BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2005, pasal 1 tentang Standar Nasional Pendidikan ditegaskan:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. membekali setiap sumber daya manusia dengan pengetahuan, kecakapan dan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, manusia lebih mudah menerima informasi yang melimpah, cepat, praktis

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir seseorang. Oleh karena itu pendidkan merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa sudah terdapat motivasi maka proses belajar mengajar di kelas akan. berjalan dengan lancar serta tercapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi dan

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang memegang peranan

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa melalui model matematika. sebagai produk yang siap pakai. Selain itu guru-guru tidak mengetahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Syamsuddin Abin (2007, h. 22) mengatakan bahwa pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Memecahkan masalah merupakan pekerjaan rutin manusia, sebab. dalam kehidupan sehari-hari sering dihadapkan pada masalah.

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

Oleh: YUDITYA FALESTIN K

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikannya. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006:7) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. handal. Untuk mencapai hal tersebut, maka proses belajar mengajar merupakan inti dari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEER LESSONS PADA SISWA KELAS VIII B SEMESTER I SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah.

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu memperhatikan masalah pendidikan.isi pendidikan diharapkan mencakup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Pendidikan, kita mengenal dengan Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Raden Indra Firmansyah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

PENGARUH METODE BILINGUAL

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kegagalan pendidikan berakibat pada kegagalan suatu bangsa, sebaliknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi, guru selalu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik yang dikehendaki dunia kerja (Career Center Maine Department

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik serta berbagai sumber pendidikan. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam situasi pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan serta bimbingan. Pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemajuan suatu bangsa yang ada di dunia ini dapat kita lihat bagaimana mereka bisa menghargai, mengembangkan dan mengedepankan sektor ini. Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa hilang selama kehidupan manusia masih ada. Pendidikan pada dasarnya sudah ada sejak manusia ada di bumi ini. Pendidikan merupakan proses terus menerus, tidak berhenti. Dengan semakin berkembangnya peradaban manusia, maka masalah dunia pendidikan semakin kompleks, termasuk dalam masalah tujuan pendidikan. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2005, pasal 1 tentang Standar Nasional Pendidikan ditegaskan: 1. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia; 2. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi; 3. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang;

2 4. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Permasalahan yang timbul adalah pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.termasuk mata pelajaran akuntansi. Disisi lain adanya banyak fakta bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidakdapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Proses belajar mengajar di dalam kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,dimana ceramah menjadi pilihanutama proses belajar mengajar. Seperti halnya di dalam kelas XI AP 1 SMK Pasundan 1 Bandung. Permasalahan intern yang timbul ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung dapat dipaparkan sebagai berikut: observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa minat dan motivasi siswa untuk belajar akuntansi masih rendah.hal tersebut tampak dalam tingkah laku siswa ketika pelajaran akuntansi berlangsung. Ada beberapa kelompok siswa yang tidak memperhatikan dan mengacuhkan penjelasan dari guru yang sedang memberikan penjelasan, bahkan siswa cenderung lebih menikmati mengobrol dengan teman-teman mereka dibanding memperhatikan penjelasan dari guru yang ada di depan kelas, ada juga yang mengantuk, menopang dagu. Beberapa diantaranya juga mengemukakan bahwa akuntansi adalah pelajaran yang sulit dan membingungkan sehingga partisipasi dari merekapun juga kurang. Selain itu, ditinjau dari metode pembelajaran, guru masih menerapkan metode pembelajaran ceramah.proses pembelajaran dengan metode konvensional ceramah-resitasi masih belum cukup memberikan kesan yang mendalam pada siswa, karena peran guru dalam menyampaikan materi lebih dominan dibandingkan keaktifan siswa sendiri. Oleh sebab itu, guru harus mempunyai kreativitas tinggi dalam memilih model pembelajaran yang menarik minat siswa.

3 Agar upaya tersebut berhasil maka harus dipilih model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar, siswa dapataktif, interaktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan manifestasi dari kreatifitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat juga akan memperjelas konsep-konsep yang diberikan kepada siswa senantiasa antusias berfikir dan berperan aktif. Model pembelajaran yang digunakan guru seharusnya dapat membantu proses analisis siswa. Salah satu model tersebut adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Diharapkan model PBL lebih efektif bila dibandingkan dengan metode konvensional. Keefektifan model ini adalah siswa lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi secara berkelompok dengan melakukan investigasi dan inquiri terhadap permasalahan yang real di sekitarnya sehingga mereka mendapatkan kesan yang mendalam dan lebih bermakna tentang apa yang mereka pelajari.model PBL merupakan salah satu model pembelajaran dimana authentic assesment (penalaran yang nyata atau konkret) dapat diterapkan secara komprehensif, sebab didalamnya terdapat unsur menemukan masalah dan sekaligus memecahkannya (unsur terdapat didalamnya yaitu problem possing atau menemukan permasalahan dan problem solving atau memecahkan masalah). Kemampuan memecahkan masalah harus ditunjang oleh kemampuan penalaran, yakni kemampuan melihat hubungan sebab akibat. Kemampuan penalaran memerlukan upaya peningkatan kemampuan dalam mengamati, bertanya, berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Pemikiran terarah pada halhal yang bertalian dengan upaya mencari jawaban terhadap persoalan yang dihadapi. Upaya ini memerlukan berpikir kreatif dan kemampuan menjajaki bidang-bidang baru serta menghasilkan temuan-temuan baru (Hamalik, 2008: 152). Dari latar belakang masalah yang telah dibahas sebelumnya, peneliti merasa perlumengadakan suatu penelitian yang bertujuan memperbaiki prestasi

4 belajarakuntansi siswa. Hal itu yang menjadikan peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan mengambil judul PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (Studi Kasus : Siswa Kelas XI AP Mata Pelajaran Pengantar Keuangan dan Akuntansi Program Keahlian Pemasaran SMK Pasundan 1 Bandung) B. Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada saat kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran Pengantar Keuangan dan Akuntansi, maka masalah yang ditemukan sebagai berikut : 1. Rendahnya tingkat pencapaian prestasi belajar akuntansi siswa yangkemungkinan disebabkan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat. 2. Rendahnya tingkat pencapaian prestasi belajar akuntansi siswa yang kemungkinan disebabkan karena faktor dari siswa yaitu kurang percaya diri dengan kemampuan dirinya dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran akuntansi. 3. Rendahnya tingkat pencapaian prestasi belajar akuntansi siswa yang kemungkinan disebabkan karena perumusan tujuan pembelajaran yang kurang jelas. C. Rumusan dan BatasanMasalah 1. Rumusan Masalah Sebagaimana yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah di atas, bahwa dalam suatu pembelajaran itu diharuskan adanya model pembelajaran agar tujuan dari pembelajaran itu dapat tercapai. Adapun permasalahan yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan setelah diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada kelas treatment dengan metode

5 ceramah pada kelas kontrolsiswa kelas XI AP Mata pelajaran Pengantar Keuangan dan Akuntansi SMK Pasundan 1 Bandung? 2. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI APMata pelajaran Pengantar Keuangan dan Akuntansi SMK Pasundan 1 Bandung? 2. Batasan Masalah Dengan mempertimbangkan segi ketajaman masalah dari beberapa masalah yang mempengaruhi prestasi belajar akuntansi siswa dan agar supaya permasalahan dan pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka penelitian ini memberikan batasan pada masalah yaitu : Rendahnya tingkat pencapaian prestasi belajar akuntansi siswa yang kemungkinan disebabkan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat, sehingga perlunya pemanfaatan metode yang lebih inovatif yaitu model Problem Based Learning dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan setelah diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada kelas treatment dengan metode ceramah pada kelas kontrol siswa kelas XI AP Mata Pelajaran Pengantar Keuangan dan Akuntansi SMK Pasundan 1 Bandung? 2. Untuk meningkatkan prestasi belajar akuntansi melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas XI AP Mata pelajaran Pengantar keuangan dan Akuntansi SMK Pasundan 1 Bandung?

6 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang relevan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Memberikan kemudahan dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan dapat mengimplementasikan dalam bidang yang sesuai. b. Bagi Guru Sebagai motivasi untuk menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran untuk menghasilkan output yang berkualitas. Selain itu sebagai media alternatif dalam mengajarkan materi yang lebih menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang banyak dalam rangka perbaikan pembelajaran di dalam kelas, peningkatan kualitas sekolah yang diteliti, dan bagi sekolah-sekolah lain. d. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai calon guru dapat berusaha sejak sekarang untuk belajar menerapkan model atau metode pembelajaran yang tepat. F. Definisi Operasional a. Peningkatan Kata peningkatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata kerja dengan arti menaikan derajat, taraf, dan sebagainya.

7 Sedangkan menurut Moedjiono seperti yang dikutip Sawiwati, peningkatanadalah sebuah cara atau usaha yag dilakukan untuk mendapat keterampilan atau kemampuan yang lebih baik. Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam makna kata peningkatan tersirat adanya unsur proses yang bertahap, dari tahap terendah, tahap menengah, dan tahap akhir atau tahap puncak. Sedangkan peningkatan yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa yang mendapat nilai rendah, ditingkatkan agar hasil belajarnya lebih tinggi atau memuaskan dengan cara meningkatkan keterampilan belajarnya. Wahyono-Saputro.blogspot.com/2011/06/skripsiupaya-guru meningkatkan_21.html?m=1 (di akses tanggal 17Oktober 2016 pukul 19.33) b. Prestasi Belajar Pengertian prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997 : 787), adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb). Pengertian Prestasi Belajar menurut Sumadi Suryabrata (2006 : 297) adalah nilai-nilai yang merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan guru terkait dengan kemajuan prestasi belajar siswa selama waktu tertentu. Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 102) menyatakan bahwa: Prestasi belajar/hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan materi, keterampilan berfikir, maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah, hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar tersebut dilambangkan

8 dengan angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A,B,C,D pada pendidikan tinggi. Menurut pendapat Oemar Hamalik (2008:159), Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar. Menurut beliau, prestasi merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui karena dengan adanya prestasi yang diwujudkan dalam bentuk angka, simbol, maupun kalimat dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Prestasi belajar berfungsi sebagai indikator keberhasilan siswa dalam suatu mata pelajaran, juga berfungsi sebagai indikator kualitas suatu lembaga pendidikan. Prestasi belajar dapat memberikan suatu kepuasan tersendiri baik bagi para siswa maupun sekolah yang menyelenggarakan pendidikan. Penilaian hasil belajar merupakan suatu kegiatan rutin guru atau pendidik. Penilaian ini dilakukan secara menyeluruh, dalam arti bahwa kegiatan ini tidak hanya sekedar menilai hasil akhir saja tetapi juga langkah atau proses kerja dan hasil pemikiran siswa. Penilaian hasil belajar berarti mengambil keputusan terhadap hasil belajar dengan ukuran baik buruk. Fungsi penilaian ini dilakukan agar dapat meningkatkan kegiatan belajar sehingga diharapkan dapat hasil belajar. Berdasarkan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebagai bukti keberhasilan dari kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, atau huruf dengan memperhatikan proses dari hasil berfikir siswa dalam menyelesaikan soal evaluasi. Dalam penelitian ini, indikator pencapaian prestasi belajar untuk mata pelajaran akuntansi yaitu ketuntasan hasil belajar (standar nilai KKM 75) melalui tes tertulis.

9 G. Sistematika Skripsi Susunan penulisan penelitian ini berdasarkan pengelompokkan pokokpokok pikiran yang tercantum dalam bab-bab sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, sistematika skripsi. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini mengungkapkan landasan-landasan teori yang digunakan dan menjadi acuan bagi penulis dalam menyusun skripsi. selain itu diuraikan pula mengenai buku-buku yang relevan dan berhubungan untuk pembahasan masalah yang dikaji dalam skripsi. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan kegiatan serta cara-cara yang penulis tempuh dalam melakukan penelitian guna mendapat sumber-sumber yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang diperoleh penulis. di dalamnya berisi tentang analisis dan pemecahan masalah yang dikaji dalam skripsi ini. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan beserta saran untuk masalah dalam penelitian ini.