BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERANCANGAN. Pada perancangan perangkat keras (hardware) ini meliputi: Rangkaian

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM. diharapkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan analisis. Selain itu,

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

PENGENDALIAN ROBOT MENGGUNAKAN MODULASI DIGITAL FSK (Frequency Shift Keying )

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengujian perangkat keras dan

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

Arie Setiawan Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D.

BAB II LANDASAN TEORI. tergantung pada besarnya modulasi yang diberikan. Proses modulasi

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

MOUSETRAP BERBASIS ARDUINO UNO DENGAN SENSOR PIR

BAB III PERANCANGAN ALAT

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

TELEMETRI Abstrak I. Pendahuluan

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak

PERANCANGAN ALAT PEMESANAN MAKANAN DI RESTORAN SECARA WIRELESS

PENGENDALIAN ROBOT MENGGUNAKAN MODULASI DIGITAL FSK (Frequency Shift Keying ) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh : JOHANES

Perancangan Perangkat Keras

BAB IV PENGUJIAN RPBOT PENGHISAP DEBU

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

Crane Hoist (Tampak Atas)

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC

BAB III PERANCANGAN ALAT

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak

Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT

III. METODE PENELITIAN

Simulasi Sistem Kendali Kecepatan Mobil Secara Otomatis

BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

ROBOT "AVOIDER" Robot Penghindar Halangan. St. Deddy Susilo

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

SISTEM PENGATURAN STARTING DAN PENGEREMAN MOTOR UNTUK PINTU GESER OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN ALAT

ini merupakan nilai asli yang didapat oleh mikrokontroler tanpa perkalian

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini

LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM. didapat suatu sistem yang dapat mengendalikan mobile robot dengan PID

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN. Berikut ini adalah diagram blok rangkaian secara keseluruhan dari sistem alat ukur curah hujan yang dirancang.

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI

PROPOSAL EC6030 PERANCANGAN SENSOR INFRA RED (IR) UNTUK NAVIGASI ROBOT BERBASIS FPGA DAN up LEON

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

RANCANG BANGUN RAUTAN PENSIL PINTAR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

TRANCEIVER INFRA MERAH TERMODULASI UNTUK PENGENDALIAN ALAT-ALAT LISTRIK

Identifikasi Menggunakan RFID

RANCANG BANGUN MODEL SISTEM PENGENDALI DAN PENGAMANAN PINTU BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU IDENTIFIKASI DAN HANDPHONE

BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN ALAT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

Transkripsi:

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengukuran Catu Daya Pada pengujian catu daya dilakukan beberapa pengukuran terhadap IC regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L78012. Maka untuk regulator L7805 mengeluarkan tegangan sebesar 4.8 Vdc, untuk L7809 mengeluarakan tegangan 9 Vdc, untuk L7812 mengeluarkan tegangan 12 Vdc. Tabel 4.1 Pengukuran Catu Daya terhadap Beban yang Terpasang No Beban Yang Terpasang Tegangan Awal Tegangan + Beban 1 Modulator FSK, Pemancar, 11.89 Vdc 11.82 Vdc Penerima 2 Mikrokontroler BasicStamp 8.9 Vdc 8.8 Vdc 3 Demodulator FSK, Sensor PIR, Infra red, Driver Motor DC 4.8 Vdc 4.8 Vdc Tegangan yang dihasilkan berupa tegangan konstan sesuai dengan kode IC regulator yang digunakan. Untuk pengujian motor DC yang terhubung langsung pada catu daya 5 Vdc maka tegangan pada 5 Vdc berubah pada saat pertama kali aktif mulai dari 1-4.8 Vdc. Kondisi ini akan mengakibatkan beberapa komponen dan IC menjadi rusak, karena tegangan yang terhubung tidak konstan. 4.2 Pengujian Modulator FSK Dalam pengujian sebuah demodulator ini dibutuhkan osiloskop dengan 46

47 konfigurasi CH1 sebagai indikator pada frekuensi mark (F1). Gambar 4.1 Frekuensi Mark 1270 Hz Untuk frekuensi F1 dapat dilakukan dengan cara menyambungkan data input FSK dengan tegangan 5Vdc kemudian VR1 untuk mencari nilai frekuensi yang telah ditentukan dalam perancangan yaitu frekuensi mark sebesar 1270 Hz. Frekuensi mark ini akan mewakili data input High (5Vdc), jadi ketika data input berlogik High maka data input tersebut berada pada frekuensi 1270 Hz. Gambar 4.2 Frekuensi Space 1070 Hz

48 Untuk frekuensi F2 dapat dilakukan dengan cara menyambungkan data input FSK dengan tegangan 0Vdc kemudian memutar VR2 untuk mencari nilai frekuensi yang telah ditentukan dalam perancangan yaitu frekuensi space sebesar 1070 Hz. Frekuensi space ini akan mewakili data input Low (0Vdc), jadi ketika data input berlogika 0 maka data input tersebut berada pada frekuensi 1070 Hz. Gambar 4.3 Pengujian Modulator FSK terhadap Data Input Clock Data input yang diberikan pada input data FSK berasal dari sebuah multivibrator astabil (clock) dengan data 150.4 Hz, maka pada output FSK dapat dilihat perbedaan rapat renggang frekuensi yang menjadi karakteristik modulasi FSK. Data awal dari clock ini dilakukan pada saat pengecheckan modulator saja, dimana pada saat pengaplikasiannya data masukan berasal dari sebuah Mikrokontroler. Modulator FSK dapat menerima input data High Low atau data sinyal digital sehingga data tersebut dapat ditransmisikan melalui media udara menggunakan radio frekuensi. Data yang dapat dikirim pada modulator ini berupa

49 sinyal analog yang mewakili data High Low atau dapat disebut juga data biner 0 dan 1. 4.3 Pengujian Demodulator FSK Pada pengukuran demodulator ini harus terlebih dahulu ditentukan frekuensi center dari F1 dan F2 di modulator, setelah itu maka di demodulator harus di set pada frekuensi tersebut agar dapat menerima data dengan baik. Gambar 4.4 Demodulator FSK(Ch2) dan Modulator FSK(Ch1) Gambar 4.5 Hasil Pengukuran Demodulator FSK berdasarkan pada Data Input

50 Data yang dikirim oleh modulator FSK berupa sinyal analog kemudian sinyal tersebut dirubah kembali dengan sistem demodulasi sehingga data output dari demodulator ini menjadi data kotak kembali sesuai dengan input pada modulator. 4.4 Pengujian Pemancar dan Penerima FM Dalam pengujian pemancar dan penerima ini dilakukan dengan beberapa tahapan: Function generator Osiloskop Pemancar Penerima FM Gambar 4.6 Konfigurasi Pengujian Gambar 4.7 Pemancar dan Penerima FM a. Untuk mendapatkan range frekuensi radio yang dapat dipakai untuk sistem pengirim dan penerima data maka dapat dicari range frekuensi radio yang

51 kosong, dengan cara memasukan sinyal dari function generator, kemudian pada penerima dipasang speaker kemudian dituning sampai terdengar nada beep/sirine. Dari hasil pengujian maka digunakan frekuensi radio 108MHz (dapat dilihat dengan melakukan pencarian chanel radio di handphone). b. Setelah tahap pertama tercapai data belum tentu dikirim dan diterima dengan baik, maka pengujian selanjutnya dilakukan dengan cara memasukan sinyal input analog dari function generator dengan frekuensi yang dipancarkan sebesar 1KHz maka pada sisi penerima harus mendapat frekuensi yang sama dengan input pemancar seperti pada gambar 4.7 CH1=Pemancar CH2=Penerima, sehingga dengan begitu data yang dikirim dapat diterima dengan baik, jika tidak sesuai maka antara pemancar dan penerima belum bisa berkomunikasi dengan baik. c. Dengan memasukan data clock pada modulator FSK kemudian dipancarkan memakai pemancar FM, maka data clock tersebut akan ditumpangkan pada frekuensi carrier radio sehingga bentuk sinyal radio tersebut akan terlihat perbedaan rapat renggang pada frekuensinya sesuai dengan data clock yang dipancarkan tersebut. Pada pengukuran jarak jangkauan pemancar terhadap penerima FM, maka dilakukan pengukuran dengan cara memasukan frekuensi space pada modulator FSK yang mewakili nilai Low kemudian dipancarkan. Pada sisi penerima setelah di demodulasi, maka harus berlogika 0 sesuai dengan data yang dikirim. Begitu pula jika nilai High yang dipancarkan, maka di sisi penerima harus berlogika 1.

Media Transmisi Udara 52 Tabel 4.2 Jarak Jangkauan Pemancar FM Jarak Data yang dikirim Data yang diterima 1 2 3 1 2 3 Keterangan 1 m 1 0 1 1 0 1 Ok 3 m 0 1 0 0 1 0 Ok 4 m 1 0 1 1 0 1 Ok 5 m 0 1 0 0 1 0 Ok 6.8 m 1 0 1 1 0 1 Ok 7 m 1 0 1 X X X Data Tidak Diterima Jika frekuensi yang dipancarkan sama dengan output pada penerima maka data dapat ditransmisikan dengan baik. Data akan berubah-ubah jika range frekuensi radio yang dipakai berada pada range frekuensi radio broadcast, sehingga agar data dapat dikirim dan diterima dengan baik, harus dicari dan ditempatkan pada range frekuensi yang kosong. Jarak jangkauan harus kurang dari 7m antara pemancar dan penerima agar dapat mengirim data dengan baik. 4.5 Pengujian Sensor Infra Red Pada pengujian infra red ini dilakukan dengan cara menyimpan salah satu benda yang dapat menghalangi pancaran dari infra red tersebut, sehingga output dari sensor ini dapat dibedakan pada saat kondisi terhalang dan tidak terhalang. Gambar 4.8 Pengujian Sensor Infra Red

53 Tabel 4.3 Output Infra Red terhadap Tegangan Kondisi Output Tegangan Logika Terhalang 0.034 Vdc 0 (Low) Tidak terhalang 3.8 Vdc 1 (High) Jarak jangkauan infra red ini berada pada 50 Cm dari pemancar, ketika jarak tersebut melebihi jarak jangkauan maka sensor infra red tidak dapat mendeteksi adanya halangan. Sensor infra red ini bekerja berdasarkan pada kondisi terhalang atau tidaknya pancaran sinar infra red dari pemancar ke penerima infra red. Daya pancar dari pemancar infra red ini ditentukan oleh supply tegangan dan arus yang masuk ke rangkaian pemancar infra red 4.6 Pengujian Sensor PIR Benda yang dapat memancarkan panas berarti memancarkan radiasi infra merah. Benda-benda ini termasuk makhluk hidup seperti binatang dan tubuh manusia. Radiasi infra merah yang dipancarkan inilah yang menjadi sumber pendeteksian bagi detektor panas yang memanfaatkan radiasi infra merah. Gambar 4.9 Pengujian Sensor PIR

54 Pada pengujian sensor PIR ini dilakukan terhadap gerakan pada manusia, untuk jarak kurang dari 15cm dilakukan terhadap gerakan pada telapak tangan. Tabel 4.4 Pengukuran Tegangan Output Pada Sensor PIR No Jarak Tegangan Output Logika Keterangan 1 10 cm 3.78 Vdc 1 Terdeteksi 2 30 cm 3.7 Vdc 1 Terdeteksi 4 100 cm 3.72 Vdc 1 Terdeteksi 5 2 meter 3.76 Vdc 1 Terdeteksi 6 3 meter 3.7 Vdc 1 Terdeteksi 7 5 meter 3.7 Vdc 1 Terdeteksi 8 6.3 meter 3.7 Vdc 1 Terdeteksi 9 7 meter 0.25 Vdc 0 Tidak Terdeteksi Keterangan : objek penelitian dilakukan pada gerakan manusia Untuk pengukuran sensor PIR terhadap binatang, dalam pengukuran ini dilakukan pada seekor kucing, dengan jarak 1 meter dan 5x pengujian, maka sensor hanya dapat mendeteksi 2x. Sensitifitas sensor PIR ini lebih akurat untuk sensor gerak pada manusia dengan delay pembacaan sensor dapat diatur pada modul sensor PIR tersebut. Jarak jangkauan sensor ini dapat mendeteksi dengan baik dengan jarak maksimal 6.3 meter. Output dari sensor ini berupa tegangan High Low sehingga dapat memudahkan dalam pemrograman pada mikrokontroler. 4.7 Pengujian Driver Motor L298 Untuk membuktikan tabel kebenaran IC driver motor L298 maka telah dilakukan pengukuran tegangan input dan output untuk masing-masing motor. Pembuktiaan dilakukan dengan mengubah-ubah logika kedua enable dan keempat input, dan tegangan suplai yang diberikan sebesar 5Vdc. Hasilnya ditunjukan pada tabel dibawah ini :

55 Tabel 4.5 Data Hasil Pengukuran Driver Motor L298 Untuk Motor A Enable_a Plus_a Minus_a Out1 Out2 Keterangan 1 0 0 0 0 Diam 1 1 0 4.8 0 Berputar ke kiri 1 0 1 0 4.8 Berputar ke kanan 5Vdc 1 1 4.8 4.8 Diam Dari tabel diatas maka motor dapat berfungsi ketika enable-nya diberi tegangan 5 Vdc atau diberi logika 1, maka respon dari motor akan berputar ke kiri, ke kanan atau d ia m sesuai dengan logika masukan pada input plus_a dan minus_a. motor A ini digunakan sebagai penggerak pintu gerbang. Sedangkan menggerakkan pintu garasi digunakan motor B, hasilnya ditunjukan pada tabel berikut : Tabel 4.6 Data Hasil Pengukuran Driver Motor L298 Untuk Motor B Enable_b Plus_b Minus_b Out1 Out2 Keterangan 5Vdc 0 0 0 0 Diam 5Vdc 1 0 4.8 0 Berputar ke kiri 5Vdc 0 1 0 4.8 Berputar ke kanan 5Vdc 1 1 4.8 4.8 Diam Pada driver motor L298 ini kondisi antara motor A dan B hanya memungkinkan untuk menghidupkan motor salah satu saja secara bergantian, karena pada rangkaian driver motor ini dibangun oleh beberapa diode dan transistor.yang dapat merusak IC L298 jika diaktifkan 2 motor sekaligus.

56 4.8 Pengujian Keseluruhan Pada pengujian ini dilakukan dengan cara menjalankan semua sistem keseluruhan mulai dari catu daya, modulator dan demodulator FSK, pemancar dan penerima FM, sensor Infra red, sensor PIR, serta driver motor. Gambar 4.10 Prototipe Keseluruhan Pada pengujian ini sistem bekerja sesuai dengan penekanan tombol pada Remote, dimana jarak jangkauan agar Remote dapat mengontrol pintu gerbang dan

57 garasi ini berada pada jangkauan maksimal 6.8 meter. Pada pengujian ini didapat bahwa data yang dikirim dan diterima mikrokontroler setelah melewati proses modulasi dan demodulasi adalah berupa data High Low, maka pada mikrokontroler harus dilakukan pengkodean data biner untuk membedakan data masukan High Low tersebut sehingga dapat mengatur empat kondisi pada sistem. Bit 1 1,5 detik Bit 2 1 detik Bit 3 1 detik 5v 0v 5v 0v Data = 100 Data = 101 5v 0v 5v 0v Data = 110 Data = 111 Gambar 4.11 Data Biner Pada Remote Tabel 4.7 Penekanan Pada Tombol Remote Tombol Bit Yang Dikirim 1 2 3 Keterangan A 1 1 1 Buka Pintu Gerbang B 1 1 0 Buka Pintu Garasi C 1 0 0 Tutup Pintu Gerbang D 1 0 1 Tutup Pintu Garasi

58 Tabel 4.8 Kebenaran Pintu Gerbang Switch 1 Switch 2 Sensor Infra Red Sensor PIR Motor A Enable_a Plus_a Minus_a Keterangan 0 0 1 0 1 1 0 Tutup Pintu Gerbang 0 0 1 1 0 0 0 Berhenti Sementara 0 0 0 0 0 0 0 Berhenti Sementara 0 0 0 1 0 0 0 Berhenti Sementara 1 0 1 0 0 0 0 Matikan Motor (Pintu Gerbang Tertutup) 0 0 X X 1 0 1 Buka Pintu Gerbang 0 1 X X 0 0 0 Matikan Motor Tabel 4.9 Kebenaran Pintu Garasi Switch 3 Switch 4 Sensor Infra Red Motor B Enable_b Plus_b Minus_b Keterangan 0 0 1 1 1 0 Tutup Pintu Garasi 0 0 0 0 0 0 Berhenti Sementara 1 0 1 0 0 0 Matikan Motor (Pintu Garasi Tertutup) 0 0 X 1 0 1 Buka Pintu Gerbang 0 1 X 0 0 0 Matikan Motor (Pintu Garasi Terbuka) Algoritma yang ditanam pada mikrokontroler dapat berfungsi sesuai dengan perancangan, dimana untuk mengetahui tombol yang ditekan maka dilakukan penentuan data biner, sehingga tidak terjadi kesalahan pembacaan pada mikrokontroler. Data biner ini dapat mengkondisikan satu output data High Low menjadi beberapa keadaan.