BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sektor jasa keuangan merupakan sub sistem dari keseluruhan sistem perekonomian di Indonesia. Berdasarkan data yang tercatat pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sektor keuangan Indonesia terdiri dari industri keuangan bank dan industri keuangan non bank (asuransi, dana pensiun, perusahaan pembiayaan, sekuritas dan pegadaian). Kinerja dan kesehatan perbankan yang mendominasi sektor keuangan Indonesia perlu mendapat perhatian guna mewujudkan sistem perbankan yang efisien, sehat, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan lebih merata melalui pembiayaan yang mudah, aman, dan terjangkau dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat. Perkembangan di sektor perbankan konvensional maupun syariah bias dikatakan cukup stabil sebagaimana Tabel 1.1 Tabel 1.1 Perkembangan Sektor Perbankan di Indonesia (dalam Rp Miliar) Bank Konvensional Bank Syariah Indikator 2014 2015 2016 Indikator 2014 2015 2016 Total Aset 5.615.150 6.132.583 6.243.113 Total Aset 204.961 213.423 211.358 Jumlah Bank Jumlah Kantor 119 118 118 Jumlah Bank 32.729 32.949 32.771 Jumlah Kantor 12 12 12 2.163 1.990 1.844 Sumber : Statistika Perbankan Indonesia & Statistika Perbankan Syariah Posisi Mei 2016 Otoritas Jasa Keuangan, diolah (http://www.ojk.co.id) 1
2 Industri perbankan mempunyai peranan yang amat penting terhadap pembangunan ekonomi. Sejarah perekonomian Indonesia menunjukkan bahwa ekonomi bangsa ini bergerak seiring dengan industri perbankan. Ekonomi Indonesia adalah bank-based economy, sebuah perekonomian yang bergantung pada keberadaan perbankan sebagai sumber pembiayaan (Prasetyo dan Sunaryo, 2015). Oleh sebab itu, upaya memperkuat sistem perbankan yang sehat, efisien dan bermanfaat bagi perekonomian menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga keberlangsungan pembangunan ekonomi nasional. Untuk menilai kesehatan kondisi suatu perusahaan terutama perusahaan perbankan, dapat dilihat dari kondisi laporan keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan. Menurut IAI (2009), laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan dapat berguna dengan optimal, apabila disajikan secara akurat dan tepat waktu pada saat yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan, seperti kreditor, investor, pemerintah, masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai dasar pengambilan suatu keputusan. Laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitas yang membuat informasi laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar
3 penggunanya. Keempat karakteristik tersebut antara lain dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat dibandingkan (IAI, 2009). Karakteristik informasi yang relevan harus mempunyai nilai prediktif dan tepat waktu. Adanya nilai prediktif dan ketepatan waktu merupakan karakteristik informasi yang bersifat relevan. Ketepatan waktu pelaporan keuangan penting dalam memilih informasi yang berbeda yang dilaporkan, sedangkan reliabilitas dicapai ketika penggambaran fenomena ekonomi selesai, netral dan bebas dari kesalahan material. Semakin cepat informasi laporan keuangan dipublikasikan ke publik, maka informasi tersebut semakin bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Dan sebaliknya jika terdapat penundaan yang tidak semestinya, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya dalam hal pengambilan suatu keputusan. Oleh karena itu, informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu pengambilan keputusankeputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut (Baridwan, 2000). Penerbitan laporan keuangan perusahaan seringkali bervariasi. Perusahaan dengan kondisi yang baik biasanya menerbitkan laporan keuangan lebih cepat dibandingkan dengan waktu yang ditentukan oleh Bapepam. Selisih tanggal antara akhir tahun buku dengan tanggal penandatanganan laporan keuangan dapat mengindikasikan adanya keterlambatan dalam penyajian laporan keuangan ke publik yang dapat memperlambat proses penerbitan laporan keuangan sehingga tidak sesuai
4 dengan peraturan yang diberlakukan oleh Bapepam. Panjangnya waktu penerbitan laporan keuangan tersebut sering disebut dengan istilah audit delay. Menurut Ashton dkk (1987) dalam Ningsih dan Widhiyani (2015) audit delay merupakan jangka waktu proses penyelesaian audit dari akhir tahun fiskal hingga tanggal laporan audit yang dikeluarkan oleh perusahaan. Perusahaan dapat dikatakan terlambat dalam penyajian laporan keuangan apabila audit delay melebihi jangka waktu dari ketentuan yang sudah diberlakukan oleh Bapepam. Keterlambatan dalam pempublikasian laporan keuangan dapat menyebabkan terjadinya masalah pada laporan keuangan emiten. Ukuran Perusahaan yang merupakan salah satu faktor yang menjadi tolak ukur besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Auditor cenderung akan memerlukan waktu yang lebih banyak dalam mengaudit perusahaan besar karena total aset yang dimiliki perusahaan besar lebih besar dari pada perusahaan yang lebih kecil, hal ini mengakibatkan semakin banyak jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang dilakukan (Puspitasari dan Sari, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan Puspitasari dan Sari (2012) sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2012), Prabowo dan Marsono (2013), dan Damiari dan Ulupui (2014) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap audit delay. Sementara hasil penelitian dari Ariyani dan Budiarta (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Togasima
5 dan Christiawan (2014) dan Arifatun (2013) yang juga menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Rahardja (2012), Lucyanda dan Nura ni (2013), Sari (2014), Aditya (2014) dan Prameswari (2015) yang menunjukan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay. Dari pengujian variabel Ukuran perusahaan yang dilakukan peneliti terdahulu terdapat 4 (empat) hasil yang menyatakan Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay, dan terdapat 3 (tiga) hasil yang menyatakan Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay. Sementara terdapat 5 (lima) hasil yang menyatakan Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay. Faktor lain yang kemungkinan mempengaruhi audit delay yaitu profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menghasilkan profit akan cenderung mengalami audit delay yang lebih pendek, sehingga good news tersebut dapat segera disampaikan kepada para investor dan pihak pihak yang berkepentingan lainnya. Ketika profitabilitas perusahaan sudah cukup tinggi, biasanya tidak banyak koreksi yang diperlukan dalam melaksanakan kebijakan akuntansi dan dengan demikian proses audit akan lebih cepat (Ramantha dkk, 2015). Penelitian Listiana (2012), Arifatun (2013), Ariyani dan Budiartha (2014) dan Ramantha (2015) berhasil membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif
6 terhadap variabel audit delay. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Prabowo dan Marsono (2013) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap audit delay. Sedangkan penelitian Togasima dan Christiawan (2014), Angruningrum (2013), Tiono dan Jogi (2013), Purnamasari (2012) dan Kartika (2011) menunjukkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay. Dari pengujian variabel Profitabilitas yang dilakukan peneliti terdahulu terdapat 4 (empat) hasil yang menyatakan Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay, dan terdapat 1 (satu) hasil yang menyatakan Profitabilitas berpengaruh positif terhadap audit delay. Sementara terdapat 5 (lima) hasil yang menyatakan Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay. Likuiditas merupakan kemampuan emiten dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi kewajibannya setiap saat termasuk penarikan yang tidak dapat diduga seperti membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Sebagai lembaga kepercayaan bagi masyarakat maka bank harus bisa mengelola likuiditas secara baik terutama ditunjukan untuk memperkecil risiko likuiditas yang disebabkan oleh adanya kekurangan dalam mengelola likuiditas selalu akan terjadi benturan kepentingan antara keputusan untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan pendapatan (Natsir,2012). Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) jangka pendek perusahaan untuk memenuhi kewajiban
7 jangka pendeknya yang jatuh tempo, perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi memiliki risiko yang lebih kecil terhadap kemungkinan terjadinya gagal bayar atas utang jangka pendek perusahaan (Listiana dan Susilo, 2012). Tingginya tingkat likuiditas perusahaan menggambarkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga cenderung lebih cepat dalam menyampaikan laporan keuangan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Romanika (2013) membuktikan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap audit delay. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Marathani (2013) dan Kurniawati (2015) yang menyatakan bahwa likuiditas suatu perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap audit delay. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan (2013) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap audit delay. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan (2012) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Listiana (2012) dan Andika (2015) juga menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap audit delay. Dari pengujian variabel Likuiditas yang dilakukan peneliti terdahulu terdapat 3 (tiga) hasil yang menyatakan Likuiditas berpengaruh negatif terhadap audit delay, dan terdapat 1 (satu) hasil yang menyatakan Likuiditas berpengaruh positif terhadap audit delay. Sementara terdapat 2 (dua) hasil yang menyatakan Likuiditas tidak berpengaruh terhadap audit delay.
8 Opini audit adalah pendapat akuntan independen atas laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit, Auditor sebagai pihak yang independen didalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya (Purnamasari, 2012). Hasil penelitian Purnamasari (2012) dan Aditya (2014) membuktikan bahwa opini audit berpengaruh negatif terhadap audit delay. Apabila perusahaan mendapat unqualified opinion (wajar tanpa pengecualian) maka audit delay akan berkurang dibandingkan perusahaan yang mendapat jenis opini selain wajar tanpa pengecualian. Sementara dari penelitian yang dilakukan oleh Prabowo dan Marsono (2013) diperoleh hasil yaitu opini auditor berpengaruh positif terhadap audit delay. Sedangkan hasil penelitian Kartika (2011), Shulthoni (2013), Tiono dan Jogi (2013), Lestari (2010) dan Fiatmoko dan Anisykurlillah (2015) menunjukkan bahwa opini audit tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Dari pengujian variabel Opini audit yang dilakukan peneliti terdahulu terdapat 2 (dua) hasil yang menyatakan Opini Audit berpengaruh negatif terhadap audit delay, dan terdapat 1 (satu) hasil yang menyatakan Opini audit berpengaruh positif terhadap audit delay. Sementara terdapat 5 (lima) hasil yang menyatakan Opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay.
9 Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Anisma dkk (2014) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan pertambangan. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada variabel dan objek penelitian yang akan diteliti. Pada penelitian Anisma dkk (2014) menggunakan variabel ukuran perusahaan, opini audit, solvabilitas, profitabilitas dan ukuran KAP sedangkan dalam penelitian ini menggunakan variabel Ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan opini audit. Variabel likuiditas digunakan sebagai pengganti variabel solvabilitas karena objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang biasanya memiliki rasio likuiditas yang tinggi. Dalam penelitian ini juga menghilangkan faktor eksternal seperti ukuran KAP karena diperkirakan kurang mempengaruh audit delay. Dalam penelitian ini objek yang digunakan adalah perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI. Penelitian ini mengambil objek Perusahaan Perbankan karena sektor ini merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan menurut Prasetyo (2015), perekonomian Indonesia adalah bank-based eoconomy, yaitu perekonomian yang bergantung pada keberadaan perbankan sebagai sumber pembiayaan. Menurut Kurniawati (2015) Emiten perbankan mengumumkan laporan keuangannya lebih cepat karena waktu penyelesaian proses audit lebih cepat dibandingkan perusahaan industri (non perbankan). Periode penelitian yang digunakan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian Anisma dkk (2014) periode yang digunakan
10 tahun 2012-2013, sedangkan peneliti mengambil periode 2013-2015. Peneliti mengambil periode tersebut untuk melihat perkembangan terbaru dari sektor perbankan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay? 2. Apakah Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay? 3. Apakah Likuiditas berpengaruh negatif terhadap audit delay? 4. Apakah Opini Audit berpengaruh negatif terhadap audit delay? 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka pembatasan masalah yang perlu dibatasi pada penelitian ini adalah: 1. Perusahaan yang menjadi objek penelitian yaitu perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI 2. Laporan keuangan yang menjadi objek penelitian yaitu laporan keuangan tahunan perusahaan Perbankan periode 2013-2015 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan dalam perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap audit delay.
11 2. Untuk mengetahui pengaruh negatif profitabilitas terhadap audit delay. 3. Untuk mengetahui pengaruh negatif likuiditas terhadap audit delay. 4. Untuk mengetahui pengaruh negatif opini audit terhadap audit delay. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, baik secara teoritis maupun secara praktis. Berikut beberapa manfaat penelitian ini. 1. Bagi pengguna laporan keuangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengguna laporan keuangan dalam memperoleh gambaran mengenai penyebab terjadinya audit delay dan menjadi bahan pertimbangan oleh auditor dalam mengoptimalkan kinerja yang berimbas pada tepatnya waktu pelaporan keuangan dan penyampaian laporan keuangan kepada publik. 2. Bagi akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. 3. Bagi Penulis Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dari teori yang diterima sehingga memperoleh gambaran mengenai faktor - faktor yang mempengaruhi audit delay.