ARAHAN PEMANFAATAN KEMBALI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH (Studi Kasus: TPA Putri Cempo, Kota Surakarta) TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KINERJA KEGIATAN DAUR ULANG SAMPAH DI LOKASI DAUR ULANG SAMPAH TAMBAKBOYO (Studi Kasus: Kabupaten Sleman)

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

IDENTIFIKASI PERAN DAN MOTIVASI STAKE HOLDER DALAM PENYEDIAAN PRASARANA PERMUKIMAN DI WILAYAH PERBATASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

STUDI PENINGKATAN PELAYANAN OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA BANDA ACEH TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

KAJIAN FENOMENA URBANISME PADA MASYARAKAT KOTA UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI KINERJA TEKNIK OPERASIONAL DALAM MANAJEMEN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan aktifitas penduduk di suatu daerah membawa perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MODEL DINAMIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN BERDASARKAN PERKEMBANGAN GUNA LAHAN (STUDI KASUS KOTA SEMARANG) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

Optimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

PENDAHULUAN. Sakinah, 2 Erna, 3 Marta 1,2,3. STIKes Prodi IKM Prima Korespondensi penulis :

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya

IDENTIFIKASI AKTIVITAS SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN INDUSTRI DI KECAMATAN KALIWUNGU TUGAS AKHIR. Oleh: YOWALDI L2D

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara, termasuk Indonesia. Dampak peningkatan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permukiman Sehat Yang Bersih Dari Sampah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia merupakan negara yang sedang berupaya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah

PENGARUH KEBERADAAN PERUMAHAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KECAMATAN CILEDUG TUGAS AKHIR. Oleh : Lisa Masitoh L2D

1. BAB I PENDAHULUAN. diikuti kegiatan kota yang makin berkembang menimbulkan dampak adanya. Hasilnya kota menjadi tempat yang tidak nyaman.

POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP),

KETERKAITAN EKONOMI ANTARA KOTA GEMOLONG DENGAN WILAYAH BELAKANGNYA TUGAS AKHIR. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Elsa Martini Jurusan PWK Universitas Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. sampah. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya, memberi

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

PENANGANAN SAMPAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK SAMPAH DI KOTA SURAKARTA

KAJIAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama

BAB I PENDAHULUAN. masih dioperasikan secara open dumping, yaitu sampah yang datang hanya dibuang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA

KELEMBAGAAN PEMELIHARAAN PRASARANA JALAN DI WILAYAH PERBATASAN KABUPATEN SUKOHARJO-KOTA SURAKARTA (Studi Kasus: Ruas Jalan Raya Grogol) TUGAS AKHIR

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

Model Pengelolaan Sampah Berbasis Rumah Tangga dengan Bak Komposter Untuk Menghasilkan Pupuk Cair

KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

ANALISIS DAYA TARIK DUA PUSAT PELAYANAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN DI KABUPATEN PURWOREJO (Studi Kasus: Kota Kutoarjo dan Kota Purworejo)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SEBARAN CEMARAN AIR PT. BATAMTEX BERDASARKAN PERPSEPSI MASYARAKAT DI WILAYAH INDUSTRI BABADAN, UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

ARAHAN PEMANFAATAN KEMBALI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH (Studi Kasus: TPA Putri Cempo, Kota Surakarta) TUGAS AKHIR Oleh : DIAN SETYAWATI L2D 004 307 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

ABSTRAK Bertambahnya jumlah penduduk pada suatu kota merupakan indikasi perkembanagn kota dan aktivitasnya sehingga semakin berkembang kota tersebut, akan diikuti pula dengan semakin tingginya jumlah penduduk dan bertambahnya aktivitas. Tidak dapat dipungkiri hal tersebut memacu semakin tingginya produksi sampah yang dihasilkan oleh kota tersebut tiap harinya. Tanpa adanya perhatian yang serius dari berbagai pihak, permasalahan sampah akan menjadi persoalan besar yang yang akan sulit untuk diatasi terutama dalam hal kebutuhan lahan untuk TPA sampah. Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang cukup berkembang. Laju perkembangan kawasan perkotaan Surakarta telah melampaui batas administrasi Kota Surakarta. Saat ini TPA yang ada di Kota Surakarta hanya berjumlah satu yaitu TPA Putri Cempo. TPA Putri Cempo merupakan TPA terbesar kedua di Jawa Tengah setelah TPA Jatibarang di Kota Semarang. Namun pengelolaan persampahan yang ada di TPA Putri Cempo sendiri dirasa masih sangat rendah, hal tersebut dikarenakan TPA ini masih menggunakan metode open dumping untuk melayani keseluruhan wilayah Kota Surakarta. Adapun masalah utama persampahan yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, antara lain: keterbatasan lahan TPA, produksi sampah yang terus meningkat, hingga daya tampung di TPA Putri Cempo yang terbatas. Terkait dengan permasalahan tersebut perlu dilakukannya suatu penelitian tentang Arahan Pemanfaatan Kembali Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan kembali TPA Putri Cempo untuk 10 tahun mendatang. Metode analisis yang digunakan berupa metode deskriptif kuantitatif. Pada penelitian ini dilakukan beberapa analisis, antara lain: analisis proyeksi penduduk, analisis proyeksi timbulan sampah berdasarkan jumlah penduduk dan analisis proyeksi sampah berdasarkan sumbernya. Hal tersebut untuk mengetahui berapa besar volume sampah yang dapat ditampung oleh TPA Putri Cempo Kota Surakarta dan mengetahui seberapa besar dampak yang pengurangan timbulan sampah dari metode pengolahan sampah dengan program 3R. Dari penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa TPA Putri Cempo dapat dimanfaatkan kembali hingga 10 tahun mendatang jika dalam pengelolaan sampah diterapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) kepada masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan pengurangan timbulan sampah sebesar 40% dari total timbulan sampah. Penanganan sampah di Kecamatan Banjarsari dengan penggunaan lahan terbesar berupa permukiman dapat dilakukan dengan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Untuk timbulan sampah yang masuk ke TPA pengurangan volume sampah dapat dilakukan dengan penerapan teknologi pengolahan sampah berupa Teknologi Dranco (Dry Anaerobic Convertion). Key Words: TPA sampah, Pemanfaatan kembali, dan 3R

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan juga berhubungan erat dengan manusia dan lingkungan. Menurut Kormondy (1969) menyatakan bahwa populasi seharusnya dalam titik keseimbangan dimana lingkungan dapat mendukung dan batas diantara titik keseimbangan tersebut merupakan daya dukung dari lingkungan. Oleh karena itu perkembangan dan pertumbuhan kota yang baik merupakan kota yang dapat menyeimbangkan antara lahan/lingkungan dengan kepadatan penduduk yang akan ditampung dalam kota tersebut. Tumbuh dan berkembangnya suatu kota, sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan politik yang melatar belakanginya. Perencanaan dan perancangan kota sebagai pengendali perkembangan kota sebagai proses formal, membawa implikasi pola morfologi kota sebagai implementasi bentuk perubahan sosial budaya masyarakat, aspek tata bentuk kota/townscape dan aspek peraturan. Ada 2 (dua) gaya pertumbuhan kota, yaitu gaya sentripetal yang mengarah ke pusat kota dan ada gaya sentrifugal yang mengarah ke luar. Pola pertumbuhan masing-masing kota berbeda-beda dan berdasarkan pada karakteristik kota tersebut. Kota besar umumnya tumbuh semakin cepat, sementara kota kecil stagnan tak beranjak. Semakin besar dan cepat pertumbuhan kota, semakin kuat dan luas fungsi maupun peranan kota tersebut. Perkembangan dan pertumbuhan kota secara tidak langsung menuntut adanya kelengkapan bangunan prasarana yang harus disediakan oleh kota tersebut. Dalam penyediaanya prasarana ada yang penyediaannya berlebih atau underutilized, ada yang penyediaannya sangat kurang atau deficiency, dan ada yang mencukupi. Banyaknya masalah sebagai akibat pertumbuhan kota yang cepat sebagai dampak langsung dari lambatnya penyediaan prasarana, hal tersebut tidak terlepas dari kurang terlaksana dengan baik manajemen pembangunan kota terutama pada tahap perencanaan dan terbatasnya kemampuan fiskal untuk membiayai pembangunan prasarana. Namun demikian, dengan perubahan sistem pemerintahan yang semula dekonsentrasi yang terpusat menjadi desentralisasi (otonomi) memberikan harapan untuk membangun prasarana sesuai dengan pola pertumbuhan kota. 1

2 Selain itu perkembangan suatu kota akan diiringi pula dengan pertumbuhan penduduknya, baik dari sektor alami (kelahiran dan kematian) dan sektor non alami (migrasi). Meningkatnya laju pembangunan di semua sektor pada kondisi saat ini dan tahuntahun yang akan datang di daerah perkotaan, memicu terjadinya peningkatan laju urbanisasi. Pertambahan penduduk perkotaan merupakan tantangan serius di seluruh dunia baik di negara maju dan lebih-lebih di negara berkembang khususnya dalam Era Globalisasi. Indonesia sebagai negara berkembang juga mengalami pertumbuhan di kota-kota dan 40% penduduk Indonesia akan memadati kota-kota dan menghasilkan distribusi penduduk yang tidak seimbang (sumber: www.kompas.com). Situasi perpindahan penduduk dari desa-desa ke kota-kota mengakibatkan kota sering mengalami gejolak, baik dalam bentuk lingkungan hidup yang kacau, kemacetan, bahkan polusi yang berlebihan. Konsekuensi logis dari semua itu adalah meningkatnya aktivitas perkotaan di berbagai sektor, baik sektor perumahan, industri, dan perdagangan. Dampak yang ditimbulkan terkait dengan hal tersebut, berupa peningkatan jumlah kepadatan sampah sebagai buangan yang mayoritas di dominasi oleh sampah dari aspek rumah tangga. Perkotaan sebagai pusat perekonomian menjadi salah satu daerah tujuan, sehingga tidak dapat disangkal kota memiliki potensi sampah yang cukup besar. Kota akan selalu berhubungan dengan penduduk, dan penduduk selalu berhubungan dengan sampah. Oleh karena itu sampah merupakan masalah yang krusial bagi kota yang padat akan penduduk. Adanya peningkatan produksi sampah tiap tahunnya membutuhkan lahan yang besar, penanganan yang cepat, sistematis, dan ekonomis. Mengingat sampah diproduksi tiap harinya oleh manusia, yang semakin lama akan menumpuk merupakan sumber dari dampak negatif bagi manusia jika tidak ditangani secara cepat dan tepat. Dampak-dampak yang ditimbulkan berupa sumber penyakit, pemandangan yang mengurangi estetika, pencemaran lingkungan dan adanya bau tidak sedap dari hasil pembusukan dari buangan sampah tersebut. Dalam perencanaan persampahan pada suatu kota, perlu diketahui produksi sampah untuk waktu mendatang sesuai dengan tingkatan aktifitas dan produktifitas serta income per kapita kota tersebut. Dengan diketahuinya jumlah penduduk maka dapat diketahui jumlah sampah yang dihasilkan oleh suatu kota dalam kurun waktu tertentu. Laju timbulan sampah kota diekivalensikan menjadi liter/orang/hari (perhitungan dilakukan pada sumber sampah). Kebutuhan kapasitas pelayanan sampah sejalan dengan timbulan sampah yang harus diangkut ke TPA. Laju pertumbuhan sampah berbeda pada setiap kota, hal tersebut di pengaruhi oleh tingkat sosial, ekonomi, tingkat konsumtifitas penduduk, adat istiadat dan kondisi geografi.

3 Pada tahun tahun terakhir ini masalah sampah perkotaan di Indonesia sudah mendapat perhatian dari berbagai pihak dan upaya penanganannya semakin nyata. Penampungan akhir sampah kota dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) mengalami berbagai macam kendala baik fisik maupun non fisik, seperti masalah sosial, ekonomi, pemeliharaan dan lain lain. Untuk itu kinerja suatu TPA perlu dikaji dalam rangka meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi masalah sampah dalam korelasinya dengan perkembangan penduduk. Perlu diperhatikannya kinerja TPA ini karena sejalan dengan perkembangan suatu kota, maka kepadatan penduduk semakin bertambah dan terkonsentrasi pada suatu wilayah tertentu, sehigga tidak memungkinkan penduduk untuk mengelola sampah secara mandiri. Dari berbagai kenyataan yang ada di lapangan, di berbagai daerah, khususnya di Jawa Tengah, TPA sampah perkotaan yang umum digunakan adalah sistem pembuangan terbuka (open dumping), dimana sistem ini kurang memperhatikan aspek perlindungan lingkungan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang cukup berkembang. Laju perkembangan kawasan perkotaan Surakarta telah melampaui batas administrasi Kota Surakarta. Kawasan perkotaan Surakarta sudah mencapai sebagian wilayah Kabupaten Sukoharjo, sebagian wilayah Kabupaten Boyolali, sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, dan sebagian wilayah Kabupaten Sragen. Perkembangan kota tersebut dapat terlihat dari peningkatan jumlah penduduk semakin banyaknya pembangunan perumahan, perkantoran, kawasan bisnis terpadu yang membentuk wajah Kota Surakarta sendiri. Karakter perkembangan kawasan perkotaan Surakarta walaupun berada pada daerah administrasi yang berbeda, tetapi memiliki keterkaitan perkembangan yang erat, sebagian besar penduduk yang tinggal di wilayah tersebut, memiliki aktivitas/pekerjaan di Kota Surakarta. Tumbuhnya kegiatan jasa, industri, fasilitas pendidikan dan sebagainya di wilayah Kartasura, Pabelan, Palur, Solo Baru adalah merupakan limpahan/luberan kegiatan Kota Surakarta. Secara tidak langsung fenomena ini berdampak pada perubahan pemanfaatan lahan dari lahan pertanian berubah menjadi lahan perumahan dan pemanfaatan lainnya yang bukan untuk kepentingan pertanian. Hal tersebut memberikan dampak dengan adanya peningkatan akan kebutuhan lahan untuk menyediakan segala fasilitas perkotaan yang dibutuhkan oleh penduduk Kota Surakarta itu sendiri. Khususnya pada penyediaan sebuah fasilitas berupa tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Penetapan lokasi TPA sampah yang tepat serta penataan kawasan di sekitarnya perlu dilakukan secara seksama agar tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari, terutama yang terkait dengan masalah sosial dan lingkungan.