan siswa untuk aktif sehingga akan mengembangkan siswa lebih mandiri dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran. Model kooperatif merupakan model yang menekankan adanya proses pengelompokan siswa untuk saling berdiskusi. Model kooperatif untuk perbaikan pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan adalah model Numbered Heads Together (NHT). Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu metode belajar dengan cara setiap peserta didik diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, dan didalam kelompok siswa berdiskusi tentang permasalahan yang diberikan guru kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari peserta didik. Tahap-tahap dari NHT yakni penomoran ( numbering), pengajuan pertanyaan (questioning), berpikir bersama (head together), pemberian jawaban (answering). Model pembelajaran koooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini akan sangat membantu siswa dalam menumbuhkan rasa percaya diri yang baik, memperbaiki penerimaan terhadap individu juga menjadi lebih besar (Kurniasih, 2015:118). Model pembelajaran koooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) menekan pada tanggung jawab secara individu dan kelompok untuk memahami materi yang dipelajari sehingga siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Menurut Warsono (2012:216) aktivitas pada NHT mendorong siswa untuk berpikir dalam suatu tim dan berani tampil mandiri. Setiap tahapan dalam model NHT sepenuhnya membutuhkan keterlibatan siswa, sehingga menjadikan siswa lebih mandiri dalam pembelajaran. Perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan kemandirian dan kemampuan pemecahan masalah dapat juga dilakukan dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pendekatan pembelajaran yang pelaksanaannya membutuhkan keterlibatan siswa dalam membangun pengetahuan akan menjadikan siswa mandiri dan aktif dalam belajar sehingga siswa mampu menggunakan pengetahuan dan menyusun strategi untuk menyelesaikan permasalahan. Pendekatan yang dapat diterapkan untuk perbaikan pembelajaran dengan masalah yang telah diuraikan adalah pendekatan Open-ended. Pendekatan Open-ended merupakan pedekatan yang berpusat pada

6 siswa. Pendekatan Open-ended merupakan salah satu upaya inovasi pendidikan matematika yang berawal dari pandangan bagaimana mengevaluasi kemampuan siswa secara objektif dalam berpikir matematis tingkat tinggi. Pendekatan openended artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara atau solusi yang beragam. Pendekatan open-ended melatih dan menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi interaksi, sharing, keterbukaan dan sosialisasi (Ngalimun, 2012: 164). Pendekatan open-ended dimulai dari mengenalkan atau menghadapkan siswa pada masalah terbuka untuk memberikan pengalaman kepada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru di dalam proses pembelajaran. Melalui kegiatan ini diharapkan pula siswa dapat menjawab permasalahan dengan banyak cara, sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Berdasarkan uraian di atas, dengan menggunakan model NHT dan menerapkan Pendekatan Open-ended dalam proses pembelajaran dapat saling mendukung untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dan kemampuan pemecahan masalah. Model pembelajaran Number Head Together (NHT) dengan pendekatan open-ended dipilih karena model pembelajaran ini berpusat pada siswa ( student centered) memungkinkan kemandirian belajar dan kemampuan pemecahan masalah siswa dapat meningkat. Proses numbering dan answering akan memunculkan sikap tanggung jawab dan percaya diri dalam diri siswa. Proses head together akan memunculkan inisiatif, percaya diri, dan hasrat untuk maju. Kelebihan metode ini adalah setiap siswa menjadi lebih serius di dalam diskusi dan lebih siap untuk presentasi kelas karena siswa tidak tahu nomor berapa yang akan dipanggil guru untuk presentasi di depan kelas, dan dengan metode ini dapat bertukar pikiran dengan siswa lain. Guru dapat lebih mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dengan penggunaan pendekatan open-ended. Pendekatan open-ended ini dapat memunculkan kemampuan pemecahan siswa karena soal yang diberikan kepada siswa berupa soal terbuka jadi siswa dapat mengeksplorasi diri untuk menemukan jawaban

7 yang mungkin antara satu siswa dan siswa lain berbeda sehingga dapat menimbulkan diskusi kelompok yang lebih hidup. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah penerapan model pembelajaran tipe Number Heads Together (NHT) dengan pendekatan Open-Ended dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi program linier pada siswa kelas XI SMKN 7 Surakarta tahun ajaran 2014/2015? 2. Apakah penerapan model pembelajaran tipe Number Heads Together (NHT) dengan pendekatan Open-Ended dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi program linier pada siswa kelas XI SMKN 7 Surakarta tahun ajaran 2014/2015? 3. Bagaimana penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Number Heads Together (NHT) dengan pendekatan Open-Ended yang dapat meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika materi program linier pada siswa kelas XI SMKN 7 Surakarta tahun ajaran 2014/2015? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Number Heads Together (NHT) dan penerapan pendekatan Open-Ended yang dapat meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika materi program linier pada siswa kelas XI semester genap SMKN 7 Surakarta tahun ajaran 2014/2015

8 2. Mengetahuai apakah penerapan model pembelajaran tipe Number Heads Together (NHT) dan penerapan pendekatan Open-Ended dapat meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika materi program linier pada siswa kelas XI semester genap SMKN 7 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 D. Manfaat Penelitian Melalui Penelitian penerapan model pembelajaran tipe Number Heads Together (NHT) dan penerapan pendekatan Open-Ended diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi guru dan calon guru a. Memberikan inspirasi untuk memilih dan menentukan model pembelajaran yang inovatif dan tepat dalam menyampaikan materi b. Memberi gambaran bagaimana mengajarkan pokok bahasan program linier melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dengan pendekatan Open-Ended 2. Bagi siswa a. Meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa kelas XI SMK Negeri 7 Surakarta dalam mengikuti setiap pembelajaran matematika. b. Menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah bagi siswa kelas XI SMK Negeri 7 Surakarta pada materi Program Linier 3. Bagi sekolah a. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan referensi terhadap peningkatan mutu pendidikan melalui proses belajar mengajar melalui pendekatan-pendekatan yang tepat. b. Untuk memberikan kajian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dan penerapan pendekatan Open-Ended untuk meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika.